Memahami diri, mengenali diri, melihat diri sendiri melalui sebuah cermin barangkali adalah sebuah cara kuno untuk dilakukan. Bahkan dalam sebuah kajian psikologis, mengenali diri sendiri dengan melihat diri sendiri, refleksi diri, kontemplasi adalah sesuatu yang sudah cukup menjenuhkan.
Seorang profesor dari Stanford University, James D. Fearon memberikan kacamata baru dalam memahami diri. Melalui bukunya yang berjudul “What is Identity?” ia mengajak para pembaca untuk menengok identitas dalam diri kita melalui perspektif sosial. Sebuah sudut pandang yang berbeda dalam kajian psikologi klasik.
Buku yang diterbitkan oleh Bright Publisher beberapa tahun yang lalu, tepatnya pada 2020 ini, memberikan sebuah pencerahan bagi masyarakat bahwa ternyata untuk melihat sebuah diri, untuk mengenali identitas kita, itu melalui pengenalan dengan lingkungan sosial kita.
Fearon melalui karya yang berisi sembilan babnya itu, selalu menekankan bahwa identitas dilihat melalui sebuah kategori sosial yang sudah tersedia di masyarakat. Misalnya, saya merupakan seorang muslim, sekaligus juga saya merupakan seorang mahasiswa, serta seorang penulis, dan juga seorang warga Indonesia, dan lain seterusnya.
Begitulah yang kemudian disebut oleh Fearon sebagai identitas sosial sebagaimana di jelaskannya di bab empat. Meskipun ia mendiskusikan tentang identitas personal yang seolah-olah lebih subjektif di bab enam, namun dalam bab itu lagi-lagi ia menekankan bahwa identitas personal seseorang dibentuk melalui sebuah pergulatan sosial di masyarakat.
Namun, sebelum perdebatan itu, melalui karyanya yang berjumlah 92 halaman lebih ini, di bagian awal ia mengajak pembaca untuk merefleksikan pentingnya memahami identitas, bagaimana identitas itu didefinisikan serta bagaimana identitas itu dibentuk secara sosial. Kemudian, dilanjutkannya perdebatan tentang persoalan peran, tindakan-tindakan berbasis identias serta identitas aktor-aktor kelembagaan.
Di bagian akhir, buku yang diterjemahkan oleh seorang pengajar di School of Humanities, President University, Bekasi yakni Afthonul Afif ini menegaskan kembali sebuah tesis pokoknya bahwa identitas bermakna sebagai sebuah kategori sosial, yang ditentukan oleh aturan-aturan keanggotaan dan atribut atau perilaku yang dianggap mencirikan harapan tertentu. Serta identitas dipahami sebagai pembeda secara sosial di mana orang mengambil kebanggaan tertentu karena mengenakan identitas tersebut.
Dengan kata lain, bagaimana kita memahami diri yang melalui lencana apa saja yang sedang kita kenakan dalam sebuah interaksi sosial. Apa saja yang kita lakukan selama ini? Apa yang membuat kita bangga dengan diri sendiri? Apa yang sedang kita harapkan? Pekerjaan, profesi, rutinitas, status, kelas sosial, dan lain semacamnya itu semua adalah kategori sosial yang dimiliki oleh setiap orang.
Meskipun buku ini terkesan tipis dan menggunakan bahasa yang sederhana, namun buku ini sangat cocok sebagai pengantar awal untuk memahami identitas. Pasalnya, referensi yang dirujuk oleh buku ini bukanlah sumber-sumber yang sembarangan, melainkan langsung kepada tokoh-tokoh fenomenal dalam kajian identitas, seperti Erik Erikson, Sheldon Stryker, Richrd Jenkins dan lain sebagainya.
Baca Juga
-
Ranking Sekolah, Segregasi Ruang Kuliah, dan Stigma yang Menyertai
-
7 Salah Kaprah Masyarakat dalam Memahami Karl Marx
-
Demonstrasi: Mementingkan Beberapa Pihak, Merugikan Banyak Pihak
-
Kekerasan Seksual di Pesantren: dari Legitimasi Kuasa dan Moral Budak Santri
-
Meretas atau Diretas: Masa Depan Algoritma di Kehidupan Manusia
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku My Home: Myself, Rumah sebagai Kanvas Kehidupan
-
Menggali Xenoglosofilia: Apa yang Membuat Kita Tertarik pada Bahasa Asing?
-
Menggali Makna Kehidupan dalam Buku Seni Tinggal di Bumi Karya Farah Qoonita
-
Ulasan Buku Bersyukur Tanpa Libur: Belajar Menerima Apa yang Kita Miliki
-
Ulasan Buku Bob Sadino Karya Edy Zaqeus: Mereka Bilang Saya Gila!
Ulasan
-
Review Gunpowder Milkshake: Ketika Aksi Bertemu dengan Seni Visual
-
Ulasan Buku My Home: Myself, Rumah sebagai Kanvas Kehidupan
-
Menggali Makna Kehidupan dalam Buku Seni Tinggal di Bumi Karya Farah Qoonita
-
Bisa Self Foto, Abadikan Momen di Studio Terbesar Kota Jalur
-
Ulasan Buku Bersyukur Tanpa Libur: Belajar Menerima Apa yang Kita Miliki
Terkini
-
PSSI Targetkan Timnas Indonesia Diperingkat ke-50 Dunia pada Tahun 2045 Mandatang
-
Memerankan Ibu Egois di Family by Choice, Kim Hye Eun: Saya Siap Dihujat
-
3 Serum yang Mengandung Tranexamic Acid, Ampuh Pudarkan Bekas Jerawat Membandel
-
3 Varian Cleansing Balm Dear Me Beauty untuk Kulit Kering hingga Berjerawat
-
Alfan Suaib Dapat Panggilan TC Timnas Indonesia, Paul Munster Beri Dukungan