Banyak orang mendambakan memiliki keluarga yang bahagia. Namun nyatanya, tak semua orang mampu menciptakan suasana nyaman, aman, dan penuh kebahagiaan dalam keluarganya.
Salah satu indikasi keluarga yang tidak bahagia adalah bila orang tua memiliki sifat otoriter dan tidak bisa menerima pendapat atau masukan dari anak-anaknya. Anak hanya selalu dituntut untuk menuruti kemauan orang tua, termasuk dalam hal memilih jurusan sekolah, memilih jodoh, dan lain sebagainya.
BACA JUGA: Ulasan Buku Manifesto Perlawanan Perempuan, Suara Lantang Terhadap Patriarki
Dalam buku ini dijelaskan, pola pengasuhan tradisional sepertinya sudah tidak mampu lagi menghadapi perubahan zaman. Beberapa kasus di zaman ini menunjukkan adanya ketidakberesan dalam perkawinan, keluarga, dan pengasuhan anak. Karena itu, dibutuhkan kondisi keluarga yang ideal, yaitu keluarga yang tangguh mengarungi zaman sekarang ini, yakni keluarga yang mengandalkan pola asuh demokratis.
Pola asuh demokratis jika diterapkan di zaman ini akan lebih fleksibel bila dibandingkan pola asuh tradisional yang terkesan otoriter atau mungkin pola asuh yang bebas. Anak diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat dan diikutsertakan dalam pemecahan masalah yang muncul dalam keluarga. Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan kooperatif terhadap orang lain (hlm. vii).
Orang tua harus berusaha memahami bahwa pola asuh demokratis akan mengantarkan anak-anaknya kepada kesuksesan dan kehidupan mereka akan jauh lebih bahagia dan menyenangkan.
BACA JUGA: Ulasan Buku Get Smart: Mindset agar Bertindak Selayaknya Orang Sukses
Anak menjadi lebih bahagia karena mereka diberi hak untuk menentukan pilihan hidupnya sendiri. Tentu saja, selama pilihan-pilihan mereka itu masih dalam lingkup positif dan tidak melanggar norma dan agama.
Dalam pandangan Hurlock (1996), bahwa perlakuan orang tua terhadap anak akan mempengaruhi sikap anak dan perilakunya. Sikap orang tua sangat menentukan hubungan keluarga sebab sekali hubungan terbentuk, ini cenderung bertahan. Hendaknya orang tua juga bisa memahami anak dengan baik dan mengenali sikap dan bakatnya yang unik, mengembangkan dan membina kepribadiannya tanpa memaksanya menjadi orang lain (hlm. 3).
Melalui buku ‘Mengembangkan Pola Asuh Demokratis’ yang ditulis oleh Al. Tridhonanto dan Beranda Agency (Elex Media Komputindo) ini, para orang tua diajak untuk belajar tentang nilai-nilai demokrasi dalam sebuah keluarga.
Baca Juga
-
Seni Mengatur Waktu dengan Baik dalam Buku "Agar Waktu Anda Lebih Bermakna"
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Manifesto Perlawanan Perempuan, Suara Lantang Terhadap Patriarki
-
Ulasan Buku Get Smart: Mindset agar Bertindak Selayaknya Orang Sukses
-
Ulasan Buku Orang Indonesia Tionghoa Mencari Identitas
-
Ulasan Buku Learning How to Learn: Kuasai Hal Baru Tanpa Buang Waktu
-
3 Rekomendasi Novel dari Penulis Korea, Super Seru dan Penuh Kisah Cinta Remaja!
Ulasan
-
Review Film No Other Choice: Ketika PHK Membuatmu Jadi Psikopat!
-
Novel Semesta Terakhir untuk Kita: Ketika Ego dan Persahabatan Bertarung
-
Years Gone By: Ketika Cinta Tumbuh dari Kepura-puraan
-
Ulasan Buku My Olive Tree: Menguak Makna Pohon Zaitun bagi Rakyat Palestina
-
Review Film Death Whisperer 3: Hadir dengan Jumpscare Tanpa Ampun!
Terkini
-
Evaluasi Tanpa Jeda: Sikap Nekat Pemerintah soal MBG
-
Sinopsis Silent Honor, Drama China Genre Politik yang Dibintangi Yu He Wei
-
Review Samsung Galaxy S25 FE: Flagship Samsung Paling Worth It di Kelasnya
-
Drama Pasca Cerai: Arhan Galau Maksimal, Zize Liburan Cuek Bebek di Jepang
-
Indra Sjafri Kembali! Mampukah Pertahankan Emas SEA Games di Kandang Thailand yang Penuh Dendam?