Scroll untuk membaca artikel
Hernawan | Thomas Utomo
No HP No Cry (Dokumentasi pribadi/ Thomas Utomo)

Menjelang akhir dekade 1990-an dan di awal 2000-an, fiksi islami menemukan momentumnya. Di masa itu, fiksi islami demikian digandrungi, utamanya oleh kalangan remaja Islam. Tema besar fiksi islami muncul dan diinisiasi oleh majalah Annida yang digawangi Helvy Tiana Rosa dan teman-teman Forum Lingkar Pena.

Kumpulan cerpen bertajuk No HP, No Cry ini pun mengusung tema besar fiksi islami. Pengarangnya pun berafiliasi dengan organisasi pengkaderan penulis muda; Forum Lingkar Pena.

Buku berketebalan viii + 180 halaman ini, memuat sebelas cerpen karya Koko Nata. Sebagian dari sebelas cerpen dalam buku ini telah dimuat sebelumnya, di majalah Annida, Sobat Muda, dan Aneka Yess.

Dimulai dari cerpen yang menjadi judul sampul buku: No HP, No Cry (halaman 19-40). Cerpen ini menuturkan kekesalan Tammy, gadis SMA sederhana yang tidak memiliki HP. Akibatnya, dia kerap ketinggalan informasi terbaru, termasuk informasi seputar kegiatan pembelajaran di kelas. Sebabnya tak lain tak bukan, guru maupun wali kelas belakangan selalu membagikan kabar via pesan berantai di HP.

Tentu Tammy menginginkan punya HP menjadi piranti canggih yang akan selalu membantunya. Tapi semakin ke sini, dengan mencermati kawan-kawan sekolah, dia menyadari betapa HP mempengaruhi bahkan membentuk kepribadian remaja di sekitarnya.

Misalnya, kemudahan bertukar info, malah dimanfaatkan untuk bergunjing, untuk mengakses situs-situs porno, juga untuk menggalang kekomplotan negatif. Lewat mading sekolah yang dikelolanya, Tammy kemudian melakukan investigasi kecil-kecilan mengenai perilaku negatif kawan-kawannya akibat pengaruh negatif. Hasil penelusuran tersebut mendorong pihak sekolah melakukan razia dan menemukan hal-hal tak terduga dalam HP milik para siswa. 

Cerpen lain, Atletis (halaman 55-69), menuturkan kisah Dido, pelajar SMA bertubuh kerempeng. Tren yang tengah berkembang di sekolahnya adalah fitnes membentuk badan ideal lagi atletis.

Kawan-kawan pria Dido banyak yang menggeluti olahraga ini. Hasilnya tubuh mereka bertransformasi lebih menarik dan kaum Hawa pun lebih mengidolakan bentuk tubuh tersebut. 

Dido tertarik ikut serta. Namun saat diajak kawannya ke gym, Dido mendapati fakta yang membuatnya bergidik: ada pria-pria yang membentuk otot bukan semata untuk kesehatan melainkan juga guna menggaet sesama jenis. Iya, sesama jenis agar tertarik untuk melakukan hubungan intim.

Cerpen-cerpen dalam buku ini tergolong relatif cepat dibaca. Bahasa yang digunakan adalah bahasa gaul dan populer. Topik yang diangkat ringan. Akhir cerita pun berisi kesimpulan yang moralis. Jenis bacaan yang cocok bagi remaja penikmat fiksi islami.

Thomas Utomo