Sebagai orang awam, gagasan mengenai teori kepunahan alam sebenarnya tidak begitu menarik bagi saya. Keselamatan dan masa depan bumi beserta segala makhluk hidup di dalamnya kelihatan seperti konsep yang begitu muluk-muluk.
Namun berbagai kampanye mengenai sikap menjaga kelestarian alam dan lingkungan yang hari ini mulai digembor-gemborkan media tampaknya merupakan sinyal bahwa bumi kita ini memang berada dalam masa yang mengkhawatirkan.
Nah, salah satu buku yang membahas mengenai hal tersebut adalah buku berjudul The Sixth Extinction, atau 'Kepunahan Keenam' yang ditulis oleh Elizabeth Kolbert.
Kolbert yang merupakan seorang peneliti sekaligus peraih penghargaan Pulitzer ini menyajikan sebuah pemaparan konsep yang sangat apik mengenai bagaimana sejarah evolusi dari makhluk hidup berlangsung. Termasuk dengan beberapa tragedi kepunahan yang pernah menghilangkan banyak spesies makhluk hidup di bumi.
Akan tetapi, dari 5 peristiwa kepunahan massal yang pernah terjadi dalam sejarah, kebanyakan disebabkan oleh bencana alam maupun kejatuhan benda ekstraterestrial dari luar angkasa.
Lalu datanglah prediksi mengejutkan dari para ilmuwan, bahwa saat ini kita tengah bergerak mendekati kepunahan keenam. Kepunahan keenam ini memiliki efek pemusnahan massal yang akan melenyapkan banyak spesies makhluk hidup. Ironisnya lagi, bencana tersebut justru disebabkan oleh manusia!
Secara tidak sadar, manusia menjadi tokoh utama yang melakukan kerusakan lewat eksplorasi berlebihan terhadap bumi. Kekayaan alam yang dikeruk habis-habisan, hewan-hewan diburu secara berlebihan, belum lagi aktivitas kita yang menyebabkan pengasaman air laut, perusakan ozon, hingga memusnahkan habitat alami dari berbagai spesies.
Hal itu bisa terlihat dari berkurangnya keragaman terumbu karang, keragaman hayati global yang menurun, hingga spesies megafauna dari herbivora besar yang satu per satu mendekati masa kepunahan.
Secara umum, buku ini sangat insightful. Penulis mampu meramu berbagai disiplin ilmu, mulai dari biologi, sejarah, botani, hingga geologi menjadi sebuah pemahaman menyeluruh mengenai gagasan kepunahan keenam ini.
Di akhir, penulis menutup dengan sebuah pukulan telak pada pembaca. Bahwa hari ini, kita sebagai manusia adalah pelaku sekaligus yang akan menjadi korban saat kepunahan keenam ini telah masuk di babak final.
Oleh karena itu, buku ini hadir sebagai bentuk penyadaran kalau paling tidak, kita masih bisa berbuat sesuatu untuk bersama-sama menjaga alam.
Nah, bagi kamu yang tertarik dengan pembahasan mengenai gagasan pelestarian alam dan lingkungan, buku 'Kepunahan Keeenam' ini akan memberimu banyak pencerahan!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
-
Polemik Bu Ana, Brave Pink, dan Simbol yang Mengalahkan Substansi
Artikel Terkait
-
4 Novel dengan Sampul vs Isi Cerita yang Berbeda 180 Derajat, Penuh Plot Twist!
-
Travelling Keliling Dunia Lewat 4 Novel Seru Ini, dari Italia hingga Tokyo!
-
4 Rekomendasi Buku Self Help saat Berduka, Bantu Berdamai dengan Kesedihan!
-
Pencinta Romcom Merapat! Ini 4 Rekomendasi Novel Komedi Romantis yang Seru
-
4 Hidden Gem Book Penulis Lokal, Jarang Dilirik tapi Punya Cerita Epik!
Ulasan
-
Review Film Rest Area: Ketika Singgah Jadi Awal Petaka Maut!
-
Review Film Human Resource: Saat Punya Anak Bukan Lagi Hak Personal
-
Review Film Rangga & Cinta: Cerita dari Gen Milenial yang Melintas Dua Generasi
-
Refleksi Diri lewat Berpayung Tuhan, Saat Kematian Mengajarkan Arti Hidup
-
Ulasan Buku "House of Sky and Breath", Kisah Romansa Antrologi Perang
Terkini
-
Mengenal Gamofobia: Tanda, Alasan, dan Cara Mengatasi Rasa Takut Menikah
-
Jelang Usia 46 Tahun, Muzdalifah Jadi Pejuang Garis Dua Melalui Bayi Tabung
-
Bikin Salfok Banget! 4 Ide Clean Outfit ala Lee Joo Ahn yang Simple
-
Jadi Sorotan, Cincin Lamaran El Rumi untuk Syifa Hadju Senilai Rp1 Miliar
-
Nggak Cuma Gol, Tapi Soul! AXIS Nation Cup 2025 Wadah Energi Generasi Juara