Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Sam Edy Yuswanto
Buku ‘Bila Mampu, Menikahlah! Bila Tidak, Berpuasalah!’. (Dok. Pribadi/Samedy)

Mayoritas orang mendambakan pernikahan dalam hidupnya. Terlebih bagi mereka yang sudah merasa mapan, memiliki karier atau pekerjaan yang bagus, memiliki rumah sendiri, kendaraan, dan lain sebagainya. 

Dalam buku ‘Bila Mampu, Menikahlah! Bila Tidak, Berpuasalah!’ karya Nur Rokhim dijelaskan bahwa seorang pria yang akan menikah harus mampu terlebih dahulu mengendalikan nafsu dan mengatur keuangan pribadi agar nantinya mampu menjadi suami dan ayah yang baik bagi istri serta anak-anaknya.

Seorang pria yang sudah memiliki penghasilan tetap, memang harus pandai mengelola uang yang dimilikinya. Jika tidak, uang hanya akan habis dalam sekejap tanpa memberikan manfaat apa pun. Uang memang menjadi godaan yang besar. Siapa saja yang memiliki uang banyak, pasti akan memiliki keinginan beli ini, beli itu, pergi ke sana, pergi ke sini, demi kesenangan saja. Oleh karena itu, seorang pria harus pandai mengelola uang penghasilannya, karena nantinya ia akan menjadi seorang suami (halaman 23).

Nur Rokhim menjelaskan, jika seorang suami belum mampu mengelola keuangan pribadi dengan baik tapi memaksakan diri untuk menikah, maka ketika sudah menjadi suami nanti, ia tidak bisa memberi contoh yang baik kepada istrinya. Ia tidak bisa membimbing istrinya untuk bersikap hemat, karena dirinya sendiri boros dan tidak bisa mengelola keuangan pribadi.

Tentu sangat jauh berbeda dengan pria yang gemar menabung di masa mudanya. Ia akan terbebas dari utang. Ia tidak akan utang karena telah memiliki dana cadangan guna memenuhi kebutuhannya atau kebutuhan keluarganya kelak ketika sudah menikah. Tipe pria sepert inilah yang sebenarnya telah siap menikah. Sebab, ia telah memiliki tabungan yang nantinya berfungsi sebagai dana cadangan ketika menghadapi situasi dan kondisi yang memerlukan uang banyak dengan cepat (halaman 34-35).

Dalam menjalani kehidupan rumah tangga, hendaknya setiap pasangan menjauhi perilaku boros. Dalam buku ini dijelaskan, tentang hidup boros dan bermewah-mewahan, Allah Swt. berfirman:

“Dan, hendaklah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya, pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya” (QS. Aal-Israa’: 26-27).

Terbitnya buku bertema pernikahan ini dapat dijadikan salah satu bacaan bermanfaat buat Anda yang sedang mempersiapkan pernikahan. Buku ini juga cocok dijadikan sebagai bacaan berharga bagi mereka yang sudah menjalani kehidupan rumah tangga. Semoga bermanfaat.

Sam Edy Yuswanto