Ketika hendak membaca buku yang mengangkat tema tentang cara berpikir, kebanyakan buku-buku populer terkait pembahasan ini berasal dari karya-karya penulis luar. Misalnya Thinking Fast and Slow karya Daniel Kahneman, atau mungkin The Art of Thinking Clearly, yang ditulis oleh Rolf Dobelli.
Tak heran, saat menemukan buku karya Afutami yang mengangkat premis utama mengenai cara berpikir kritis ini, saya lumayan penasaran. Sebab, tidak banyak penulis lokal yang mengangkat pembahasan tersebut.
Setelah membaca buku berjudul 'Menjadi' ini, saya menyimpulkan bahwa buku tersebut ibarat sebuah catatan kontemplasi penulis yang berisi pengetahuan, gagasan, maupun renungan untuk membentuk diri "menjadi" seseorang dengan perspektif baru.
Kalau dilihat dari segi pembahasan tentang cara mengubah perspektif, menghadapi berbagai paradoks dalam kehidupan, hingga bagaimana mengimplementasikan kerangka berpikir yang disajikan, buku ini lumayan berat untuk dijadikan bacaan sekali duduk.
Banyaknya aspek yang dibahas seperti makna privilese bagi setiap orang, nasionalisme, humanisme, ekonomi, hingga sejarah, mungkin akan menjadi materi yang rumit dan berat bagi orang awam.
Namun dengan pendekatan yang sederhana dengan contoh-contoh yang umum ditemui, konsep-konsep rumit yang ada dalam buku Menjadi ini ibarat sebuah makanan yang bisa dicerna pelan-pelan.
Pembahasan multidisiplin di atas juga sekaligus membuktikan betapa luasnya wawasan penulis mengenai banyak hal.
Pada akhirnya, seruan untuk Menjadi adalah sebuah misi untuk mengajak pembaca agar lebih berkontribusi.
Dengan menyimak perjalanan penulis dalam penemuan jati diri lewat buku ini, paling tidak kita bisa mendapatkan gambaran konkret tentang bagaimana sebuah teori dijelaskan menjadi sebuah aksi nyata.
Yang paling saya sukai adalah bagaimana buku ini tidak hanya berisi teori dan konsep, tapi di sisi lain juga memotivasi. Misalnya anjuran agar tidak terjebak dalam fixed mindset saat merasa kita tidak cukup kapabel untuk berkembang di suatu bidang.
"Kalau hari ini kemampuan kita ada di level X, dengan investasi waktu dan energi (mungkin juga mentorship) yang tepat, bukan tidak mungkin kita bisa meningkatkannya semahir 5X. (Halaman 198)
Tidak banyak orang yang bisa berpikir demikian. Karena kebanyakan di antara kita terlalu takut untuk menghadapi hal baru dengan menganggap bahwa bakat itu ditentukan sejak lahir. Padahal dengan terus belajar dan memperbaiki pola pikir, kita bisa berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.
Demikianlah ulasan singkat mengenai buku karya Afutami ini. Jika kamu tertarik untuk menambah wawasan tentang berpikir kritis, buku ini bisa menjadi salah satu referensi yang menarik untuk dibaca!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
-
Polemik Bu Ana, Brave Pink, dan Simbol yang Mengalahkan Substansi
-
Tidak Ada Buku di Rumah Anggota DPR: Sebuah Ironi Kosongnya Intelektualitas
-
Intelijen Dunia Maya: Upaya Netizen Indonesia dalam Menjaga Demokrasi
-
Ulasan Buku Wise Words for Smart Women, 100 Motivasi untuk Perempuan Cerdas
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Jarrib! Dahsyatkan Diri dengan Kekuatan Mencoba: Jangan Takut Gagal
-
Setiap Orang Ingin Hidup Bahagia dalam Buku "Happines Laboratory"
-
Ulasan Buku Kicau Kacau Karya Indra Herlambang: Cuitan Random tapi 'Berdaging'
-
Pesta Literasi Indonesia 2024 Digelar di TIM, Bakal Hadirkan Bazar Buku, Kuliner Hingga Pentas Teater
-
Buktikan Manfaat Membaca Lewat 4 Rekomendasi Buku Fiksi dan Non Fiksi Ini
Ulasan
-
Film Man of Tomorrow, Sekuel Superman Tayang Tahun Depan?
-
Kisah Manis Pahit Persahabatan dan Cinta Remaja dalam Novel Broken Hearts
-
Review Film Menjelang Magrib 2: Cerita Pemasungan yang Bikin Hati Teriris
-
Between Us: Sebuah Persahabatan yang Terluka oleh Cinta
-
Mengurai Cinta yang Tak Terucap Lewat Ulasan Buku 'Maafkan Kami Ya Nak'
Terkini
-
Sinopsis Film Horor Getih Ireng: Teror Santet yang Bikin Merinding!
-
Kualifikasi AFC U-23 dan 2 Kaki Timnas Indonesia yang Berdiri Saling Menjauhkan
-
Anchor Bikin Candu: Posisi Idaman dalam Futsal
-
Liburan ala Gen Z di Jogja: 6 Spot Hits yang Wajib Masuk Itinerary
-
Pembongkaran Parkiran Abu Bakar Ali: Antara Penataan Malioboro dan Nasib Masyarakat