Muara Kasih adalah novel karya Maimon Herawati, dosen Jurnalistik, Universitas Padjdjaran yang punya nama pena Muthmainnah. Novel setebal 192 halaman ini diterbitkan Asy Syaamil, Bandung.
Novel ini menceritakan kehidupan Kathrin Elizabeth Kelly, karib dipanggil Kath, remaja 17 tahun yang mencari orang tua kandungnya. Sebelumnya, ia dirawat dan dibesarkan oleh keluarga Kelly, asal Australia.
Mereka sendiri bertemu bayi Kath tanpa sengaja. Suatu ketika, saat tengah berada di salah satu rumah sakit di Bandung, Kelly suami-istri bersua ibu kandung Kath, perempuan Sunda. Ibu kandung Kath yang dibelit kemelaratan, minta dibayarkan biaya persalinan dengan kompensasi; keluarga Kelly dapat membawa bayi Kath.
Kelak setelah di ambang dewasa, ialah tatkala menempuh high school, Kath menemukan kesejatian jati dirinya. Bahwa dia bertanah asal Indonesia. Ayahnya Minang, ibu Sunda. Namun kemelaratan membuat keduanya bercerai dan menyerahkan Kath kepada warga asing.
Pada saat hampir sama, Kath memeluk agama Islam. Sebabnya, dia patah hati. Namun, momen itu justru mengantarkannya pada haribaan hidayah Ilahi.
Kath mengalami sejumlah diskriminasi ketika mulai mengenakan jilbab. Hingga muncul gelombang pembelaan untuknya. Akhirnya, Kath diperbolehkan mengenakan 'busana gurun'. Ini jelas melegakan.
Namun, sisi lain dalam dirinya mengentak-entak. Dia penasaran dengan keluarga kandungnya. Maka, berbekal 'izin' keluarga Kelly, Kath terbang ke Sumatra Barat untuk menelusuri jejak ayahnya.
Hasilnya? Nihil. Kath bertolak ke Jawa Barat, mencari jejak sang ibu.
Ketemu? Ya. Namun kemelaratan Ibu dan keluarga barunya, membuat Ibu menyuruh Kath pergi. Tak ada yang bisa dia lakukan di sini. Kembali saja ke pangkuan keluarga Kelly. Demikian titah Ibu.
Novel ini, termasuk jenis bacaan yang tidak menyedot banyak pikiran ketika menelusuri isinya. Artinya, isinya relatif ringan. Pilihan kata yang digunakan Muthmainnah juga gampang dan cepat dicerna.
Membaca novel ini, mendamparkan pembaca pada sekelumit budaya urban di Australia, budaya Minang, dan Sunda. Dalam hal ini, pengarang tampak menguasai betul tiga katar belakang yang dia gunakan. Oleh karena itu, lukisan suasana yang digambarkan pengarang, terasa sangat meyakinkan.
Baca Juga
-
Pelajaran Tekad dari Buku Cerita Anak 'Pippi Gadis Kecil dari Tepi Rel Kereta Api'
-
Cerita-Cerita yang Menghangatkan Hati dalam 'Kado untuk Ayah'
-
Suka Duka Hidup di Masa Pandemi Covid-19, Ulasan Novel 'Khofidah Bukan Covid'
-
Akulturasi Budaya Islam, Jawa, dan Hindu dalam Misteri Hilangnya Luwur Sunan
-
Pelajaran Cinta dan Iman di Negeri Tirai Bambu dalam "Lost in Ningxia"
Artikel Terkait
-
Kisah Novel Lolos dari Maut Tragedi Kanjuruhan karena Kehabisan Tiket, Tapi Kakak dan 2 Sepupunya Tewas
-
Ulasan Novel Pemberontakan: Kisah Seorang Penulis Sekaligus Demonstran
-
Cerita Keluarga di Jambi Menabung Uang Receh Rp1.000, Akhirnya Bisa Beli Mobil Toyota Ratusan Juta
-
5 Hal yang Perlu Diperhatikan saat Menulis Tokoh dalam Novel
-
Suka Duka Kehidupan Penulis dalam Buku Dalan Sugih
Ulasan
-
Ulasan Novel Yang Telah Lama Pergi: Runtuhnya Negeri Penuh Kemunafikan!
-
Auto Chill! 5 Rekomendasi Map Gunung Tanpa Rintangan di Roblox
-
Ketika Cinta Menjadi Ujian: Dilarang Bercanda dengan Kenangan 2
-
Lagu Malang Suantai Sayang: Persembahan Sal Priadi untuk Kota Kelahirannya
-
Menyingkap Relasi Kuasa dan Luka Batin dalam Novel Broken Angel
Terkini
-
Purbaya Yudhi Sadewa dan Rp200 Triliun: Antara Kebijakan Berani dan Blunder
-
Intermittent Fasting: Diet Populer dengan Manfaat dan Risiko Kesehatan
-
Futsal 4.0: Dari Lapangan Mini ke Generasi Digital yang Serba Cepat
-
5 Inspirasi OOTD Hijab ala Febby Putri untuk Tampil Anggun di Segala Momen
-
Kronologi Lengkap: Sherina Munaf Selamatkan Kucing Uya Kuya hingga Diperiksa Polisi 12 Jam