Menghadapi kabar tentang kematian itu memang sebuah hal yang menyesakkan. Terlebih jika kita mendapati kabar kematian orang-orang terdekat.
Bukan sebuah perkara mudah untuk bisa move on dengan perasaan hampa yang menghampiri kita. Untuk melaluinya, kita butuh ruang yang cukup untuk berduka.
Tidak hanya ruang, sebagian orang bahkan membutuhkan medium untuk mengekspresikan berbagai penderitaan yang mereka rasakan karena sebuah perpisahan.
Salah satu medium yang bisa menampung berbagai hal yang hendak kita ungkapkan adalah melalui sebuah puisi. Puisi tidak hanya mengungkap apa yang mampu terucap secara langsung, tapi yang tak mampu terjelaskan pun bisa diabadikan lewat bait-bait sajak yang maknanya hanya diketahui oleh sang penyair sendiri.
Salah satu buku puisi yang mengangkat tema tentang dukacita adalah kumpulan puisi berjudul 'Buku Tipis untuk Kematian' karya Isbedy Stiawan ZS.
Buku ini sebenarnya lahir dari gagasan penulis tentang pandemi COVID yang terjadi beberapa tahun silam. Peristiwa tersebut menorehkan berbagai macam cerita mengenai ketakutan, kekhawatiran, kesepian, hingga kematian.
Melalui fenomena kelam yang saat itu ditengah dirasakan, puisi-puisi yang sarat dengan nuansa gelap dan getir ini barangkali cukup mewakili perasaan orang-orang yang sedang berduka.
Tapi secara umum, buku ini tidak hanya tentang puisi dukacita yang melanda banyak orang saat pandemi. Tapi apa yang diungkap oleh penulis sebenarnya berisi pesan universal yang relatable dengan kondisi duka apa pun.
Misalnya pada beberapa puisi yang mengangkat tema tentang kerinduan kepada sosok yang telah pergi. Sebagaimana salah satu kutipan puisi berikut.
apa kabar puisi
aku masih punya rindu
beri tubuhmu untuk kupeluk
(hal. 33)
Terlepas dari pembahasan tentang dukacita dan segala perasaan kelam yang melingkupinya, buku puisi ini masih menyertakan pesan-pesan optimisme. Salah satunya adalah kutipan puisi berjudul 'Semakin Mengerti' yang memandang kematian sebagai pengingat tentang betapa berharganya hidup yang kita miliki.
aku semakin mengerti
mahalnya kematian
kini kurawat hidup ini
dengan senyuman
(hal. 24)
Secara umum, puisi-puisi dalam buku ini sebenarnya adalah tipikal puisi yang mampu mewakili perasaan orang-orang yang sedang berduka karena ditulis dengan apa adanya, tanpa banyak metafora maupun diksi yang sulit. Namun, secara pribadi, kesan yang ditinggalkan selepas membaca buku ini bagi saya terasa kurang menohok.
Namun terlepas dari hal tersebut, buku puisi ini lumayan menarik. Bagi para pembaca yang sedang ingin menepi sejenak dari perasaan duka, kumpulan puisi dari 'Buku Tipis untuk Kematian' semoga bisa menjadi bacaan yang menenangkan!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Buku Timeboxing: Atur Waktu di Era Digital Biar Hidup Nggak Chaos
-
Ironi Kasus Keracunan Massal: Ketika Petinggi Badan Gizi Nasional Bukan Ahlinya
-
Harga Buku Mahal, Literasi Kian Tertinggal: Alasan Pajak Buku Perlu Subsidi
-
Public Speaking yang Gagal, Blunder yang Fatal: Menyoal Lidah Para Pejabat
-
Headline, Hoaks, dan Pengalihan Isu: Potret Demokrasi tanpa Literasi
Artikel Terkait
-
Memeluk Luka dengan Kata-Kata Penuh Makna dalam Luka Kata: Sekumpulan Puisi
-
Apa Itu Death Clock? Aplikasi yang Bisa Prediksi Tanggal Kematian Pakai Teknologi AI
-
Ulasan Buku Meluruhkan Pilu: Aku Jatuh Cinta dengan Ketidakmungkinan Kita
-
Alami Hal Mengerikan, Arkeolog Temukan Penyebab Kematian Mumi Menjerit di Mesir
-
Ulasan Buku The Book of Healing, Sekumpulan Puisi yang Menyentuh Hati
Ulasan
-
Pelangi di Mars: Akhirnya Film Sci-Fi Indonesia Sekelas Hollywood Terwujud?
-
Menguliti Dilema Moral di Balik Series I Love You My Teacher
-
Review Film Wicked - For Good: Manis Kendatipun Kurang Magis
-
Drama Dunia Gaib yang Menguak Kenyataan Pahit dalam Novel Karya Titah AW
-
Ulasan Film Emergency Declaration: Teror di Langit dan Pertaruhan Nurani
Terkini
-
Sempat Kandas, Dara Arafah dan Rehan Mubarak Resmi Bertunangan
-
Banjir Kritik Bela Timnas Indonesia, Rafael Struick: Saya Tak Peduli Omongan Orang
-
Kantongi CCTV Dugaan Perselingkuhan Suami dan Inara Rusli, Mawa: Itu Zina Besar!
-
Umumkan Kehamilan di Usia 4 Bulan, Al Ghazali: Aku Nggak Mau Dahului Allah
-
Ironi Baru Sinema: Bioskop Kian Sepi di Tengah Ramainya Platform Streaming