Anak-anak memiliki pandangan yang polos dan naif tentang kematian, dan kehidupan. Semisal ada anggota keluarga mereka yang meninggal maka kebanyakan mereka akan berkutat pada satu emosi, yakni kesedihan akibat kehilangan. Mereka jarang memikirkan apa makna dari kematian itu sendiri. Demikian pula sebaliknya. Kehidupan bagi anak-anak artinya melakukan aktivitas seperti biasa.
Setidaknya itu yang dipikirkan oleh Kazuhiro, akrab dipanggil Kazu, tokoh utama dalam novel anak ini. Ia anak laki-laki yang biasa-biasa saja, tidak terlalu menonjol, tapi juga bukan yang paling tertinggal. Ia baru saja naik kelas lima di SD Uchimaru. Keluarga Kazu tinggal di sebuah rumah tua yang amat luas. Ia punya kakak perempuan yang duduk di kelas satu SMP. Kakeknya belum lama meninggal di musim semi lalu.
Suatu malam selepas menonton acara horor di televisi dan makan terlalu banyak semangka, Kazu tak bisa segera tidur. Ia kebelet buang air kecil, tapi tak berani ke toilet sendirian. Pasalnya letak toilet terlalu jauh dari kamar Kazu yang berada di lantai dua. Meskipun begitu, ia juga enggan membangunkan kakaknya di kamar sebelah. Akhirnya Kazu mengambil jalan pintas, ia pipis dari jendela kamarnya.
Di saat tengah menunaikan hajat itulah Kazu melihat seorang anak perempuan berkimono putih, keluar dari ruang sembahyang, yang pintu keluarnya menghadap ke taman tengah. Anak perempuan itu berambut hitam tebal sebahu, yang diikat di satu sisi dengan karet berhias dua bola merah.
Sontak Kazu berteriak ketakutan hingga membuat keluarganya terbangun. Anehnya, hanya Kazu yang menyadari kehadiran anak misterius tersebut. Ayah, ibu, dan kakaknya tak melihat apapun.
Keesokan hari di sekolah, tahu-tahu Kazu mendapati anak perempuan itu ada di kelas lima juga. Guru dan teman-teman sekelasnya mengenali anak tersebut sebagai Shinobu Akari, tetangga Kazu sendiri.
Selain kemunculan Akari, Kazu yang selama ini tinggal di wilayah pertokoan Jalan Raya Minami menjadi tahu bahwa nama kuno tempat tinggalnya adalah Gang Kuil Kimyo. Pengetahuan itu didapat dari peta kuno yang menjadi tugas dari sekolah.
Dua fakta ganjil tersebut menjadi awal petualangan Kazu di musim panas. Kuil Kimyo rupanya memiliki arti jiwa yang kembali. Kazu yang kian penasaran merasa itu ada hubungannya dengan Akari, yang semula diyakininya sebagai sosok hantu biasa. Jika Akari memang hantu, mengapa orang-orang di sekitarnya seolah telah lama mengenal Akari dan keluarganya? Lagipula Akari punya sepasang kaki.
Semua usaha penyelidikan Kazu membawanya kepada sebuah rahasia kuno keluarganya di masa lalu, ketika orang Jepang masih beribadah kepada dewa-dewa Shinto selain beribadah kepada Buddha.
Kuil Kimyo adalah salah satu kepercayaan masyarakat kala itu. Jemaatnya percaya orang mati bisa hidup kembali kalau berdoa di depan ikon Kuil Kimyo. Namun setelah Era Meiji, Kuil Kimyo dianggap sebagai aliran sesat oleh kuil-kuil lain.
Jadi, mengapa Akari bisa kembali dari dunia orang mati, dan apa misi yang ia bawa? Tanpa disadarinya, Kazu kini memihak Akari. Ia bahkan membela anak perempuan itu, dari seorang nenek tetangga yang terang-terangan menentang kemunculan kembali Kuil Kimyo.
Seru, menegangkan, sekaligus menyentuh. Itulah kesan kuat yang saya tangkap dari novel anak terjemahan ini. Penulisnya, Sachiko Kashiwaba, begitu piawai mengelaborasi pesan filosofis untuk menghargai kehidupan, dengan balutan fantasi yang amat menarik. Ditambah dengan goresan ilustrasi Miho Satake, berhasil menghidupkan cerita setebal 320 halaman ini.
Untuk itu saya merasa perlu berterimakasih pula kepada Andry Setiawan selaku penerjemah, serta Penerbit Baca selaku penerbit edisi bahasa Indonesia. Novel anak ini memang layak mendapat banyak pujian. Selamat membaca, sobat Yoursay.
Baca Juga
-
Duka di Balik Komedi, Ulasan Novel Capslok: Capster Anjlok
-
Mommy Issues di Drama Korea Family by Choice: Hwang In Yeop dan Bae Hyun Sung Berebut Kasih Sayang?
-
Harapan dari Pedagang Mikro kepada Bapak Presiden Prabowo Subianto
-
Stop Kekerasan Seksual pada Anak, Pahamkan Pendidikan Seksual sejak Dini
-
Memaknai Persahabatan nan Tulus dalam Laba-laba dan Jaring Kesayangannya
Artikel Terkait
-
Ulasan Novel Quatre Karya Venita Beauty: Memilih Antara Mimpi Atau Realita
-
Ulasan Novel Bebas Tanggungan, Dilema Sandwich Generation dengan Utang Keluarga
-
Ulasan Novel Logika Asa, Perjuangan Diri di Tengah Tuntutan Keluarga
-
Ulasan Novel Highly Unlikely, Kisah Anak Pertama Menanggung Beban Keluarga
-
Ulasan Novel Le Petit Prince, Pangeran Cilik yang Kesepian
Ulasan
-
Ulasan Buku Sabar, Syukur, dan Ikhlas: Kunci Sukses Bahagia Dunia Akhirat
-
Ulasan Novel Quatre Karya Venita Beauty: Memilih Antara Mimpi Atau Realita
-
Selalu Best Seller, 3 Buku Ini Gak Pernah Nangkring di Event Cuci Gudang
-
Ulasan Buku Susah Payah Mati di Malam Hari Susah Payah Hidup di Siang Hari, Tolak Romantisasi Hujan dan Senja
-
Doyoung NCT 'The Story': Ceria Hidup Layaknya Healing dan Pelukan Hangat
Terkini
-
Strategi Mengelola Waktu Bermain Gadget Anak sebagai Kunci Kesehatan Mental
-
Cetak 2 Gol, Bukti "Anak Emas" Tak Sekadar Julukan bagi Marselino Ferdinan
-
Nissa Sabyan dan Ayus Resmi Menikah Sejak Juli 2024, Mahar Emas 3 Gram dan Uang 200 Ribu
-
Spoiler! Hunter X Hunter Chapter 403: Balsamilco vs Pangeran Halkenburg
-
Hazelight Studios Umumkan Game Baru, Siap Hadirkan Inovasi Co-Op Unik!