Jendela Orpheus atau judul aslinya Orpheus no Mado adalah komik berlatar sejarah Perang Dunia I dan Revolusi Bolshevik karya Riyoko Ikeda. Latar tempatnya tiga negara: Regensburg, Jerman; Wina, Austria; dan Petersburg, Rusia. Karya ini mendapatkan penghargaan dari Asosiasi Komikus Jepang karena substansi cerita dan teknik gambarnya yang menawan.
Komik yang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa ini menceritakan liuk kehidupan tiga tokoh. Pertama, Julius Leonard von Allensmeier, perempuan yang sejak kecil didandani laki-laki, agar bisa menjadi pewaris kekayaan keluarga. Kedua, Klaus zon Maschmit, pemuda yang piawai memainkan biola, namun badung luar biasa. Ketiga, Isaac Goldhef Vaishuit, pemuda miskin, tapi punya semangat baja untuk belajar menjadi pemain piano andal.
Ketiganya merupakan murid di sekolah musik Saint Sebastian.
Sedari mula, pertemuan ketiganya tidak berlangsung mulus. Mereka bercekcok, bahkan berkelahi. Namun, baik Isaac maupun Klaus, sempat bertemu secara terpisah, dengan Julius di Jendela Orpheus. Legenda mengatakan, pertemuan di jendela tersebut akan membenihkan cinta namun pengejawantahan rasa tersebut akan berakhir nestapa.
Kenyataannya, Julius jatuh cinta mati-matian kepada Klaus, sedangkan Isaac menaruh hati kepada Julius. Di tengah deraan perasaan, Julius ditinggalkan Klaus yang kembali ke Rusia, tanah asalnya. Sedangkan Klaus yang rela mempertaruhkan segala untuk Julius, malah ditinggalkan perempuan pirang itu yang kabur ke Rusia, menyusul Klaus.
Kisah cinta ketiganya, diombang-ambingkan suasana yang tidak stabil, baik karena situasi politik maupun konflik internal keluarga. Julius, misalnya, sebelum kabur ke Rusia, terjadi pembunuhan beruntun dalam keluarganya: ayah, pembantu, ibu, kekasih kakak, kakak, yang semuanya terjadi karena perebutan harta keluarga. Ayah Julius sendiri adalah pensiunan petinggi angkatan darat Jerman yang memegang kunci rahasia harta Tsar Nicholas di Prusia.
Sementara Klaus, dia berasal dari kalangan bangsawan kelas atas Rusia. Hubungan keluarganya sangat dekat dengan tsar, namun dia justru memberontak kepada kaisar. Pemberontakan tersebut, membunuh kakak tiri dan memecah belah keluarga, membuat keluarga mereka dicampakkan dari lingkaran istana. Klaus yang bernama asli Alexei Mikhailov, kabur ke Jerman untuk menyelamatkan diri, kemudian kembali ke Rusia untuk turut dalam gelombang perlawanan kepada tsar.
Sedangkan Isaac, harus mengalami berbagai intrik dan tipu daya orang-orang yang tidak menyukai kemampuan berpianonya yang luar biasa. Persoalan tersebut, di antaranya membuat adik Isaac menjumpai ajal di usia muda.
Secara keselurahan, muatan cerita dan gambar yang disuguhkan Riyoko Ikeda sungguh istimewa. Detail gambar yang ditunjukkan (mulai dari motif dan model pakaian, ornamen rumah, angle gambar, bayangan, arsiran, dan sebagainya) bahkan lebih unggul dibandingkan komik Rose of Versailles (Berusaiyu no Bara) karya Ikeda yang disebut-sebut paling bersinar.
Tidak hanya mengambil dekor sejarah, komik ini juga memasukkan tokoh-tokoh nyata dalam cerita. Misalnya: Tsar Nicholas II, dukun Gregory Rasputin, dan Vladimir Lenin. Kehadiran mereka tidak sekadar sepintas lalu, namun betul-betul merasuk dan bersenyawa dalam cerita, berinteraksi dengan tokoh-tokoh fiksi.
Membaca komik ini, pembaca akan terhanyut dalam konflik psikologis yang dialami tokoh-tokohnya, sekaligus dikecoh berulang kali oleh alur cerita yang tak terduga, serta dibuat nelangsa oleh nasib nahas para tokoh (dari semuanya, nasib dan keakhiran mujur hanya dialami Isaac dan Maria Barbara, kakak tiri pertama Julius, itu pun setelah mengalami ragam masalah tak mudah).
Sebagai karya yang nyaris berusia 50 tahun, Jendela Orpheus tetap relevan dibaca sekarang, karena kandungan humanisme di dalamnya.
Tag
Baca Juga
-
Pelajaran Tekad dari Buku Cerita Anak 'Pippi Gadis Kecil dari Tepi Rel Kereta Api'
-
Cerita-Cerita yang Menghangatkan Hati dalam 'Kado untuk Ayah'
-
Suka Duka Hidup di Masa Pandemi Covid-19, Ulasan Novel 'Khofidah Bukan Covid'
-
Akulturasi Budaya Islam, Jawa, dan Hindu dalam Misteri Hilangnya Luwur Sunan
-
Pelajaran Cinta dan Iman di Negeri Tirai Bambu dalam "Lost in Ningxia"
Artikel Terkait
Ulasan
-
Review Film Jembatan Shiratal Mustaqim: Horor Moral yang Mirip Sinetron
-
Membaca Drama 'Genie, Make a Wish' Lewat Lensa Pengasuhan Kolektif
-
Review Film Ballad of a Small Player: Visual Ciamik tapi Kesan Akhir Kosong
-
The Principles Of Power: Rahasia Memanipulasi Orang Lain di Segala Situasi
-
Review Film Dongji Rescue: Kisah Heroisme Lautan yang Menggetarkan
Terkini
-
Tayang di Noice! 'Film Gak Nikah Gapapa Kan?' Bakal Mengaduk-aduk Emosimu
-
4 Mix and Match Blazer Anti-Boring ala Noh Sang Hyun, Gaya Makin Macho!
-
Rektor UI Harumkan Indonesia: Penghargaan Tohoku University Lengkapi Lompatan UI di Peringkat Dunia
-
Suporter SMAN 3 Cibinong Panaskan Grand Final AXIS Nation Cup 2025
-
Aksi Seru dan Komedi Berpadu, Prime Video Bagikan Trailer Film Playdate