Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Sam Edy Yuswanto
Mukjizat Yaasiin, Tahlil, dan Ziarah (DocPribadi/Samedy)

Dalam Islam, ziarah kubur dapat menjadi cara bagi kita untuk mendoakan kebaikan pada si mayit, sekaligus menjadi sarana bagi kita untuk mengingat kematian. Ya, setiap kita, tentu kelak akan menghadapi yang namanya kematian. Oleh karena itu, kita harus berupaya memperbanyak bekal menuju kematian. Misalnya memperbanyak ibadah dan amal kebajikan.

Dalam buku Mukjizat Yaasiin, Tahlil, dan Ziarah Kubur diungkap, secara umum, makna ziarah adalah menengok. Jadi, ziarah kubur berarti menengok atau mengunjungi kuburan untuk memintakan ampun bagi si mayat (KH. Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam Jawa). Ziarah kubur termasuk sunah Rasulullah Saw. dan merupakan cara kita untuk mendoakan orang-orang yang telah mendahului kita.

Rizem Aizid menjelaskan, ziarah kubur merupakan sebuah amalan yang disyariatkan. Disyariatkannya ziarah kubur dengan tujuan agar mengambil i’tibar (pelajaran) dan ingat kehidupan akhirat, dengan syarat tidak mengucapkan kata-kata yang memurkakan Allah Swt., seperti memohon sesuatu kepada para penghuni kubur dan meminta pertolongan kepada mereka yang sudah mati, menganggap mereka suci, keramat, dan sebagai ahli surga. Dalam hal ini, Buraidah bin Al-Hashib Ra. berkata, “Rasulullah Saw. telah bersabda:

“Sesungguhnya, dahulu aku telah melarang kalian berziarah kubur, maka kini ziarahilah kuburan. Sebab, yang demikian dapat mengingatkan kalian terhadap akhirat. Dan, dengan menziarahi kubur maka akan menambah kebaikan. Barang siapa yang berkehendak untuk menziarahinya, maka ziarahilah, dan janganlah kalian mengucapkan kata-kata yang batil” (HR. Muslim, Abu Dawud, Baihaqi, Nasa’i, dan Ahmad).

Jadi sudah jelas bahwa ziarah kubur termasuk hal baik bahkan diperintahkan oleh Rasulullah Saw. Asalkan niat dan tujuannya tidak keliru. Dengan berziarah kubur kita dapat lebih menyadari tentang kematian yang pasti terjadinya.

Mengingat mati dalam Islam merupakan suatu perintah. Terkait ini, Rasulullah Saw. ditanya oleh seseorang tentang manusia yang paling cerdik. Beliau menjawab, “Orang yang banyak mengingat mati dan paling gencar mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian, ia adalahorang cerdik yang menuju kemuliaan dunia sekaligus akhirat” (Mukjizat Yaasiin, Tahlil, dan Ziarah Kubur, halaman 198).

Semoga ulasan buku Mukjizat Yaasiin, Tahlil, dan Ziarah Kubur karya Rizem Aizid ini bermanfaat dan membuat pembaca menyadari tentang hakikat kematian.

***

Sam Edy Yuswanto