Pernah nggak, kamu lagi curhat ke teman tapi tanggapannya biasa aja atau malah dia menasihati panjang lebar tanpa diminta?
Bahkan tidak jarang ada yang malah adu nasib dan menganggap bahwa masalahmu itu nggak ada apa-apanya dibanding masalahnya.
Nah, kasus seperti di atas tentu sangat menyebalkan. Saat kamu lagi curhat ke seseorang, tentu kamu maunya agar perasaanmu divalidasi, alih-alih diberi nasihat klise.
Hal itulah yang kemudian dibahas oleh Michael S. Sorensen dalam buku berjudul 'Aku Mendengarmu.'
Buku ini membahas tentang bagaimana meningkatkan kemampuan dalam komunikasi dan menjaga relasi, agar kita bisa menjadi pribadi yang menyenangkan dan disukai.
Adapun kata kunci yang menjadi pembahasan utama dalam buku ini adalah kekuatan validasi.
Di antara banyak buku dengan pembahasan tentang skill komunikasi, memang belum banyak yang secara khusus membahas tentang validasi.
Validasi adalah kemampuan mendengarkan sekaligus memahami orang lain secara emosional.
Jadi, validasi itu nggak sekedar mendengarkan saja. Tapi bagaimana kita juga bisa memahami emosi yang dirasakan oleh seseorang.
Ketika kita tahu cara untuk memvalidasi perasaan orang lain dengan benar, hal itu tentu akan mendatangkan banyak manfaat.
Di antaranya adalah menenangkan orang lain, meningkatkan kebahagiaan dan kegembiraan, mempererat hubungan, menyelesaikan masalah dengan cepat, hingga membuat kita lebih disenangi.
Nah, dalam melakukan validasi, penulis menawarkan sebuah tips yang dinamakan metode 4 langkah. Yakni mendengar dengan empati, validasi emosi, menawarkan saran atau dukungan, dan memvalidasi kembali.
Menurut penulis, saat kita hendak memberi validasi terhadap perasaan orang lain, maka sangat penting agar jangan menghakimi perasaannya, entah itu baik atau buruk.
Meskipun kita tidak memberikan solusi, namun dengan melakukan validasi, seringkali hal itu lebih dibutuhkan oleh seseorang.
Saya pikir, poin-poin yang dijelaskan oleh penulis dalam buku ini cukup praktikal. Pembahasannya pun to the point sehingga memudahkan pembaca untuk belajar langsung pada intinya.
Bagi kamu yang ingin mengembangkan kemampuan dalam berkomunikasi, khususnya tentang validasi, maka buku dari Michael S. Sorensen ini adalah bacaan yang bisa menjadi pilihan!
Baca Juga
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
-
Polemik Bu Ana, Brave Pink, dan Simbol yang Mengalahkan Substansi
Artikel Terkait
-
Dahnil Sebut Membaca Buku Melatih Nalar Kritis, Malah Diceramahi
-
Review Hotel Mooi Indie: Menggabungkan Kisah Horor, Perselingkuhan, dan Karma
-
Ulasan All That You Deserve, Buku yang Membuktikan Dirimu Layak untuk Dihargai
-
Bahas Kesehatan Mental di Buku Kupikir Segalanya akan Beres Saat Aku Dewasa
-
The Book of Almost, Bergenre Romansa untuk Menghela Napas
Ulasan
-
Ulasan Buku "House of Sky and Breath", Kisah Romansa Antrologi Perang
-
Ketika Omelan Mama Jadi Bentuk Kasih Sayang di Buku Mama 050
-
Review Film No Other Choice: Ketika PHK Membuatmu Jadi Psikopat!
-
Novel Semesta Terakhir untuk Kita: Ketika Ego dan Persahabatan Bertarung
-
Years Gone By: Ketika Cinta Tumbuh dari Kepura-puraan
Terkini
-
Blak-blakan, Tora Sudiro Akui Jadi YouTuber karena Sepi Tawaran Syuting?
-
Dianggap Relate Dengan Kehidupan Mahasiswa, Apa Itu Sindrom Duck Syndrome?
-
5 Alasan Gachiakuta Wajib Ditonton, Anime Misteri Relate dengan Kehidupan!
-
6 OOTD Feminin Lee Si An Single Inferno dengan Sentuhan Dress dan Skirt
-
Bijak! Andre Taulany Sebut Hidup Itu Cuma Perkara Waktu: Ada Suka Ada Duka