"Laut Bercerita" karya Leila S. Chudori, sebuah buku fenomenal yang mungkin memiliki banyak penggemar. Menurut saya, ini tidaklah mengherankan karena kisahnya yang dikemas menarik dan menggugah hati.
"Laut Bercerita" berkisah tentang keluarga, kehilangan, sekumpulan sahabat, kekosongan di dada, sekelompok orang yang gemar menyiksa, para berkhianat, kesakitan, dan tentang cinta yang tak akan luntur.
Cerita ini mengambil setting di Jakarta tahun 1998, tepatnya di bulan Maret. Kisah ini bermula saat sebuah keluarga harus kehilangan anak bernama Biru Laut karena disekap. Dia tidak sendiri karena teman-temannya yang lain juga menjadi korban dari orang tidak dikenal ini.
Selama berbulan-bulan dalam penyekapan, dia diinterogasi, bahkan dipukul, ditendang, digantung, dan disetrum agar jawaban penting mau keluar dari mulutnya.
Selama kurun waktu 3 bulan, angota keluarga Biru masih terus menunggunya pulang. Setiap hari mereka masih berharap akan ada keajaiban keluarga mereka bisa berkumpul seperti sedia kala.
Namun penantian ini masih belum berujung temu. Biru laut masih belum juga muncul.
2 tahun berselang, Asmara Jati, adik Biru, sudah tidak bisa menahan kesedihannya. Ia pun mencoba mencari jejak kakaknya yang hilang.
Ada kutipan penuh makna yang saya temukan dalam buku ini, yaitu:
“Matilah engkau mati, engkau akan lahir berkali-kali.”
Menurut saya, kalimat ini memiliki makna bahwa dalam hidup ini kita memang akan banyak mengalami rintangan. Perjalanan ini mungkin akan membuat kita mengalami kegagalan. Namun ini tidaklah selamanya karena kita bisa bangkit untuk memulai hidup yang baru.
Tidak apa-apa kita mengalami kegagalan, bahkan rasanya seperti mau mati. Tidak apa-apa. Selama kita tidak menyerah, kita akan bisa lahir berkali-kali alias memulai hidup yang baru lagi dan lagi.
Bagian yang saya suka dari buku ini adalah kutipan-kutipan penuh makna seperti ini. Meski ada beberapa bagian yang membuat saya harus membaca ulang agar semakin memahami maksudnya, tapi secara keseluruhan, novel ini bagus untuk dibaca hingga selesai.
Selain itu, saya sangat menyukai cover bukunya yang berwarna cerah. Ilustrasinya benar-benar cantik dan membuat penasaran untuk membuka halaman demi halamannya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Kisah Relawan Kebersihan di Pesisir Pantai Lombok
-
Viral Tumbler KAI: Bahaya Curhat di Medsos Bagi Karier Diri dan Orang Lain
-
Ricuh Suporter Bola hingga War Kpopers, Saat Hobi Tak Lagi Terasa Nyaman
-
Budaya Titip Absen: PR Besar Guru Bagi Pendidikan Bangsa
-
Bukan Cuma Guru Honorer, Freelancer Nyatanya Juga Tak Kalah Ngenes
Artikel Terkait
-
Review Novel Pramoedya: Ketika Cinta Terhalang Ingatan yang Pudar
-
Punya Cover Super Estetik, Ini 4 Buku yang Cocok Dikoleksi di Rak Bukumu
-
4 Novel Bertema Musim Semi nan Cerah, Buat Harimu Jadi Manis dan Indah!
-
4 Deretan Novel Bertema Pendidikan, Ada Laskar Pelangi hingga Totto-chan
-
4 Rekomendasi Novel Bantal Lebih dari 700 Halaman, Menantang untuk Dibaca
Ulasan
-
Ulasan Film Qorin 2: Mengungkap Isu Bullying dalam Balutan Horor Mencekam
-
Ulasan Buku "Revenge of the Tipping Point", Kombinasi Psikologi Dunia
-
Review Film Wasiat Warisan: Komedi Keluarga dengan Visual Danau Toba
-
Review Film Zootopia 2: Petualangan yang Lebih Dewasa dan Emosional
-
Ulasan Film Steve: Kisah Satu Hari yang Mengancam Kewarasan
Terkini
-
Fenomena Job Hugging, Tanda Loyalitas atau Karier Stagnan?
-
Cerah Maksimal! 4 Skincare Daily Mask Niacinamide untuk Glowing Setiap Hari
-
Kisah Akbar, Disabilitas Netra yang Berkelana di Ruang Sastra Tukar Akar
-
Ari Lasso Beri Kejutan Romantis untuk Dearly Djoshua, Bantah Rumor Putus?
-
Rentetan Bullying Hingga Kekerasan di Sekolah, Bagaimana Peran Pendidik?