Harimau! Harimau! adalah novel paling masyur karya Mochtar Lubis. Dikarenakan muatan isinya, novel yang mula-mula diterbitkan Pustaka Jaya ini (sekarang diterbitkan Yayasan Obor Indonesia) meraih penghargaan Buku Utama sebagai Buku Sastra Terbaik Tahun 1975. Dan karena muatan isinya pula, cuplikan novel ini kerap dikutip dalam buku pelajaran Bahasa Indonesia SMP.
Harimau! Harimau! menceritakan sekelompok pria yang masuk rimba raya untuk mencari damar. Mereka adalah Pak Haji Rakhmad, Wak Katok, Sutan, Talib, Sanip, Buyung, Pak Balam. Namun berhari-hari mengelana dalam hutan, mereka justru diburu harimau kelaparan (dalam novel ini, harimau disebut nenek). Satu per satu di antara mereka jatuh jadi korban terkaman harimau.
Harimau itu digambarkan,"Mata mereka yang pandai membaca jejak dapat melihat, bahwa harimau itu amat besar sekali. Jarak dari jejak kaki belakangnya ke kaki depannya lebih dari enam langkah, menandakan bahwa harimau itu panjang dan tinggi, dan menunjukkan pula, bahwa umurnya telah lanjut dan tua." (halaman 143).
Di bawah ancaman serangan harimau yang terus-menerus memburu, terjadilah petualangan dalam diri masing-masing pribadi. Mereka berefleksi mengenai diri mereka sendiri; mengenai kekuatan dan kelemahan-kelemahan.
Hingga kemudian, di antara anggota kelompok, yakni Pak Balam, sampai pada kesadaran bahwa musibah diburu-buru harimau, terjadi karena dosa-dosa mereka sendiri. Mereka harus mengakui dosa masing-masing dan bertobat.
"... aku telah dapat firasat dan dapat mimpi. Sebelum kita berangkat dari kampung, dua malam sebelumnya, dan malam kita akan meninggalkan huma Wak Hitam. Tetapi ketika itu aku masih berharap Tuhan akan mengampuni dosaku, dan melindungi kita semua. Tidak aku seorang saja. Akan tetapi semua kita akan mendapat celaka dalam perjalanan, yaitu tiap kita yang melakukan dosa besar ..." (halaman 93).
Juga di antara mereka, ialah Pak Haji Rakhmad, sampai pada kesimpulan, sebelum membunuh harimau yang memburu-buru mereka, tak kalah pentingnya adalah membunuh terlebih dulu harimau yang bersemayam dalam diri masing-masing.
Dengan ketegangan berlapis-lapis, pembaca bakal terpikat untuk terus membaca novel ini sampai halaman terakhir. Pantas saja novel bagus ini diterjemahkan ke bahasa Inggris, Belanda, Jerman, dan Jepang.
Baca Juga
-
Pelajaran Tekad dari Buku Cerita Anak 'Pippi Gadis Kecil dari Tepi Rel Kereta Api'
-
Cerita-Cerita yang Menghangatkan Hati dalam 'Kado untuk Ayah'
-
Suka Duka Hidup di Masa Pandemi Covid-19, Ulasan Novel 'Khofidah Bukan Covid'
-
Akulturasi Budaya Islam, Jawa, dan Hindu dalam Misteri Hilangnya Luwur Sunan
-
Pelajaran Cinta dan Iman di Negeri Tirai Bambu dalam "Lost in Ningxia"
Artikel Terkait
Ulasan
-
Goa Rangko, Wisata Alam Permata Tersembunyi di Nusa Tenggara Timur
-
Review Film Angkara Murka: Horor dan Kekuasaan di Balik Gelapnya Tambang
-
Ulasan Novel The Three Lives of Cate Kay: Antara Karier dan Keluarga
-
Film Komedi Kinda Pregnant, Kebohongan Kehamilan Menjadi Realita Emosional
-
6 Rekomendasi Wisata Air Terjun di Sumba, Ada yang Mirip Niagara
Terkini
-
4 Rahasia Fashion dan Hairdo Go Min Si yang Bikin Penampilan Makin Classy!
-
Tari Kontemporer Berbalut Kesenian Rakyat: Kolaborasi Komunitas Seni Jogja
-
Akhirnya, Game Elden Ring Bakal Diadaptasi Jadi Film Live Action oleh A24
-
Menjaga Penyu, Menjaga Warisan Laut Kita
-
Penuh Makna, Tradisi Sedekah Bumi di Dusun Curug Losari Berjalan Meriah dan Khidmat