Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Tuan Typo
Novel A Friend's Goodwill.[Dok. pribadi/SonangAmbarita]

Sangsi sosial sebagai salah satu hukuman yang tepat untuk para perundung mungkin bisa jadi salah satu pilihan yang tepat. Intimidasi dari banyak orang akan membuat perundung berpikir kembali atas tindakannya. 

Blurb Novel A Friend's Goodwill

Langit tak terbukti melakukan pembunuhan terhadap Awan. Meski begitu, dia tak lepas dari sangsi sosial dan tuduhan sebagai pembunuh Awan  dari teman-teman di sekolah. Tuduhan itu makin kuat setelah video perundungan yang dilakukannya pada Awan viral di internet. Setali tiga uang, hubungannya dengan Hari, Iman, Satria pun kandas. Dibantu polisi Bram, Langit yang ditudung rasa bersalah pada Awan, berusaha mencari pelaku pembunuhan Awan.  

Ulasan buku

Buku ini adalah lanjutan dari buku The Good Friend. Jika di buku sebelumnya menceritakan tentang Awan dengan kehidupannya bersama nenek dan Langit yang suka merundung, di buku ini lebih fokus pada Langit yang berusaha mencari tahu siapa pembunuh awan.  

Konsep ceritanya aku lebih suka buku kedua ini. Ceritanya lebih menyatu karena hanya fokus pada sudut pandang Langit. Pertanyaaan yang muncul di buku sebelumnya, perlahan dijawab di buku ini.  

Di buku ini Langit berusaha menemukan pelaku pembunuhan Awan di Villa. Dengan bantuan seorang polisi dan ketiga temannya, mereka menyatukan semua informasi yang mereka dapatkan.  

Pembunuh Awan pun akhirnya terungkap dan alasan kenapa dia membunuh awan terjawab sudah. Aku bisa lega setelah selesai membaca buku ini. Karena, sebelumnya masih menduga-duga dan takut ada plot twist mengejutkan. 

Pesan di buku kedua ini sama bagusnya dengan buku pertama. Aku suka tindakan yang dilakukan Langit dengan meneruskan catatan yang dibuat Awan. Kekerasan pada anak memang harus diberantas apa pun alasannya.  

Tapi, aku sempat mengira masih ada sesuatu yang penting perihal Kenzo saat Langit menerima telepon. Dari adegan ini aku merasa ada yang masih harus digali. Ditambah Pak Bram ngajak ketemu Langit di kafe karena mau bahas Kenzo. Tapi, pas di rumah sakit Pak Bram bilang gak ada yang penting dan mau dibahas setelah keluar dari rumah sakit. 

Sampai ending, gak dibahas lagi. Kalau gak penting-penting banget, kenapa harus sampai ngajak ketemu? Lewat telepon harusnya bisa, kan? 

Selebihnya, aku suka novel ini. Sangsi sosial yang diterima Langit sangat tepat. Karena pelaku perundungan harus menerima ganjaran yang memberi efek jera atas apa yang mereka lakukan. 

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tuan Typo