Perasaan sedih, kehilangan, maupun putus asa adalah jenis perasaan yang biasanya kita hindari.
Setiap hari, kita mungkin disuguhi dengan motivasi agar selalu memiliki pikiran dan perasaan yang positif. Namun ternyata, implementasinya tidak semudah itu.
Pada suatu titik, kita akan berada dalam fase yang terpuruk. Sayangnya, fase tersebut sering kali membuat kita tidak berdaya dalam menghadapinya.
Untuk itu, Susan Cain menuliskan sebuah buku yang berjudul 'Bittersweet' yang membahas pertanyaan tentang mengapa kesedihan dan kehilangan justru membuat kita utuh.
Alih-alih menghindari perasaan negatif tersebut, di buku ini Cain menyarankan kepada pembaca agar merangkul kesedihan dan kehilangan sebagai bagian dari hidup.
Sebab pada dasarnya, perasaan positif dan negatif ibarat dua sisi mata uang yang saling menyatu.
Di balik kesedihan, ada kegembiraan. Di balik kehilangan, ada pertemuan. Begitu pun perasaan-perasaan lainnya. Inilah yang disebut sebagai bittersweet, atau manis getir dalam kehidupan.
Sesuatu yang baik menjadi berarti karena hadirnya sesuatu yang buruk. Kehilangan salah satunya akan membuat kita kehilangan makna.
Buku ini akan membawa kita menjadi lebih akrab dengan perasaan stres dan depresi, untuk kemudian mengenalinya secara utuh.
Bittersweet, atau yang menurut Cain bisa disebut sebagai sisi melankolis seseorang adalah bagian tak terpisahkan dari sebuah inspirasi maupun potensi yang bisa digali.
Sebuah alasan mengapa seseorang bisa melahirkan sebuah karya yang bermakna ketika ia baru saja tertimpa oleh musibah dan kedukaan yang dalam. Kesedihan membawa kita pada sebuah upaya introspeksi dan mengenali diri sendiri.
Kesedihan membuat kita lebih waspada, berhati-hati, dan punya antisipasi. Oleh karena itu, perasaan ini sebaiknya tidak kita lawan. Namun membiarkannya hadir apa adanya.
Malah, kita disarankan untuk melakukan upaya validasi terhadap perasaan negatif ini agar kita bisa menerimanya dengan lapang dada. Sebab kondisi bittersweet bisa memandu kita untuk meresapi lebih banyak kebahagiaan, walau dengan sesuatu yang paling sederhana.
Secara umum, buku ini bisa memandu pembaca untuk melewati masa-masa sulit saat berkutat dengan perasaan yang buruk.
Sangat cocok dibaca bagi kamu yang sedang berada dalam titik terendah dalam hidup dan ingin menemukan kebahagiaan di balik kesedihan yang kamu alami. Selamat membaca!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Buku 'Di Mars yang Marah': Cerita Seru saat Melalui Badai Pasir
-
Suka Menunda? Ini 4 Tips Meraih Kesungguhan Kerja dalam Buku Deep Work
-
Ulasan Buku Income Pentagon, 5 Cara Tingkatkan Kemapanan Finansial
-
Ulasan Novel Savanna dan Samudra, Kisah Romansa Pramusaji di Sebuah Kafe
-
Ulasan Buku Berpikir Non-Linier, Mekanisme Pengambilan Keputusan dalam Otak
Artikel Terkait
-
Gegara Pecat Jurgen Klinsmann, Presiden KFA Siap Rogoh Koceknya Sendiri
-
Ulasan Buku Invisible Woman: Ungkap Fakta Dunia yang Dirancang Hanya untuk Laki-laki
-
Manusia Harus Memiliki Tujuan Hidup dalam Buku 'Sutradarai Diri Sendiri'
-
Kisah tentang Kado Pernikahan dan Para Penipu dalam Buku 'Kado Istimewa'
-
Branding Yourself Through Interpersonal Communication: Panduan Tingkatkan Keterampilan Komunikasi
Ulasan
-
Dari Pop ke Dangdut: Transformasi Epik Anya Geraldine di Film Mendadak Dangdut!
-
Mieber Restaurant and Cafe, Rekomendasi Kuliner Estetik dengan View Gunung di Trawas
-
Dari Panti Asuhan ke Langit Malam, Kisah Haru di Novel The Star Outside My Window
-
Ulasan Novel If the Shoe Fits:Kisah Cinderella Modern dalam Menemukan Cinta
-
Bersantap Pagi dengan Lotek Enak di Lapau Rang Sangka Pekanbaru
Terkini
-
KISS OF LIFE Batal Tampil di KCON LA 2025, Imbas Isu Apropriasi Budaya
-
Ngajar di Negeri Orang, Pulang Cuma Jadi Wacana: Dilema Dosen Diaspora
-
BRI Liga 1: Madura United Terhindar dari Degradasi, Bali United Gigit Jari
-
Neural Fatigue: Kelelahan Kognitif Akibat Terpapar Stimulus Berulang
-
Resmi Rilis, Oppo Reno 14 Pro Chipset Kencang dan Triple Rear Camera 50 MP