Scroll untuk membaca artikel
Candra Kartiko | Sam Edy Yuswanto
Buku "Solusi Islam". (Dok. Pribadi/samedy)

Beruntunglah orang-orang yang selalu merasa haus akan ilmu pengetahuan dan selalu ingin belajar. Belajar di sini tentu tak melulu di bangku sekolah dan perguruan tinggi. Tapi lebih luas lagi maknanya, yakni belajar dari kehidupan lingkungan sekitar kita, atau belajar memahami persoalan orang lain dan mencari solusinya. 

Solusi bukan sekadar solusi tentunya. Melainkan solusi yang sesuai dengan tuntunan Islam. Karena, semua persoalan itu pada hakikatnya sudah ada jawabannya dalam Islam. Oleh karenanya, belajar merupakan hal yang yang tak boleh diabaikan oleh setiap orang. Lebih-lebih mempelajari agama yang akan menjadi jalan lurus dalam menapaki kehidupan.

Dalam bukuSolusi Islam” diungkapkan, banyak orang yang melupakan hubungan antara ibadah, muamalah, dan persoalan hidup. Mereka berpikir, apa sih, manfaat ibadah itu bagi kehidupan? Orang-orang seperti ini tidak mengerti bahwa timbulnya persoalan ibadah, muamalah, dan persoalan dalam kehidupan disebabkan oleh rendahnya ilmu dan seringnya kita melupakan Allah Swt. Padahal Allah-lah sumber segala kebahagiaan hidup.

Dalam hidup ini ada banyak sekali yang ingin kita ketahui dan tanyakan. Seringkali kita bingung hendak bertanya ke mana. Bertanya dalam acara pengajian, kadang malu dan tema pengajian kadang tidak sesuai dengan pertanyaan yang ingin kita tanyakan. Karena itulah MQS publishing bekerja sama dengan DPU DT (Dompet Peduli Umat Darurat Tauhiid) menerbitkan buku “Solusi Islam” yang merupakan kumpulan tanya jawab yang diasuh oleh KH. Miftah Faridl yang dimuat secara serial dalam Majalah Swadaya (Solusi Islam, halaman v).

Salah satu tanya jawab yang menarik disimak dalam buku “Solusi Islam” yakni terkait orang yang memutuskan silaturahmi. Jadi, ada seseorang bertanya kepada Kiai Miftah, perihal (katanya) orang yang memutus tali silaturahmi selama 3 hari tidak akan masuk surga. Ceritanya, si penanya sedang ada masalah dengan kerabatnya dan sudah berusaha selalu minta maaf tapi ia (kerabatnya) tetap dendam. 

Yang jadi pertanyaan, apakah si penanya termasuk orang yang memutuskan tali silaturahmi? Kiai Miftah menjawab, “Kalau Anda sudah berusaha dengan ikhlas dan baik, tentu Anda tidak berdosa dan tidak termasuk memutuskan silaturahmi.

Pertanyaan lain yang menarik disimak dalam buku “Solusi Islam” yakni terkait hukum orang yang jarang beribadah tapi selalu berbuat baik. Begini pertanyaannya: “Bagaimana hukumnya bila seseorang dalam hidupnya jarang beribadah, tapi ia selalu berbuat baik kepada sesama?”

Kiai Miftah menjawab, “Semua amal baik dan buruk akan diperhitungkan dengan adil. Banyak berbuat kebajikan kepada manusia akan mendapatkan pahala. Meninggalkan ibadah kepada Allah akan dibalas Allah dengan adil pula. Kecuali yang bersangkutan tidak mempunyai iman, karena bagi mereka yang tidak beriman tidak ada amal kebajikan yang mendatangkan pahala”.

Saya sangat berharap, terbitnya buku “Solusi Islam” karya Prof. Dr. KH. Miftah Faridl ini dapat menjadi salah satu rujukan solusi atas persoalan-persoalan yang ada di tengah masyarakat.     

Sam Edy Yuswanto