Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Thomas Utomo
Suamiku dan Pacar Lelakinya.[Dokumentasi pribadi/ Thomas Utomo]

Suamiku dan Pacar Lelakinya adalah buku nonfiksi karya Wulan Darmanto. Di dalamnya memuat dua belas kisah sejati pasangan suami-istri dengan suami penyuka sesama jenis, baik same sex attractions maupun gay. Dua belas kisah dalam buku ini ditulis dengan teknik cerita fiksi, sehingga sedemikian rupa, pembaca dapat larut dalam jalinan cerita.

Sebelum mulai membicarakan buku ini, kiranya perlu didudukkan terlebih dahulu pengertian antara same sex attractions dan gay. 

Same sex attractions adalah kecenderungan secara pribadi untuk menyukai sesama jenis, baik laki-laki menyukai laki-laki maupun perempuan menyimpan hasrat seksual terhadap perempuan. Bedanya dengan gay atau lesbian, orang dengan same sex attractions (SSA) hanya menyimpan citarasa terhadap sesama jenis di dalam dirinya sendiri. Dia atau orang tersebut tidak mengejawantahkan perasaan suka tersebut lewat jalinan asmara (baca: pacaran sesama jenis) dan hubungan seksual sesama jenis.

Dari 12 kisah, sembilan di antaranya dituturkan dari sudut pandang perempuan sebagai tokoh atau pusat pencerita. Dengan demikian, gaya bercerita yang ditempuh adalah gaya akuan (penulis Wulan Darmanto lebur menjadi tokoh-tokoh istri bersuamikan penyuka sesama jenis). Tiga kisah lain, dipaparkan dari sudut pandang penulis, namun penulis tidak lebur menjadi tokoh. Sebab tokohnya adalah laki-laki dengan citarasa seksual sesama jenis.

Secara umum, para perempuan di dalam buku ini, menikah tanpa mengenal lebih dalam kepribadian calon suami mereka. Kebanyakan, kenal bakal suami lewat teman, keluarga, atau lewat jalur ta'aruf atas prakarsa ustaz. 

Barulah setelah ijab kabul, tampak kesejatian pribadi dan perangai suami. Hampir semua laki-laki tersebut tidak memperlihatkan sisi keromantisan kepada istri mereka sejak malam pertama. Mereka justru sibuk bermain gawai dan mengobrol secara maya, entah dengan siapa. Istri dibiarkan 'nganggur' tak terjamah. Oleh karena itu, tidak sedikit dari istri-istri masih menyandang status perawan hingga bilangan bulan ke depan.

Kesamaan para suami tersebut, selain sibuk dengan gawai, mereka amat melindungi gawai masing-masing dari istri. Pasangan sah mereka dilarang menyentuh, apalagi mengakses isi gawai. 

Dan ketika akhirnya, media sosial suami berhasil diakses istri secara diam-diam, barulah ketahuan kalau pasangan mereka merupakan penyuka sesama jenis, baik gay maupun SSA.

Dalam buku ini, dipaparkan pula ragam reaksi keluarga suami ketika tahu anggota keluarga mereka menyimpan hasrat seksual sesama jenis. Ada yang menerima, ada yang tahu sejak lama tapi memilih menutup-nutupi, ada juga yang menolak mentah-mentah dan balik menyalahkan menantu perempuan. 

Membaca buku ini sungguh menerbitkan campuran rasa ngeri, pedih, ngenes, nelangsa, dan entah apalagi? Tetapi ada pula bagian yang menyeruakkan optimisme: betapa berlikunya jalan pernikahan, pasti tetap ada jalan keluar.

Yang menyenangkan, kendati penulis buku ini pro dengan hetero seksual, pemaparan dunia penyuka sesama jenis terbilang berimbang. Tidak diskriminatif dan intimidatif. 

Salah satu kutipan isi buku yang patut dijadikan renungan adalah, "Satu yang pasti, Mbak. Kalau belum pernah merasakan seks sejenis, sebaiknya jangan coba-coba. Sekali iseng mencoba, tidak akan pernah bisa lupa rasanya." (halaman 65).

Thomas Utomo