Luki, anak perempuan yang ceria dan aktif. Tapi belakangan, dia menunjukkan gelagat aneh. Dia jadi ceroboh sekali.
Macam-macam kecerobohan yang dia perbuat: salah mengantar pesanan kue, menghilangkan uang kas kelas yang sedianya buat ATK karena lalai meletakkan dompet, menabrak rak majalah hingga roboh menimpa guru killer, dan lain-lain.
Kecerobohan itu tidak berimbas kepada Luki saja, tapi juga terhadap orang tua dan teman-temannya. Mereka dirugikan dengan kelakuan Luki ... sampai kemudian, Binta membawa suatu benda yang dapat menjelaskan penyebab kecerobohan Luki. Benda itu; buku primbon! Ya! Buku primbon.
"Menurut primbon ini, nama Luckita Dewi terlalu berat artinya. Karena itu, kamu sering kena ma-sa-lah." (halaman 51).
Lalu, bagaimana kelanjutan cerita Luki? Apakah dia percaya isi primbon itu? Apa dia mengganti namanya agar terhindar dari sial?
Membaca novel anak karya Fajriatun Nur ini adalah suatu kegembiraan. Bahasanya enak, empuk, lincah. Deskripsi yang digunakan, tidak jarang, lucu, meski di sana-sini membuat gregetan lantaran sikap sang tokoh utama.
Simak misalnya halaman 19, "Luki memasuki halaman rumah dengan langkah gontai. Wajahnya seperti tanaman yang tiga hari tidak disiram. Kuyu. Rambut ikalnya lepek terkena keringat. Jepit rambut stroberi sudah berpindah tempat, menjepit poni yang menjuntai. Beberapa noda bekas makanan, mampir di seragam sekolahnya."
Atau halaman 31, "Luki keluar kelas dengan langkah seperti putri keraton. Satu langkah satu keramik. Seakan jika ada gerakan yang salah sedikit saja, lantai keramik bakalan jebol."
Novel ini, selain mengandung pesan supaya anak-anak senantiasa berhati-hati agar terhindar dari perilaku ceroboh, juga secara tersirat, meyakinkan pembaca bahwa persoalan yang berlarut-larut selalu dapat diselesaikan dengan bijak, mengandalkan pertimbangan dan cara rasional. Bukan melalui cara irrasional, dengan bantuan benda-benda klenik.
Sisi substantifnya, novel ini, sebetulnya menyisipkan isu yang berat, yang baru dimunculkan secara twist di jelang akhir cerita, tapi isu tersebut dikemas secara ringan sekaligus mengena.
Dengan demikian, novel Luki, Jangan Ceroboh Lagi merupakan bacaan anak yang sangat layak baca karena muatan isi dan cara bertuturnya yang mengajak pembaca berpikir tapi tidak menggurui. Ibarat memberi obat mujarab yang dilapisi gula-gula.
Tag
Baca Juga
-
Pelajaran Tekad dari Buku Cerita Anak 'Pippi Gadis Kecil dari Tepi Rel Kereta Api'
-
Cerita-Cerita yang Menghangatkan Hati dalam 'Kado untuk Ayah'
-
Suka Duka Hidup di Masa Pandemi Covid-19, Ulasan Novel 'Khofidah Bukan Covid'
-
Akulturasi Budaya Islam, Jawa, dan Hindu dalam Misteri Hilangnya Luwur Sunan
-
Pelajaran Cinta dan Iman di Negeri Tirai Bambu dalam "Lost in Ningxia"
Artikel Terkait
Ulasan
-
Gua Batu Hapu, Wisata Anti-Mainstream di Tapin
-
Ulasan Novel Hi Serana Adreena, Perjuangan Anak Pertama yang Penuh Air Mata
-
Teluk Kiluan, Spot Terbaik untuk Menyaksikan Kawanan Lumba-lumba di Lampung
-
Final Destination Bloodlines: Tawarkan Kedalaman Karakter dan Teror Mencekam
-
Ulasan Lagu Paranormal: Teman Minum Kopi di Pagi Hari Saat Sedang Jatuh Hati
Terkini
-
Venezia Terpeleset, Jay Idzes dan Kolega Harus Padukan Kekuatan, Doa dan Keajaiban
-
Ponsel Honor 400 Bakal Rilis Akhir Mei 2025, Usung Kamera 200 MP dan Teknologi AI
-
Jadi Kiper Tertua di Timnas, Emil Audero Masih Bisa Jadi Amunisi Jangka Panjang Indonesia
-
Realme Neo 7 Turbo Siap Meluncur Bulan Ini, Tampilan Lebih Fresh dan Bawa Chipset Dimensity 9400e
-
Realme GT 7T Segera Hadir dengan Sensor Selfie 32 MP dan Baterai Jumbo 7000 mAh