'Sebuah Kota yang Menculik Kita' adalah buku kumpulan puisi karya Romzul Falah. Buku puisi yang pertama kali terbit pada tahun 2022 ini berisi himpunan puisi yang mengangkat tema seputar keluarga, keresahan mengenai isu lingkungan, hingga fenomena sosial.
Tema yang diangkat dalam buku puisi ini cukup unik karena penulis yang terbilang masih muda ini memiliki kemampuan dalam mengeksplor persoalan yang lebih umum dalam masyarakat menjadi sajak-sajak yang mampu menyentuh hati.
Saat beberapa penyair muda lain lebih banyak menulis puisi dengan tema cinta atau hubungan romansa, Romzul Falah justru memiliki keberanian untuk menilik fenomena sosial yang lebih serius.
Misalnya apa yang digambarkan pada puisi berjudul Disaksikan Televisi, Enam Tragedi Hujan, Apakah Batuputih Masih Ada, dan Adalah Air. Puisi-puisi ini adalah sebuah ungkapan keresahan mengenai dampak dari modernisasi hingga sejumlah ironi saat menjadi masyarakat yang hidup di chaos-nya suasana perkotaan.
"Katamu, kota itu melodrama dan kita diminta bertepuk tangan. Menyaksikan masing-masing menyusut di balik gedung dalam cemas sependek gerimis. Pipimu yang tipis ditampar angin, sementara aku semakin berkumis, semakin terjepit oleh bunyi mesin fotocopy"
(hal. 31)
Selain fenomena sosial di atas, ada beberapa puisi yang juga mampu membangkitkan nostalgia terhadap kehidupan masa kecil saat bersama keluarga.
Hal itu tertuang dalam puisi-puisi berjudul Kita Pernah Satu Rumah, Rumah Masa Kecil, dan Menjelang Lebaran di Rumah Nenek. Berikut salah satu kutipan yang memantik kenangan masa kecil yang terasa hangat dan begitu dirindukan.
"Di rumah nenek menjelang lebaran, dapur selalu dekat
dengan syukur, dengan bunyi piring dan serak tuangan air
dari kendi-kendi yang menangkap aroma pagi
Bilik-biliknya tak lagi rapat, dan ketika asap terbit darinya,
aku terbakar kembali, dalam bunga api masa lalu
yang tak kunjung padam."
(hal 20)
Bisa dikatakan bahwa puisi-puisi dari Romzul Falah adalah ungkapan tentang perjalanan personal yang dialami penulis, namun tetap menyisihkan hal-hal yang bersifat universal sehingga masih terasa relate terhadap sudut pandang pembaca.
Menurut saya pribadi, apa yang diungkap dalam buku puisi ini lebih banyak menyerukan perasaan kerinduan. Sebuah bentuk keengganan untuk move on terhadap kenangan akan keluarga, kehidupan di masa lalu, maupun tentang sebuah kondisi di masa silam yang kini telah tersapu perubahan.
Tapi tentu saja, apa yang benar-benar ingin diungkapkan dalam buku puisi ini hanya diketahui pasti oleh penulisnya sendiri.
Bagi pembaca yang ingin menikmati puisi yang berisi perpaduan antara hal-hal personal dan pembahasan universal, Sebuah Kota yang Menculik Kita adalah salah satu rekomendasi buku puisi yang menarik untuk disimak!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
Artikel Terkait
-
Ulasan Buku Why We Sleep: Pentingnya Tidur Bagi Kesehatan Tubuh dan Mental
-
Ulasan Buku My Home: Myself, Rumah sebagai Kanvas Kehidupan
-
Menggali Xenoglosofilia: Apa yang Membuat Kita Tertarik pada Bahasa Asing?
-
Menggali Makna Kehidupan dalam Buku Seni Tinggal di Bumi Karya Farah Qoonita
-
Ulasan Buku Bersyukur Tanpa Libur: Belajar Menerima Apa yang Kita Miliki
Ulasan
-
Ulasan The Price of Confession: Duet Gelap Kim Go Eun dan Jeon Do Yeon
-
4 Tempat Padel di Bandung yang Instagramable, Nyaman, dan Cocok Buat Pemula
-
Di Balik Tahta Sulaiman: Menyusuri Batin Bilqis di Novel Waheeda El Humayra
-
Review Film The Stringer - The Man Who Took the Photo: Menelusuri Jejak Fakta
-
7 Film Indonesia Paling Laris 2025: Animasi, Horor, hingga Komedi
Terkini
-
Mengenal Neophobia: Ketika Rasa Takut pada Hal Baru Menjadi Hambatan
-
Cillian Murphy Diincar Kembali Main dalam Film Ketiga 28 Years Later
-
Lolos ke Semifinal SEA Games 2025, Garuda Muda Harus Ucapkan Terima Kasih kepada Vietnam!
-
Raih 100 M di Usia 19 Tahun, Ini yang Membuat Suli Beda dari Anak Seusianya
-
Richelle Skornicki dan Adegan Dewasa di Pernikahan Dini Gen Z: Antara Akting dan Perlindungan Anak