Saat sedang suntuk, menemukan bacaan yang bisa mewakili suasana hati yang sedang berantakan adalah hal yang bisa menjadi penghiburan. Salah satu buku yang rasanya tepat menemani kondisi tersebut adalah buku berjudul The Book of Imaginary Beliefs.
Buku ini sebenarnya adalah kumpulan quotes dan tulisan pendek berbahasa Inggris karya Lala Bohang. Lewat buku ini, penulis menuangkan berbagai pemikirannya mengenai bagaimana ia menyikapi hal-hal buruk yang terjadi dalam keseharian, dan barangkali juga sering dialami oleh orang-orang.
Misalnya saat merasa tersisih dari kehidupan sosial, menghadapi penghakiman buruk dari orang lain, hingga cara menikmati kesendirian sebagai seorang introvert.
Adapun format dari buku ini disusun secara random. Saat membacanya, saya jadi membayangkan bahwa apa yang dituangkan penulis merepresentasikan isi pikiran yang dipenuhi dengan berbagai hal.
Terkadang kita bergulat dengan argumentasi panjang dalam pikiran sendiri, namun sesekali harus terganggu dengan munculnya persoalan-persoalan kecil yang menunggu untuk diselesaikan.
Rangkaian masalah tersebut tak jarang menjalin benang kusut yang begitu sulit untuk diurai. Namun saat kita mencoba untuk menuliskannya, ternyata tidak seburuk yang dipikirkan.
Contohnya saat menjumpai bahwa banyak hal yang berada di luar kendali kita sebagai manusia. Terutama saat menyikapi respon orang lain yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita.
Ada sebagian orang yang begitu mudah menilai seseorang hanya dengan tampilan luar, padahal mungkin mereka sudah memahami bahwa penampilan tidak sepenuhnya mewakili kedalaman dari kepribadian.
"People will always judge other people by their appearance because the famous term 'don't judge the book by it's cover' only works for books, not humans"
Lalu saat itu terjadi, biarkan saja. Belajar untuk bodo amat dengan hal-hal yang terjadi di luar diri kita terkadang opsi yang perlu kita lakukan agar tetap bisa menjaga kewarasan.
Di sini penulis memberikan contoh bahwa sesekali kita memang cemas dalam banyak hal dan merasa sedang tidak baik-baik saja. Tapi, itu tidaklah mengapa.
"When you're immune to the society, be thankful!"
Secara umum, saya suka dengan bagaimana penulis menyampaikan pemikirannya dalam The Book of Imaginary Beliefs ini. Bagi yang sedang ingin mengambil jeda untuk me time, buku ini bisa menjadi bacaan yang akan menghangatkan hati!
BACA BERITA ATAU ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE
Baca Juga
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
Artikel Terkait
Ulasan
-
Ulasan The Price of Confession: Duet Gelap Kim Go Eun dan Jeon Do Yeon
-
4 Tempat Padel di Bandung yang Instagramable, Nyaman, dan Cocok Buat Pemula
-
Di Balik Tahta Sulaiman: Menyusuri Batin Bilqis di Novel Waheeda El Humayra
-
Review Film The Stringer - The Man Who Took the Photo: Menelusuri Jejak Fakta
-
7 Film Indonesia Paling Laris 2025: Animasi, Horor, hingga Komedi
Terkini
-
Lolos ke Semifinal SEA Games 2025, Garuda Muda Harus Ucapkan Terima Kasih kepada Vietnam!
-
Raih 100 M di Usia 19 Tahun, Ini yang Membuat Suli Beda dari Anak Seusianya
-
Richelle Skornicki dan Adegan Dewasa di Pernikahan Dini Gen Z: Antara Akting dan Perlindungan Anak
-
Tepis Isu Nepotisme, Wulan Guritno Beberkan Proses Casting Shaloom Razade
-
Padepopan: Festival Baru yang Menghidupkan Kembali Ruang Budaya Depok