Komik Topeng Kaca (atau judul asli dalam bahasa Jepang: Garasu no Kamen) menceritakan perjalanan dua gadis berlatar belakang bertolak belakang dalam menaiki tangga karier menjadi pemain teater andal.
Adalah Maya Kitajima, gadis yatim, tidak pintar, beribukan seorang pelayan restoran China, yang sangat suka menonton pertunjukan drama, baik di televisi, bioskop, maupun panggung. Keinginannya menjadi aktris, ditentang habis-habisan oleh ibu dan lingkungan sekitar, sehingga dia kabur dari rumah, masuk ke Teater Tsukikage pimpinan Tsukikage Chigusa (mantan aktris terkenal yang pensiun lantaran kecelakaan).
Sedangkan Ayumi Himekawa berasal dari keluarga selebritas. Ayahnya sutradara papan atas, karya-karya kerap menyabet penghargaan internasional. Ibunya, aktris tangguh, mantan murid Tsukikage Chigusa. Ayumi adalah murid terbaik Teater Hayami.
Pemilik Teater Hayami sendiri, Masumi Hayami, sejak lama bermusuhan dengan Tsukikage Chigusa, lantaran Tsukikage tidak mau memberikan hak pementasan Bidadari Merah, sandiwara terkenal yang melambungkan nama Tsukikage.
Maya dan Ayumi menjajal beragam peran di banyak sandiwara guna mengasah keterampilan akting mereka. Tentu saja, satu sama lain, saling bersaing. Kendati dalam hati, masing-masing juga mengangumi bakat serta keterampilan lawan.
Kecemerlangan keduanya, membuat Tsukikage mengumumkan bahwa Maya dan Ayumi adalah calon Bidadari Merah di masa depan.
Namun, di tengah usaha menaiki tangga karier, Maya digulung gelombang fitnah. Dia terseret skandal kabur dari syuting dan terlibat mabuk-mabukan dengan geng motor. Padahal, sesungguhnya, dia dijebak.
Akibatnya, Maya dicabut dari kesempatan mendapat peran Bidadari Merah, kecuali dia berhasil memulihkan nama dan kariernya. Pun produser menolak Maya tampil dalam film atau pun pertunjukan drama mereka.
Maya kembali meniti karier dari nol, tanpa seorang pun teman atau relasi. Sebab banyak orang memusuhinya. Tetapi, perlahan-lahan, kariernya membaik, namanya kembali pulih. Kepercayaan orang, kembali merapat kepadanya.
Tsukikage pun memberi kesempatan kedua bagi Maya. Saat untuk berlatih menjadi Bidadari Merah pun tiba. Maya dan Ayumi diajak tinggal di desa misterius, asal kelahiran drama Bidadari Merah.
Bagaimana kelanjutan perjuangan Maya dan Ayumi? Siapa yang kemudian berhak menyandang sebagai pemegang peran Bidadari Merah? Sampai ulasan ini ditulis, komik yang dibuat sedari tahun 1977 lalu, memang belum kelar. Pembaca setia pun masih menunggu-nunggu kelanjutannya.
Komik Topeng Kaca sendiri adalah karya besar Suzue Miuchi. Komik ini berhasil menggalang penggemar fanatik di banyak negara, terutama kalangan remaja putri, lantaran topik utama yang diangkat, yakni mewujudkan impian menjadi orang lain melalui “topeng kaca” yang berbeda-beda (topeng di sini, berarti menjiwai sosok atau orang lain lewat seni peran).
Dalam kamus, topeng diartikan sebagai benda yang dibuat menyerupai muka yang terbuat dari kayu, tanah, atau kertas dan dipakai di muka.
Menurut para ahli, topeng dapat dijabarkan sebagai berikut;
Pertama, wajah manusia bukan sekadar bagian tubuh, tapi wajah adalah keseluruhan manusia itu sendiri. Dengan memakai topeng, maka wajah topeng itu akan mengubah seluruh hidup.
Kedua, dunia topeng adalah dunia yang kuat akan simbol dan hubungan manusia dengan Tuhan. Dan di sana, terciptalah hubungan penyesuaian. Dalam hubungan itu, manusia juga bisa melihat cerminan orang lain dalam dirinya.
Ketiga, topeng bukan membagi sisi dalam dan sisi luar manusia, melainkan berfungsi memadukan dunia sisi dalam dengan dunia kosmos luar. Setidaknya, topeng merupakan bagian muka dan berfungsi menunjukkan kedalaman.
Pada hakikatnya, kita semua selalu memakai topeng yang menunjukkan kedalaman diri kita. Bagaimana topeng yang kita tampilkan dan bagaimana kita dikenali orang lain melalui topeng tersebut adalah dengan cara menempa kedalaman diri (baca; kepribadian dan watak).
Baca Juga
-
Pelajaran Tekad dari Buku Cerita Anak 'Pippi Gadis Kecil dari Tepi Rel Kereta Api'
-
Cerita-Cerita yang Menghangatkan Hati dalam 'Kado untuk Ayah'
-
Suka Duka Hidup di Masa Pandemi Covid-19, Ulasan Novel 'Khofidah Bukan Covid'
-
Akulturasi Budaya Islam, Jawa, dan Hindu dalam Misteri Hilangnya Luwur Sunan
-
Pelajaran Cinta dan Iman di Negeri Tirai Bambu dalam "Lost in Ningxia"
Artikel Terkait
-
Gerindra Akui Pentingnya Dukungan PDIP ke Prabowo, Tapi Tak Harus Koalisi
-
Rilis Juni Ini, Stray Kids Siap Comeback Lewat Album Jepang Hollow
-
Ulasan Novel Giselle: Tragedi Menyeramkan di Balik Panggung Ballet
-
Menelisik Jejak Ki Hadjar Dewantara di Era Kontroversial Bidang Pendidikan
-
Analis Bongkar Alasan PDIP Belum Juga Gelar Kongres hingga Pertengahan April
Ulasan
-
Film Home Sweet Home: Rebirth, Benturan Antara Dunia Nyata dan Supranatural
-
Ulasan Novel Love, Mom: Surat Berisi Teka Teki Meninggalnya Sang Ibu
-
Review Film Pengepungan di Bukit Duri: Tamparan Emosional dan Jerit Sosial
-
Review Sinners: Bukan Film Soal Vampir Doang
-
Novel Petualangan ke Tiga Negara: Perjalanan Edukasi yang Sarat Pengetahuan
Terkini
-
Segera Comeback, BIGHIT Rilis Daftar Tujuh Lagu untuk Album Echo dari Jin BTS
-
Simpel dan Elegan! Begini 4 Gaya Harian Soft Classy ala Kim Ji-yoon
-
Doyoung NCT Umumkan Comeback Solo dan Konser Terbaru Bulan Juni Depan
-
Marc Klok Sebut Duel Lawan Bali United Bak Laga Final, Bobotoh Jadi Penguat
-
Raih Nobel Sastra 2024, Han Kang Siap Rilis Buku Baru 'Light and Thread'