Guru termasuk profesi mulia yang tak semua orang dapat menjalaninya. Seorang guru harus berusaha membekali diri dengan kesabaran ekstra, ketelatenan, dan budi pekerti mulia. Kesabaran ekstra di sini dimaksudkan agar guru tak mudah merasa bosan, lelah, dan tidak mudah tersulut emosi ketika menghadapi beragam karakter serta kenakalan murid-muridnya.
Tanggung jawab yang diemban oleh guru memang berat, maka sangat pantas bila predikat mulia disandang olehnya. Selain mengajarkan berbagai materi pelajaran, seorang guru juga dituntut untuk memberikan teladan yang baik bagi para peserta didiknya.
Ada keterangan menarik yang saya baca dalam buku ‘Daya Pikat Guru, Menjadi Guru yang Dicinta Sepanjang Masa’ karya Drs. Dedi Irwan. Bahwa guru merupakan profesi mulia, tugas yang diembannya merupakan investasi amal yang dapat mengantarkan para murid menuju masa depan gemilang.
Menjadi seorang guru merupakan sebuah kemuliaan karena guru memang mengerjakan tugas mulia untuk memuliakan manusia agar jadi makhluk yang mulia. Orang yang mampu untuk mengemban tugas mulia ini adalah orang-orang yang mulia juga dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemuliaan (hlm. iv).
Agar murid-murid mudah menerima materi pelajaran dan bisa belajar dengan riang gembira, maka diperlukan trik atau metode pembelajaran yang bagus. Di sinilah para guru dituntut memiliki pengetahuan luas tentang cara mengajar yang baik. Tak hanya itu, guru juga dituntut untuk memiliki rasa kasih sayang atau welas asih kepada seluruh muridnya. Guru yang mendidik murid dengan penuh kasih sayang akan dicintai oleh murid-muridnya.
Guru yang dicinta tidak hanya sebatas disenangi oleh anak didiknya, didengar tutur katanya, dicontoh tindak tanduknya dan memiliki kompetensi kepribadian dan sosial. Akan tetapi, jauh dari itu ia seorang yang dikagumi dan diingat sepanjang masa. Bahkan pencintanya akan rela berjuang dan berkorban untuk membela kehormatan guru yang dicintainya itu (hlm. 5).
Selain memiliki rasa cinta kasih terhadap murid, guru juga dituntut profesional ketika menjalankan perannya. Dalam buku ini dijelaskan, guru harus profesional dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk meraih tujuan pendidikan yang maksimal. Seorang guru profesional akan melaksanakan tugasnya sepenuh hati karena dia yakin bahwa tugas ini merupakan tugas mulia dan dimuliakan Allah Swt. Makanya dia berusaha untuk selalu meningkatkan kompetensi meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Buku karya Drs. Dedi Irwan yang diterbitkan oleh penerbit Zikrul Hakim ini cocok dijadikan sebagai sumber referensi yang sangat berharga bagi para guru. Semoga ulasan ini bermanfaat.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.
Baca Juga
-
Buku Perjalanan ke Langit: Nasihat tentang Pentingnya Mengingat Kematian
-
Ulasan Buku Resep Kaya ala Orang Cina, Cara Menuju Kekayaan yang Berlimpah
-
Ulasan Buku "The Wisdom", Merenungi Kebijaksanaan Hidup
-
Tuhan Selalu Ada Bersama Kita dalam Buku "You Are Not Alone"
-
Ulasan Buku Setengah Jalan, Koleksi Esai Komedi untuk Para Calon Komika
Artikel Terkait
-
Review Buku I Love You, Mom: Kumpulan Kisah Kasih Seorang Ibu
-
Tiga Rekomendasi Buku Anak Islami Bertema Kesehatan dari Ziyad Books
-
Beredar Buku Kenangan Alumni Fakultas Kehutanan UGM, Ada Biodata Jokowi
-
Maia Estianty Bongkar Profesi Irwan Mussry Sebelum Jadi Pengusaha: Dia Mantan...
-
Parenting Minim Tantrum dengan Neurosains dari Buku 'The Whole Brain Child'
Ulasan
-
Curug Balong Endah, Pesona Air Terjun dengan Kolam Cantik di Bogor
-
Wonwoo SEVENTEEN Ungkap Pesan Cinta yang Tulus Lewat Lagu Solo 99,9%
-
First Impression Good Boy: Aksi Seru, Visual Keren, dan Cerita Bikin Nagih
-
Ulasan Don Quixote: Perjalanan Ksatria Gila dan Khayalannya
-
SHINee Ring Ding Dong: Anthem Ikonik K-Pop saat Cinta Datang Tak Diundang
Terkini
-
Rahasia Kulit Lembap dan Glowing, 4 Rekomendasi Masker Korea Berbahan Madu
-
10 Rekomendasi Drama China yang Memakai Kata "Legend" pada Judulnya
-
Doyoung Usung Tema Yakin dan Percaya di Highlight Medley Album Soar Part 3
-
Jackson Wang Ungkap Rasa Sakit Jalani Hubungan Toksik di Lagu Hate To Love
-
Mainan Anak dan Stereotip Gender: Antara Mobil-mobilan dan Boneka