Scroll untuk membaca artikel
Ayu Nabila | Sam Edy
Road To Happiness (iPusnas)

Road To Happiness akan mengajak kita menyelami ujian hidup dengan bijaksana.

Ujian hidup akan dialami oleh setiap orang. Tak ada seorang pun yang bisa terlepas dari ujian atau cobaan yang begitu beragam. Antara orang atau dengan yang lain memiliki ujian yang berbeda. Hal yang membedakan antara satu dengan yang lain adalah bagaimana cara menyikapinya.

Ujian hidup ada kalanya berupa kesenangan yang melenakan dan ada kalanya berupa sesuatu yang menyebabkan kita sedih atau menderita. Harta benda berlimpah adalah termasuk ujian, apakah si pemilik harta mau menggunakan harta tersebut untuk memperbanyak kebajikan atau malah sebaliknya; menghambur-hamburkannya untuk melakukan kemaksiatan.

Begitu juga saat seseorang ditimpa ujian berupa kesedihan atau penderitaan. Apakah dia mampu bersabar dan rida atas penderitaan tersebut, atau malah menjadi manusia yang merugi: mengeluh setiap hari dan menyalahkan takdir Tuhan?

Dalam buku ‘Road To Happiness’ (Selamat Tinggal Kesedihan) dijelaskan bahwa tidak ada yang aneh dengan ujian dan kesedihan. Beginilah hidup. Beginilah orang-orang di sekitar kita dan sebelum kita melewatinya. Ujian adalah ketentuan Allah yang berlaku atas seluruh manusia. Jadi, sesungguhnya tidak pernah ada konsep “hidup di dunia tanpa ujian”.

Ujian termasuk konsekuensi dari keimanan seseorang kepada Allah. Semakin bertambah imannya, semakin berat pula ujian yang diberikan Allah. Dapat disimpulkan bahwa ketika kita diberi ujian oleh-Nya, itu berarti Allah telah mengakui keimanan kita sehingga memberikan cobaan untuk membuktikan sejauh mana tingkat ketakwaan kita (Road To Happiness, hlm. 36-37).

Lantas, apakah kita tidak boleh bersedih ketika sedang berhadapan dengan ujian hidup? Tentu saja boleh. Sebab, kesedihan itu adalah hal yang sangat manusiawi. Dengan catatan, tidak berlebih-lebihan. Sebagaimana saat kita sedang bahagia, juga tidak diperkenakan bahagia secara berlebihan.

Sudah saatnya kita mengambil langkah konkret yang menghasilkan output kebahagiaan. Ya, kesedihan dapat diubah jadi kebahagiaan. Al-qur’an dan sabda-sabda Rasul telah menunjukkan caranya. Bila kita mengikuti langkah-langkahnya, insya Allah hasilnya akan luar biasa. Sudah saatnya kita menatap kesedihan dengan kacamata dan respons yang bijak (Road To Happiness, hlm. 38).

Salah satu cara merespon kesedihan dengan bijak adalah dengan merenungi kembali bahwa ketika seseorang mendapat ujian dari-Nya, itu artinya Allah memang sangat menyayangi hamba-Nya. Agar dengan ujian tersebut, dia bisa menjadi pribadi yang lebih sabar, ikhlas, rida, dan bijaksana dalam menyikapi hidup, sehingga pada akhirnya kebahagiaan yang hakiki pun akan diraihnya.

Buku Road To Happiness karya Asa Mulchias yang diterbitkan oleh Afra Publishing (Surakarta) ini, bisa menjadi bahan renungan dan introspeksi bersama. Selamat membaca.   

BACA BERITA ATAU ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE

Sam Edy