Malam Terakhir merupakan buku kumpulan cerpen karya jurnalis terkemuka dari Tempo, mula-mula berasal dari berbagai cerpen dimuat di berbagai media, lalu dibukukan Penerbit Grafiti, tahun 1989, dikata-pengantari Paus Sastra Indonesia; H.B. Jassin, dan telah diterjemahkan ke bahasa Jerman berjudul Die Letzte Nacht (Horlemman Verlag).
Dua puluh tahun kemudian, tepatnya pada November 2009, buku ini diterbitkan ulang oleh Kepustakaan Populer Gramedia. Penerbitan kembali ini sekaligus sebagai come back Leila Chudori ke kancah sastra Indonesia setelah dua dekade melulu berkutat di bidang jurnalistik.
Leila mengatakan di prolog, betapa terjun menjadi awak majalah Tempo, menempanya tidak hanya sebagai jurnalis profesional. Kultur kerja di Tempo membuat Leila (dan awak lainnya) berkeyaninan bahwa kantor bukanlah kantor, melainkan rumah kedua. Darah para awak media Tempo tak lagi berwarna merah, sebaliknya darah mereka berisi huruf-huruf Tempo.
Oleh sebab itulah, Leila kesulitan untuk fokus menganggit karya sastra; hari-harinya terbetot dan tercurah kepada kerja jurnalistik!
Sebagai karya come back, Leila tidak menerbitkan Malam Terakhir plek ketiplek dengan edisi pertamanya. Ada beberapa cerpen yang dia keluarkan dari buku, ada yang dipertahankan, ada pula tambahan cerpen baru. Tujuannya tak lain agar cerpen-cerpen yang ada, lebih kontekstual dan lebih mewakili Leila di era kontemporer.
Semua cerpen dalam buku setebal xviii + 118 halaman ini membongkar sisi-sisi gelap manusia dari ruang rahasia keluarga hingga pentas di taraf negara.
Misalnya cerpen berjudul Adila. Cerpen ini memaparkan bagaimana kesewenang-wenangan orang tua terhadap anak dengan dalih demi kebaikan sang buah hati: segala urusan anak diatur, dikendalikan, ditekan, diawasi, dan diberi sanksi agar tetap sesuai kemauan orang tua, tanpa sekali pun memberi ruang dialog.
Cerpen ini menggambarkan hilangnya nilai demokrasi dari institusi terkecil dalam masyarakat, yakni keluarga serta bagaimana dampak buruknya bagi perkembangan mental sang anak.
Cerpen Sehelai Pakaian Hitam, menggambarkan bagaimana praktik hipokrisi alias kemunafikan bekerja, semata demi pencitraan positif dan puja-puji masyarakat. Dalam hal ini, Hamdani seorang penulis menjadikan topik-topik agama dan moral sebagai pondasi cerita anggitannya, kendati dia terbebani hal tersebut lantaran tidak sesuai nurani dan perangai asli kesehariannya.
Cerpen Malam Terakhir, mengupas sekelumit cara sewenang-wenang yang dilakukan Orde Baru dalam membungkam daya kritis masyarakat, dengan cara menculik dan membunuh orang-orang yang dilabeli tuduhan subversif.
Membaca kumpulan cerpen ini bisa membuat nyeri sekaligus ngeri akan fakta-fakta yang Leila Chudori bongkar serta paparkan. Namun ibarat obat pahit, kumpulan cerpen ini memberi kesadaran akan kerja-kerja kemanusiaan yang belum usai.
Video yang Mungkin Anda Suka.
Baca Juga
-
Pelajaran Tekad dari Buku Cerita Anak 'Pippi Gadis Kecil dari Tepi Rel Kereta Api'
-
Cerita-Cerita yang Menghangatkan Hati dalam 'Kado untuk Ayah'
-
Suka Duka Hidup di Masa Pandemi Covid-19, Ulasan Novel 'Khofidah Bukan Covid'
-
Akulturasi Budaya Islam, Jawa, dan Hindu dalam Misteri Hilangnya Luwur Sunan
-
Pelajaran Cinta dan Iman di Negeri Tirai Bambu dalam "Lost in Ningxia"
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Sukses Meningkatkan Kualitas Diri, Panduan Praktis Meraih Impian
-
Ulasan Buku 'Cindelaras', Kisah Permaisuri Raja yang Dibuang ke dalam Hutan
-
3 Pesan AntiBullying dalam Buku Cerita Surat Dalam Balon
-
Ulasan Buku Insecurity is My Middle Name: Refleksi tentang Penerimaan Diri
-
Mahfud MD: Permainan Mafia Hukum Saat Ini Mirip Orba, Jabatan Penting Aja Dibeli
Ulasan
-
Ulasan Novel Negeri di Ujung Tanduk: Perjuangan Melawan Ketidakadilan
-
Cinta Tak Terduga di Musim Natal dalam Novel 'If This Was a Movie'
-
Ulasan Buku Legenda Danau Lipan, Perang Dua Negara Akibat Prasangka Buruk
-
Ulasan Buku Ekidna Belajar Mandiri: Berani Menghadapi Keraguan dan Hal Baru
-
Novel Jejak Balak: Alam Rusak, Roh Leluhur pun Marah
Terkini
-
Prabowo Subianto, Sebingkai Pesan Harapan yang Hendak Rakyat Titipkan
-
Rilis Foto Pembacaan Naskah, Ini 3 Pemain Utama Drama Korea Namib
-
Tuai Perdebatan, Kim Nam Gil Tanggapi Tawaran Main di Drama Get Schooled
-
Raih Kemenangan Dramatis, Putri KW Lolos Babak Semifinal Korea Masters 2024
-
Usai Konser di 'Bukan Main' Vindes, Sukatani Menjadi Band Punk Kian Eksis