Ketika melihat sampul novel yang berjudul Perjalanan Mustahil Samiam dari Lisboa, saya langsung tertarik untuk membacanya. Ilustrasinya mirip novel-novel klasik. Judulnya pun unik dan menarik.
Awalnya saya mengira novel ini adalah novel terjemahan karena mengangkat kisah seorang pemuda bernama Samiam yang berasal kota Lisboa, Portugal. Tapi ternyata, novel ini adalah novel lokal yang ditulis oleh Zaki Yamani.
Mengapa saya mengira novel terjemahan? Karena dari segi latar tempat, deskripsi suasana, narasi, hingga kuatnya riset yang dilakukan oleh penulis mengenai kondisi Eropa pada abad ke 16 betul-betul detail.
Terlebih ketika novel ini diawali dengan pembuka berupa kisah Professor Barend Hendrik van Laar yang menemukan buku harian dari Samiam ini.
Penggambaran cerita tentang sang profesor terasa realistis. Saya jadi mengira kalau Professor Barend memang sosok yang nyata, dan buku harian Samiam benar-benar ada.
Kalau saja tidak membaca nama penulis yang ternyata adalah orang Bandung ini, mungkin saya pikir perjalanan Samiam yang menempuh lautan demi mencari jati dirinya adalah sesuatu yang benar terjadi.
Bahwa ia pernah beririsan dengan sejarah yang mengikat antara Indonesia dan Portugal.
Nah ceritanya Samiam Nogueira ini merupakan anak angkat seorang nelayan, namun berprofesi sebagai pedagang rempah-rempah.
Ia tiba-tiba mendapatkan sebuah peta misterius. Samiam memperoleh peta tersebut dari seorang nenek tua yang mengatakan bahwa peta tersebut adalah Peta Orang Jawa.
Awalnya ia tidak percaya dengan peta itu. Namun satu per satu konflik yang timbul akhirnya membawanya pada keinginan untuk melakukan perjalanan ke Timur, dengan berlandaskan peta tersebut.
Ia berpetualang dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Mulai dari Lisboa, Valencia, hingga Konstantinopel. Dalam perjalanan itu, ia terlibat dalam polemik bersama kelompok rahasia penentang Paus dan pemerintah bernama Porto De Graal.
Dan di akhir, Samiam bergabung dengan kelompok tersebut demi sebuah kepentingan dan untuk mengungkap siapa dirinya yang sebenarnya.
Hal tersebut ia tuliskan semua di buku hariannya, yang kemudian ditemukan oleh Prof Barend tiga abad setelah kejadian tersebut.
Secara umum, untuk genre historical fiction, novel ini sangat menarik. Keunggulannya ada dalam narasi dan kekuatan riset yang membuat buku ini sangat insightful sekaligus menyenangkan untuk dibaca.
Bagi kamu yang suka membaca fiksi sejarah, saya rekomendasikan novel Perjalanan Mustahil Samiam dari Lisboa ini untuk mengisi rak buku-mu!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
Artikel Terkait
-
Ulasan Film Little Women, Kisah Empat Gadis dengan Semangat Feminisme
-
Ulasan Novel Oneira Chruse and Ares Eyes Cube: Misteri Petualangan di Dunia Duyung
-
Aksi Kamisan: Sejarah, Kapan Pertama Kali Digelar dan Alasan di Baliknya
-
Memaknai Derita dari Novel Lapar
-
Ulasan Buku Petualangan 'Sherlock Holmes: Art in the Blood' Karya Bonnie Macbird
Ulasan
-
Ulasan Drama Korea The Manipulated: Ketika Kasus Kriminal Bisa Dimanipulasi
-
Ulasan Film Eleanor The Great: Kisah Pilu di Tengah Kebohongan
-
Ulasan Novel Kala Langit Abu-Abu: Rasa Tetap Sama, Kenyataan yang Berubah
-
Menyantap Sunyi dalam Novel Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati
-
Ulasan Buku The Demon of Unrest: Sejarah Kelam Dunia
Terkini
-
Hukum di Indonesia Mengenai Bullying: Sudah Cukup Tegas atau Belum?
-
Perpisahan Penuh Haru, Doyoung dan Jungwoo NCT Resmi Jalani Wajib Militer
-
Pesan Film Moonlight: Deskriminasi, Trauma, dan Keberanian Lawan Bullying
-
Yakob Sayuri Jadi Korban Rasisme, PSSI Didesak Ambil Tindakan Tegas!
-
Alyssa Daguise Bingung soal Minyak Jelantah, Warganet: Jangan Cari Tahu