"The Prince of Tides" (1991) adalah film drama Amerika Serikat, yang diadaptasi dari novel dengan judul serupa karya Pat Conroy. Film ini disutradarai oleh Barbra Streisand, yang juga membintangi film tersebut sebagai Susan Lowenstein.
Selain Streisand, film ini dibintangi oleh Nick Nolte sebagai Tom Wingo, dan dimeriahkan oleh bintang-bintang lainnya seperti: Kate Nelligan, Blythe Danner, Jeroen Krabbe, Melinda Dillon, dan lain-lain.
Kisah Film The Prince of Tides, mengikuti perjalanan Tom Wingo, pelatih sepak bola dari Carolina Selatan, yang terlibat dalam terapi dengan Psikiater Susan Lowenstein setelah saudaranya mencoba bunuh diri.
Tom sendiri memiliki masa kecil penuh dengan konflik dan trauma, terutama karena pengalaman keluarga yang sulit. Ayahnya itu sosok pria kasar dan sering melakukan kekerasan dalam rumah tangga, sementara ibunya mengalami gangguan mental.
Selama terapi dengan Susan, Tom mulai menggali sakitnya masa lalu, termasuk hubungan dengan kedua saudaranya yang sama-sama mengalami kesulitan dalam hidup mereka.
Hubungan antara Tom dan Susan berkembang menjadi lebih dari sekadar hubungan profesional, dan keduanya saling membantu dalam proses penyembuhan dan pemulihan emosional.
Review Film The Prince of Tides
Aku nggak nyangka bakal nonton film lawas ini. Rasanya campur aduk banget. Jadi begini, "The Prince of Tides" menyajikan gambaran mendalam tentang kompleksitas hubungan keluarga ‘bermasalah’, dampak trauma masa kecil, pencarian identitas, dan proses kesembuhan emosional Tom Wingo.
Pertama-tama, film menggambarkan bagaimana trauma masa kecil dapat memengaruhi seseorang hingga dewasa. Aku perjelas, ya.
Tom Wingo punya luka emosional akibat sering adanya konflik dan kekerasan dalam keluarga. Konflik itu semua menciptakan bayangan gelap (trauma) yang mengikuti Tom hingga dewasa.
Apa yang menimpanya bikin penonton ikutan sedih. Memang, sih, kadar sensitivitas masing-masing orang itu berbeda, tetapi dari kisah ini, dadaku seperti sesak karena sedih menyaksikan hidup Tom.
Kemudian, film juga menyoroti bagaimana hubungan ‘keluarga bermasalah’ dapat merusak dan mempertanyakan dirinya ‘itu apa dan mengapa’.
Tom, dalam usahanya memahami dan menyembuhkan dirinya sendiri, harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan sulit tentang siapa dia sebenarnya dan bagaimana masa lalunya membentuk dirinya saat ini.
Hal ini menciptakan perjalanan pencarian identitas yang membingungkan dan menyakitkan bagi Tom, karena dia harus berjuang untuk menemukan kedamaian dan penerimaan atas dirinya sendiri.
Selain itu, "The Prince of Tides" mengeksplorasi pentingnya proses kesembuhan emosional dalam mengatasi trauma masa lalu.
Melalui hubungannya dengan Susan Lowenstein, Tom mulai mengeksplorasi luka-luka yang terpendam dan mencari jalan menuju kesembuhan.
Selama perjalanan Tom, film juga menyoroti pentingnya dukungan sosial dalam proses kesembuhan. Tom menemukan dukungan dan pengertian dari Susan, serta hubungan yang semakin mendalam dengan saudara perempuannya, yang membantunya menghadapi masa lalu dengan lebih baik.
Kerennya, "The Prince of Tides" pernah masuk nominasi Academy Award: untuk Film Terbaik, Aktor Terbaik (Nick Nolte), Aktris Pendukung Terbaik (Kate Nelligan), Skenario Terbaik (Pat Conroy dan Becky Johnston), Sinematografi Terbaik (Stephen Goldblatt), dan Musik Terbaik (James Newton Howard). Hal demikian, dianggap sebagai salah satu karya penting dalam filmografi Barbra Streisand.
Ya, "The Prince of Tides" memberikan gambaran sangat realistis tentang trauma, menemukan jati diri, dan mencapai kesembuhan emosi dan psikis.
Dengan akting yang kuat dan arahan sensitif dari Barbra Streisand, film ini berhasil menjadi karya bermakna dalam eksplorasi tema-tema yang mendalam. Skor dariku: 8/10 dan kamu seharusnya nonton film ini, minimal sekali seumur hidup.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Emosional yang Begitu Sesak dalam Film Bila Esok Ibu Tiada
-
Ketika Horor Thailand Mengusung Elemen Islam dalam Film The Cursed Land
-
Review Film Laut Tengah: Ketika Poligami Jadi Solusi Menggapai Impian
-
Krisis Iman dan Eksorsisme dalam Film Kuasa Gelap
-
Kekacauan Mental dalam Film Joker: Folie Deux yang Gila dan Simbiotik
Artikel Terkait
-
Review Aku Tahu Kapan Kamu Mati: Desa Bunuh Diri, Sekuel yang Lebih Ngeri
-
Review Film Heretic, Hugh Grant Jadi Penguji Keyakinan dan Agama
-
Review Night of the Hunted, Film Horor Netflix Penembakan di Minimarket
-
Review Film 'Satu Hari dengan Ibu' yang Sarat Makna, Kini Tersedia di Vidio
-
Review Film Totally Killer: Mencari Pembunuh Berantai Ke Masa Lalu
Ulasan
-
Rasanya Istimewa, Sensasi Kuliner di Kedai Nasi Nikmat Kota Jambi
-
Review Buku Sebuah Kota yang Menculik Kita, Fenomena Sosial dalam Bingkai Puisi
-
Love is A Promise: Berdamai dengan Trauma Demi Menemukan Cinta Sejati!
-
Ulasan Anime 'Gokusen': Ketika Petinggi Yakuza menjadi Guru Matematika
-
Kisah Persahabatan yang Mengubah Segalanya dalam Novel The Shark Caller
Terkini
-
Sistem Zonasi Sekolah: Antara Pemerataan dan Tantangan yang Ada
-
3 Varian Serum dari COSRX Ampuh Kecilkan Pori-Pori dan Hidrasi Kulit Kering
-
Eks-Kapten Timnas U-19 Akui Sulit Ikuti Porsi Latihan Bersama STY, Mengapa?
-
Wealth Building Masterclass: Membangun Kekayaan dan Meraih Kebebasan Finansial Lewat Saham di Tahun 2025
-
Balas ADOR, NewJeans Klaim Kontrak Eksklusif Berakhir Sesuai Hukum