Buku "Good Vibes, Good Life" karya Vex King mengangkat tema tentang pentingnya mencintai diri sendiri sebagai kunci untuk mencapai tujuan hidup. Meskipun pembukanya melibatkan konsep Law of Attraction (Loa), Vex King kemudian beralih ke Law of Vibration (Lov) untuk menekankan peran positif dalam menciptakan perubahan dalam kehidupan kita.
Dalam pembahasan awalnya, penulis merenungkan keberlakuan Loa dan menyampaikan pengalaman pribadinya yang terkait. Namun, ketidakpastian mengenai konsep ini mendorong penulis untuk menyajikan Lov sebagai alternatif yang lebih fokus pada tindakan konkret. Menurutnya, ketika kita "menggetarkan" kehidupan dengan tindakan baik, semesta akan merespons secara positif.
Contoh yang diberikan adalah tentang seseorang yang bermimpi menjadi seorang pianis. Vex King menggambarkan bahwa manusia tersebut perlu membiasakan diri dengan kebiasaan pianis, seperti sering berlatih, menciptakan musik, dan mengasah kepekaan nada.
Dengan konsistensi dalam tindakan tersebut, ada peluang bahwa impian tersebut dapat terwujud. Penekanan pada Lov memberikan pemahaman bahwa perubahan positif dalam hidup dimulai dari tindakan nyata.
Setelah pembahasan mengenai Loa dan Lov, Vex King memasuki inti buku ini dengan mengeksplorasi konsep "good vibes" yang menjadi kunci menuju "good life". Bab-babnya mengajak pembaca untuk membangun motivasi diri melalui pembentukan kebiasaan positif, seperti praktik mindfuness dan perencanaan masa depan dengan langkah-langkah yang konstruktif. Selain itu, buku ini juga diperkaya dengan sejumlah kutipan yang bertujuan memberikan validasi perasaan pembaca.
Namun, isi buku ini tidak memberikan wawasan baru yang segar. Materi yang dibahas terasa umum dan sering dijumpai dalam buku-buku pengembangan diri lainnya. Meskipun pembahasan tentang Loa dan Lov menarik, pembahasannya kurang mendalam untuk bab-bab selanjutnya.
Meskipun demikian, buku ini tetap memberikan pesan positif dan inspiratif. Bagi mereka yang sedang mengalami reading slump atau baru memulai perjalanan untuk pengembangan diri, buku ini dapat menjadi pilihan yang ringan dan menarik.
Buku ini juga cocok untuk pembaca yang ingin membangun kebiasaan membaca atau meningkatkan kemampuan bahasa Inggris mereka melalui versi bahasa aslinya. Kesimpulannya, buku ini menawarkan kesan positif, namun mungkin tidak memuaskan pembaca yang sudah terbiasa dengan genre ini.
Baca Juga
-
Mengeksplorasi Musik Estetik Lewat Lagu ONEUS Bertajuk Same Scent
-
Review Lagu Kai Mmmh: Cinta Posesif dalam Balutan R&B yang Elegan
-
Ulasan Film Maggie: Komedi Absurd yang Sarat akan Makna
-
Cafe Sawah Pujon Kidul: Oase Pedesaan dengan Pemandangan Memukau di Malang
-
Sarinah Jakarta: Ruang Publik dengan Gaya Kekinian di Jantung Ibu Kota
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel "Bumi Manusia" Karya Pramoedya Ananta Toer
-
Ulasan Novel The Strange Library, Terjebak di Perpustakaan Penuh Fantasi
-
5 Alasan Mengapa Banyak Orang Mulai Beralih Membaca Buku Digital, Kamu Termasuk?
-
Lika-liku Kehidupan Remaja dalam Novel 'Wedding with Converse'
-
Review Novel Misteri Dian yang Padam: Cerita Epik dari Tahun 85
Ulasan
-
Pulau Karampuang, Salah Satu Wisata Wajib Dikunjungi saat Liburan di Mamuju
-
Ariana Grande Refleksikan Perempuan Penuh Komitmen Lewat Lagu Right There
-
Mengeksplorasi Musik Estetik Lewat Lagu ONEUS Bertajuk Same Scent
-
Review Lagu Kai Mmmh: Cinta Posesif dalam Balutan R&B yang Elegan
-
Pantai Manakarra, Tetap Menarik Meski Tanpa Pasir Pantai
Terkini
-
Xiaomi 16 Diprediksi Meluncur pada September 2025, Berikut Bocoran Spesifikasinya
-
Realme GT 7 dan Realme GT 7T Bakal Rilis 27 Mei 2025, Mana yang Terbaik?
-
Marselino Ferdinan: Persimpangan Antara Oxford United atau Klub Belanda
-
8 Atlet Unggulan Malaysia Masters 2025 Ini Kandas di Babak Pertama
-
Sinopsis The Prisoner of Beauty Episode 1: Pernikahan Politik