Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Hafsah Azzahra
Buku Besar Peminum Kopi (Gramedia)

Buku Besar Peminum Kopi” karya Andrea Hirata membuat saya bernostalgia akan tiga bukunya terdahulu, yaitu: “Maryamah Karpov”, “Padang Bulan”, dan “Cinta di Dalam Gelas”.

Buku ini diterbitkan ulang di awal tahun 2020 lalu oleh penerbit Bentang Pustaka dalam bentuk Original Story.

“Buku Besar Peminum Kopi” bercerita tentang latar belakang hidup Nong yang diselingi kisah kelulusan Ikal. Namun sayang, meski lulusan luar negeri, Ikal lulus di saat yang tidak tepat dan ia berakhir dengan bekerja di warung paman L.

Pekerjaannya ini membuat Ikal mengelompokkan jenis orang yang datang ke warung pamannya yang pemarah menjadi 7. Klasifikasi ini ia buat berdasarkan pesanan kopi dan kebiasaan mereka.

Menurutnya, semakin pahit kopi yang mereka minum, maka semakin pahit pula kisah hidupnya. Sementara mereka yang datang ke warung kopi hanya untuk memesan teh tawar adalah sekelompok orang yang menyia-nyiakan hidup.

Meski awal novel ini agak membosankan tapi alur menjadi seru sejak Ikal bertemu Nong. Keduanya pun berteman dekat. Selain itu juga ada Midah, Selamot, Nong, Bron, M. Nur yang juga menjadi kawan Ikal di Kampungnya, Ketumbi.

Nong dikisahkan memiliki mantan suami bernama Matarom. Dia adalah juara catur bertahan 2 tahun di kampung mereka. Akibat sakit hati pada masa lalunya, Nong berniat mengalahkan Matarom dalam permainan khas laki-laki ini.

Kebetulan, Ikal memiliki teman kuliah yang grandmaster catur dari Georgia. Darinyalah Nong belajar bermain catur. Ia ingin mendobrak sejarah di kampungnya dengan menjadi pemain catur perempuan pertama.

Tidak ada yang perlu dikomentari, karena ini Andrea Hirata jadi saya memang menyukai gaya bahasa menulisnya sejak awal. Kalimatnya lucu, mengalir, dan unik. Selain itu, ada banyak pelajaran yang bisa dipetik melalui buku ini, salah satunya tentang catur.

Penulis benar-benar menunjukkan hasil riset yang luar biasa saat memaparkan beberapa teknik bermain catur dalam karya fiksinya ini.

Akhir kata, saya sangat mengagumi karya-karya Andrea Hirata. Buku ini sangat menghibur karena ada perumpamaan yang memancing tawa.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Hafsah Azzahra