Siapa yang tak mengenal Pramoedya Ananta Toer? Bagi kalian yang gemar membaca karya-karya sastra Indonesia bergenre postkolonialisme pasti mengenal sastrawan yang satu ini. Pramoedya Ananta Toer lahir di Blora pada 6 Februari 1925. Kiprahnya sebagai sastrawan dimulai sejak ia mengikuti kelompok militer di Jakarta pada masa awal kemerdekaan Indonesia, di mana ia melahirkan beberapa karya cerpen.
Sebagai seorang sastrawan, tentu sudah banyak buku yang dilahirkannya, antara lain Bumi Manusia; Jejak Langkah; Anak Semua Bangsa; Rumah Kaca; Cerita Dari Blora; Gadis Pantai; Perburuan; Arok Dedes; dan masih banyak lagi. Dan kali ini, saya akan mengulas salah satu buku yang juga merupakan buku pertama dari serial Tetralogi Buru, yang ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer ketika menjadi tahanan politik di Pulau Buru, yang berjudul Bumi Manusia. Mari, kita simak ulasannya.
Baca juga: Link Live Streaming Polandia vs Arab Saudi Piala Dunia 2022, Wakil Asia Akan Beri Kejutan Lagi?
Bumi Manusia adalah sebuah novel karya Pramoedya Ananta Toer yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1980, setelah pengarangnya dibebaskan sebagai tahanan politik dari Pulau Buru. Sebagai sebuah karya sastra, novel Bumi Manusia menceritakan kehidupan seorang remaja pribumi yang hidup di masa pemerintahan kolonial Belanda, yang bernama Minke.
Tak seperti kebanyakan remaja pribumi lainnya, Minke mendapat keleluasaan untuk mengenyam pendidikan Belanda di Hindia, karena ia berlatarbelakang keluarga bangsawan. Namun, pendidikan yang didapatkan oleh Minke tak serta-merta membuatnya menjadi angkuh, tak seperti kebanyakan bangsawan yang lainnya. Malahan, pendidikan yang didapatkannya justru memacu dirinya untuk lebih memahami kondisi masyarakat pribumi saat itu, yang tertindas dan memprihatinkan.
Novel Bumi Manusia tak hanya bercerita tentang Minke, atau kehidupan asmaranya dengan seorang perempuan peranakan Belanda yang bernama Annelies. Lebih dari itu, Bumi Manusia menceritakan kehidupan sosial yang amat kompleks, yakni kesenjangan sosial-ekonomi antara orang kulit putih dan pribumi. Dengan penggambaran yang detail pada masa kolonial, saya kira sang pengarang telah berhasil membuat para pembacanya membayangkan suasana dan latar pada masa kolonial dalam buku tersebut. Dan lebih daripada itu, saya kira sang pengarang juga telah berhasil membuat para pembacanya untuk bisa membayangkan hal apa saja yang dialami oleh masyarakat Indonesia pada saat itu.
Baca juga: Piala Dunia Grup H: Satu Gol yang Bermakna Besar bagi Cristiano Ronaldo
Nah, itu tadi merupakan sedikit ulasan mengenai salah satu buku karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Bumi Manusia. Adapun ulasan ini merupakan ulasan saya pribadi, berdasarkan buku tersebut dan keterangan tentang sang pengarang. Itu saja yang ingin saya sampaikan, saya harap ulasan ini dapat bermanfaat bagi kalian yang sedang bingung mau membaca buku apa. Itu saja dari saya, kurang dan lebihnya saya ucapkan permohonan maaf. Sekian dan terima kasih.
Video yang mungkin kamu lewatkan.
Baca Juga
-
Ulasan Film Never Back Down: Kisah Remaja yang Mendalami Mix Martial Arts
-
Ulasan Film Warrior: Kisah Kakak-beradik yang Kembali Bertemu di Atas Ring
-
Ulasan Film Unbroken: Kisah Atlet Olimpiade yang Menjadi Tawanan Perang
-
Ulasan Film The Fighter: Kisah Seorang Pria Meraih Gelar Juara Tinju Dunia
-
Ulasan Film Rocky: Kisah Petinju Lokal Meraih Kesuksesan di Dunia Tinju
Artikel Terkait
-
6 Kunci 'Misteri Pembunuhan Ruang Tertutup' Diplomat Arya Daru Pangayunan
-
Menyusuri Sejarah Semarang dalam Novel Kebakaran Misterius di Kota Lunpia
-
Mengenal Makna Ikhlas di Novel "Harga Sebuah Percaya"
-
Sirah Cinta Tanah Baghdad, Ketika Balas Budi Harus Tahu Batas
-
Cerita Remaja dan Kuliner Khas Betawi Berpadu dalam Novel Delicious Lips
Ulasan
-
Ulasan Film Superman 2025: Keren, Emosional, dan Bikin Nostalgia!
-
Kisah Affandi Koesoema, Dari Poster Film Menjadi Maestro Lukis
-
Ulasan Buku Menjemput Keberuntungan, Motivasi dari Para Tokoh Sukses Dunia
-
Ketua BEM and His Secret Wife: Serial Adaptasi Wattpad yang Bikin Penasaran
-
Review Anime Babanbabanban Vampire, Menampilkan Sisi Lain Cerita Vampir
Terkini
-
Mengajak Kemball Membaca Diri, Kawruh Jadi Payung untuk Tubuh Biennale Jogja 18
-
4 Clay Mask Stick Solusi Praktis Bikin Wajah Cerah, Harga Mulai Rp36 Ribu!
-
Sampah Mikro di Laut Jawa Mengancam Nelayan dan Ekosistem Pesisir
-
Aturan Cuma Buat Rakyat? Menggugat Hak Istimewa Rombongan Pejabat di Jalan Raya
-
Erick Thohir Sebut Sinergi PSSI dan PT LIB Bukan Hanya Formalitas, Mengapa?