Randy Pausch, seorang dosen yang divonis dokter hanya memiliki kesempatan hidup kurang dari 6 bulan, memberikan kuliah terakhirnya di hadapan banyak orang.
Alih-alih tampak sebagai seseorang yang tengah sekarat dan patut dikasihani, Randy malah memberikan inspirasi yang begitu besar kepada hadirin yang menyaksikannya tampil dalam kuliah tersebut.
Apa yang menjadi isi dari kuliah terakhir itu dan bagaimana Randy bisa begitu bijak dalam menghadapi saat-saat terakhir dari kehidupannya?
Hal itulah yang kemudian ia tuangkan dalam buku berjudul 'The Last Lecture.'
Dengan dibantu oleh rekannya, Jeffrey Zaslow, Randy menceritakan hal-hal penting yang semoga bisa menjadi peninggalan berharga bagi orang-orang yang ditinggalkan.
Randy memulai ceritanya dengan mengajukan pertanyaan mengenai hal apa yang membuat hidupnya menjadi unik.
Jawabannya adalah ketika ia bisa berjuang meraih impian masa kecilnya satu per satu.
Randy pun menceritakan bagaimana selama ini ia berjuang. Tak lupa ia menceritakan tentang peranan keluarga yang menjadi support system-nya dalam kondisi apa pun.
Randy membagikan nilai-nilai yang ia anut, khususnya mengenai disiplin, kegemarannya untuk terus belajar, serta manajemen waktu.
Saat Randy harus melawan rasa sakit karena kanker pankreas yang dideritanya, ia menjadi lebih peduli lagi untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin, dibanding mengeluh dan takut menghadapi masa depan.
"Hanya waktu yang kita miliki. Dan, suatu hari nanti, bisa jadi kita menyadari bahwa kita tidak punya waktu sebanyak yang kita kira." (Halaman 130)
Menurut Randy dan istrinya, tak ada gunanya hidup setiap hari tapi sambil takut akan masa depan.
Meskipun awalnya mereka tidak menampik seluruh perasaan negatif dan depresi yang menghampiri, namun perlahan-lahan mereka bisa berdamai dengan keadaan yang ada.
Saya sangat salut saat menyimak betapa tegarnya Randy dalam menghadapi kematiannya.
Ia mempersiapkan segalanya dan memastikan bahwa keluarga kecilnya bisa hidup dengan normal sepeninggalnya nanti.
Ia adalah seorang pria yang sangat visioner dalam hidupnya. Meskipun tidak menjalani usia yang panjang, tapi Randy Pausch bisa memberi inspirasi bagi banyak orang.
Secara umum, pengalaman Randy yang tertuang dalam The Last Lecture ini adalah salah buku yang bisa memberimu inspirasi untuk menjalani hidup dengan sebaik-baiknya.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Buku Berpikir Non-Linier, Mekanisme Pengambilan Keputusan dalam Otak
-
Ulasan Buku The Little Furball, Kisah Manis tentang Menghadapi Perpisahan
-
Ulasan Buku I'm (not) Perfect, Menyorot Ragam Stigma tentang Perempuan
-
Ulasan Buku Dolpha: Empat Anak Sahabat Laut, Petualangan Seru Anak Pesisir
-
Ulasan Buku 365 Ideas of Happiness, Ide Kreatif untuk Memantik Kebahagiaan
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel 1984: Distopia yang Semakin Relevan di Dunia Modern
-
Ulasan Novel Harga Teman: Ketika Hasil Kerja Tidak di Hargai oleh Klien
-
Hidup dalam Empati, Gaya Hidup Reflektif dari Azimah: Derita Gadis Aleppo
-
KH. Hasyim Asy'ari: Tak Banyak Tercatat, Tapi Abadi di Hati Umat
-
Ulasan Novel The One and Only Bob, Kisah Berani Bob sang Anjing Kecil
Ulasan
-
Ulasan Novel Monster Minister: Romansa di Kementerian yang Tak Berujung
-
Ulasan Novel The Confidante Plot: Diantara Manipulasi dan Ketulusan
-
Review Film Drop: Dinner Romantis Berujung Teror Notifikasi Maut
-
Pengepungan di Bukit Duri: Potret Luka Sosial di Balik Layar Sinema
-
Review Anime Bofuri, Main Game VRMMORPG yang Jauh dari Kata Serius
Terkini
-
Final AFC U-17: Uzbekistan Miliki 2 Modal Besar untuk Permalukan Arab Saudi
-
Final AFC U-17: Uzbekistan Lebih Siap untuk Menjadi Juara Dibandingkan Tim Tuan Rumah!
-
Media Asing Sebut Timnas Indonesia U-17 akan Tambah Pemain Diaspora Baru, Benarkah?
-
Taemin Buka Suara Soal Rumor Kencan dengan Noze, Minta Fans Tetap Percaya
-
Kartini di Antara Teks dan Tafsir: Membaca Ulang Emansipasi Lewat Tiga Buku