Perang anti kapal selam (anti-submarine warfare) merupakan salah satu metode pertempuran yang difokuskan untuk memburu dan menghancurkan kapal selam milik musuh. Banyak metode yang dapat dikategorikan sebagai perang anti kapal selam, salah satunya adalah dengan menggunakan kendaraan udara seperti helikopter ataupun pesawat yang dirancang dapat mendeteksi dan menghancurkan kapal selam.
BACA JUGA: Jokowi Curhat: Menteri Kalau Susah Datang, Kalau Enak Tidak Pernah Ngajak
Di masa orde lama, TNI-AL atau yang pada masa tersebut dikenal dengan nama ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) mengoperasikan pesawat yang dipergunakan sebagai peran anti kapal selam. Salah satu pesawat legendaris yang pernah dioperasika oleh ALRI pada saat itu adalah Fairey-Gannet.
1. Merupakan Bekas Angkatan Laut Inggris
Pesawat intai maritime dan pemburu kapal selam Fairey-Gannet merupakan kapal berbasis kapal induk yang didesain pada akhir dekade 40-an dan mulai diproduksi massal pada awal dekade 50-an. Pesawat yang merupakan pabrikan Fairey Aviation dari Inggris tersebut memang dirancang untuk keperluan angkatan laut kerajaan Inggris atau Royal Navy. Dilansir dari situs airspace-review.com dan indomiliter.com, pesawat ini didatangkan oleh militer Indonesia dalam kondisi rekondisi atau bekas pakai Angkatan laut kerajaan Inggris.
Proses pengadaan pesawat ini dimulai pada tahun 1957 dan pada tahun 1959 pesawat ini mulai datang ke Indonesia dan dioperasikan oleh ALRI. Total, Indonesia memiliki 18 unit yang 2 diantaranya merupakan versi latih. Pesawat tersebut sebelum datang ke Indonesia terlebih dahulu dilakukan modifikasi agar sesuai dengan kondisi iklim di Indonesia.
BACA JUGA: Belanda Minta Maaf Jajah Indonesia Selama 250 Tahun, Dimaafkan?
Akan tetapi, penjualan pesawat yang dilakukan oleh pihak Inggris tersebut sempat diprotes oleh pihak Belanda karena kondisi pada saat itu pemerintah Belanda sedang berkonflik dengan Indonesia perihal Irian Barat/Papua. Kemungkinan pihak Inggris menyetujui penjualan beberapa unit pesawat tersebut guna untuk membangun relasi dengan Indonesia setelah sebelumnya juga menghibahkan beberapa unit jet latih tempur De-Havilland Vampire.
2. Memiliki Desain Baling-baling Ganda
Pesawat Fairey-Gannet yang didesain oleh Fairey Aviation memiliki desain mesin tunggal dengan desain baling-baling ganda yang berputar berlawanan. Konsep baling-baling ini dikenal dengan nama contra-rotating dan diyakini memiliki daya angkat lebih besar daripada balin-baling konvensional.
Mesin yang digunakan untuk pesawat ini adalah Armstrong Siddeley ASMD.1 Double Mamba coupled turboprop. Mesin berjenis turboprop ini mampu membuat pesawat dengan bobot maksimal 8 ton ini mampu terbang dengan kecepatan 500 km/jam.
Untuk sistem persenjataanya, pesawat ini memiliki tempat penyimpanan internal atau bomb-bay yang mampu menyimpan muatan seperti bom dan torpedo dan bom laut. Muatan maksimalnya mencapai 2 ton. Selain itu, persenjataan pesawat ini juga dapat diletakkan di beberapa hardpoint di masing-masing sayap, umumnya pesawat ini juga membawa pod roket tanpa berpemandu sebagai senjata sekunder.
Pesawat yang berukuran cukup tambun ini dioperasikan oleh 3 orang. Indonesia sendiri memilih varian A.S-4 dan T-5 yang merupakan versi peningkatan dari A.S-1 dan T-2 yang dioperasikan oleh Angkatan laut kerajaan Inggris.
3. Harus Dipensiunkan Dini Pasca Kampanye Dwikora
Pesawat Fairey-Gannet yang dimiliki oleh ALRI sempat merasakan turut serta dalam operasi Trikora di kawasan Irian Barat. Pada saat itu, pesawat tersebut melakukan beberapa kali misi pengintaian di sekitar perairan Ambon hingga Papua. Meskipun tidak sampai melakukan misi pertempuran, akan tetapi kehadiran pesawat pemburu kapal selam ini merupakan momok tersendiri bagi Angkatan laut Kerajaan Belanda kala itu.
Pesawat ini kemudian digunakan saat Indonesia melakukan Kampanye Dwikora di kawasan semenjang Malaya. Dilansir dari situs aviahistoria.com, Fairey-Gannet ditugaskan sebagai pesawat patroli diantara jalur laut yang digunakan oleh kapal dagang Inggris dan Australia pada masa tersebut.
Hal itulah yang membuat pihak Inggris marah dan melakukan embargo kepada Indonesia sehingga berimbas pada ketersediaan suku cadang. Pada akhirnya pesawat ini harus rela di-grounded dini pada akhir dekade 60-an karena minimnya suku cadang akibat embargo.
Beberapa pesawat Fairey-Gannet tersebut kemudian dijadikan besi tua karena sudah tidak bisa terbang kembali. Akan tetapi, ada beberapa unit yang diabadikan menjadi monumen di beberapa daerah seperti Jakarta dan Surabaya. Beberapa unit lainnya juga ada yang menjadi koleksi di museum.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Tag
Baca Juga
-
Bambang Pamungkas Sebut Mimpi Indonesia ke Piala Dunia Masih Ada, Kenapa?
-
AFF Cup 2024 Resmi Gunakan Teknologi VAR, Kabar Buruk Bagi Timnas Vietnam?
-
Belum Dilirik STY untuk AFF Cup 2024, Apakah Jens Raven Tak Masuk Kriteria?
-
Sudah Dapatkan Ole Romeny, PSSI Rupanya Masih Berburu Striker Keturunan
-
3 Penyerang yang Berpotensi Tersingkir dengan Hadirnya Ole Romeny di Timnas Indonesia
Artikel Terkait
-
Akun X Wikipedia Bagikan Cerita Firaun Akhenaten yang Pernah Pindahkan Ibu Kota, Warganet: Kok Mirip Sama...
-
Pemerintah Tetapkan Libur Natal 25-26 Desember, Kapan Harga Tiket Pesawat Turun?
-
Kenapa Seminggu Ada 7 Hari? Jawabannya Ada di Langit dan Sejarah
-
Sejarah Singkat Berdirinya PGRI, Diawali dari Perlawanan terhadap Penjajah Belanda
-
Multitalenta, Raline Shah Pamer Kemampuan Menerbangkan Pesawat
Ulasan
-
Bangkit dari Keterpurukan Melalui Buku Tumbuh Walaupun Sudah Layu
-
The Grand Duke of the North, Bertemu dengan Duke Ganteng yang Overthinking!
-
Menyantap Pecel Lele Faza, Sambalnya Juara
-
Antara Kebencian dan Obsesi, Ulasan Novel Malice Karya Keigo Higashino
-
Jangan Memulai Apa yang Tidak Bisa Kamu Selesaikan: Sentilan Bagi Si Penunda
Terkini
-
Seni Menyampaikan Kehangatan yang Sering Diabaikan Lewat Budaya Titip Salam
-
3 Moisturizer Lokal yang Berbahan Buah Blueberry Ampuh Perkuat Skin Barrier
-
5 Manfaat Penting Pijat bagi Kesehatan, Sudah Tahu?
-
Novel 'Mana Hijrah': Ujian Hijrah saat Cobaan Berat Datang dalam Hidup
-
Kalahkan Shi Yu Qi, Jonatan Christie Segel Tiket Final China Masters 2024