Novel Klara and the Sun ini adalah novel karya Kazuo Ishiguro yang pernah meraih hadiah Nobel. Di Indonesia sendiri, novel ini sudah diterjemahkan oleh Gramedia dengan judul Klara dan Sang Matahari.
Klara and the Sun mengangkat genre utama sebagai novel science-fiction karena bercerita mengenai distopia, dengan tokoh utama Klara yang merupakan robot Artificial Intelligence. Selain itu, novel ini juga menceritakan slice of life dengan konflik yang sebenarnya tidak terlalu berat.
Yang membuat novel ini menarik adalah point of view dari tokoh utama yang merupakan sosok robot dalam memandang dunia manusia.
Klara, robot yang diciptakan untuk menjadi artificial friend (AF) awalnya berada dalam sebuah toko yang memperjualbelikan berbagai macam AF. Sambil menunggu ia diadopsi, atau ketika dalam proses pengisian daya yang menggunakan energi matahari, Klara sering memperhatikan tingkah laku manusia yang lalu lalang melewati toko.
Tidak seperti robot-robot lain, Klara ternyata adalah robot yang spesial. Selain memiliki kecerdasan yang tinggi, ia juga memiliki kemampuan untuk memahami emosi.
Klara memiliki harapan bahwa suatu hari nanti ia ingin menjalin hubungan yang setara dan bahagia bersama manusia. Namun ternyata ekspektasinya keliru seiring dengan pengamatannya yang melihat realita di dunia manusia. Bahwa manusia itu, seringkali tidak konsisten.
Suatu ketika ia diadopsi oleh seorang keluarga yang memiliki anak bernama Josie. Tugas utama Klara saat itu adalah menemani Josie yang ternyata sakit-sakitan.
Saat menjadi AF bagi Josie, Klara belajar banyak hal. Utamanya mengenai arti persahabatan dan cinta. Salah satu bagian yang paling menarik adalah ketika Klara secara khusus meminta kepada "Sang Matahari" untuk menyembuhkan Josie. Karena selama ini ia meyakini bahwa matahari lah yang menjadi sumber kehidupannya, dan mungkin matahari bisa memberi kehidupan yang baru juga untuk Josie.
Hal ini menjadi sesuatu yang menampar. Bagaimana seorang AF yang sebenarnya tidak memiliki perasaan, tapi ternyata bisa bersikap lebih humanis dari manusia.
Ada banyak kritik mengenai humanisme yang disampaikan penulis lewat sosok Klara ini. Nyatanya, selama ini kita sering mengabaikan hal-hal manusiawi karena banyaknya kepentingan. Dan hal itu kadangkala tidak kita sadari.
Secara umum, kisah mengenai Klara dan Sang Matahari ini adalah kisah yang hangat dan menyentuh. Jika kamu suka dengan pembahasan filosofis atau ingin mencari makna mengenai eksistensi manusia, novel ini bisa menjadi bacaan ringan yang mengisi waktu luangmu!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Ulasan Buku Berpikir Non-Linier, Mekanisme Pengambilan Keputusan dalam Otak
-
Ulasan Buku The Little Furball, Kisah Manis tentang Menghadapi Perpisahan
-
Ulasan Buku I'm (not) Perfect, Menyorot Ragam Stigma tentang Perempuan
-
Ulasan Buku Dolpha: Empat Anak Sahabat Laut, Petualangan Seru Anak Pesisir
-
Ulasan Buku 365 Ideas of Happiness, Ide Kreatif untuk Memantik Kebahagiaan
Artikel Terkait
-
Kisah Manis Keluarga di Novel 'Rahasia Keluarga dan Cerita-Cerita Lainnya'
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern
-
Ulasan Novel Harga Teman: Ketika Hasil Kerja Tidak di Hargai oleh Klien
-
Hidup dalam Empati, Gaya Hidup Reflektif dari Azimah: Derita Gadis Aleppo
-
Ulasan Novel The One and Only Bob, Kisah Berani Bob sang Anjing Kecil
Ulasan
-
Review Anime Bofuri, Main Game VRMMORPG yang Jauh dari Kata Serius
-
Baper, Film Jepang 'The Blue Skies at Your Feet': Cinta, Waktu dan Air Mata
-
Kisah Manis Keluarga di Novel 'Rahasia Keluarga dan Cerita-Cerita Lainnya'
-
Desa Wisata Bromonilan, Menikmati Sejuknya Udara khas Pedesaan di Jogja
-
Sambal Goang yang Super Pedas, Pecel Lele 5 Saudara Primadona Baru Jambi
Terkini
-
Nilai Tukar Rupiah Anjlok, Laba Menyusut: Suara Hati Pengusaha Indonesia
-
Ondrej Kudela Antar Persija Jakarta Teguk Kemenangan, Persik Kediri Makin Terpuruk
-
Jawaban Ryan Coogler Soal Peluang Sekuel Film Sinners
-
Mengulik Pacaran dalam Kacamata Sains dan Ilmu Budaya
-
Orang Baik Sering Tersakiti: Apakah Terlalu Baik Itu Merugikan Diri?