Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Sam Edy
Gambar buku "Hakikat Ikhlas".[Dokumen pribadi/ Sam]

Ikhlas merupakan hal yang sangat vital yang harus ditanamkan ke dalam diri setiap orang ketika hendak melakukan amal kebajikan. Alasannya karena ikhlas menjadi kunci diterimanya amal.

Ustadz Abul Qasim Al-Qusyairi dalam kitab Ar-Risalah-nya pernah berkata, “Ikhlas ialah mengesakan hak Allah dalam ketaatan dengan maksud. Yakni, dengan ketaatannya itu, dia hendak bertaqarrub kepada Allah, bukan kepada sesuatu yang lain, seperti berpura-pura kepada makhluk, mencari pujian orang, senang sanjungan orang, atau untuk maksud-maksud tujuan lain selain taqarrub kepada Allah (hlm. 9).

Jadi seseorang bisa dikatakan ikhlas ketika dia melakukan amal kebajikan, bersedekah misalnya, dan dia hanya berharap keridaan dari Allah, bukan karena pamrih atau mengharap pujian dari manusia.

Ketika ada orang yang beramal karena ingin dipuji atau biar dianggap orang yang baik, maka ini menjadi indikasi bahwa dia tidak beramal dengan ikhlas. Dia beramal karena riya’, atau ingin memamerkan amal kebaikannya. Maka berhati-hatilah ketika perasaan riya’ muncul ke dalam diri kita.

Dalam buku ‘Hakikat Ikhlas’ dijelaskan bahwa orang yang ikhlas selamanya takut kalau-kalau riya’ menyelinap ke dalam hatinya sementara dia tidak menyadarinya. Oleh karena itu ia dinamakan “nafsu” tersembunyi” yang menyusup ke dalam hati seorang penempuh jalan (menuju Allah) tanpa dia menyadarinya.

Salah satu indikasi seseorang dikatakan ikhlas adalah tidak mencari pujian orang-orang yang memuji dan tidak pula menginginkannya. Jika seseorang memujinya, maka pujian itu tidak menjadikan dia terpedaya sehingga lupa terhadap jati dirinya yang sebenarnya. Dia lebih tahu terhadap apa yang tersembunyi di dalam hatinya serta liku-likunya daripada mereka yang terpedaya oleh gemerlap penampilan luar daripada isi dalamnya (hlm. 62).

Hal yang perlu digarisbawahi di sini bahwa memuji orang itu bukanlah hal yang dilarang. Bukan berarti kita tidak boleh memuji orang lain yang memiliki perilaku yang baik. Justru memuji kebaikan orang itu termasuk hal yang perlu dilakukan, namun jangan sampai membuat kita ‘gila’ atau haus dengan pujian dan validasi.

Termasuk indikasi ikhlas yang lain ialah tidak bakhil memuji orang yang berhak memperoleh pujian, dan menyanjung setiap orang yang layak untuk disanjung. Karena, ada dua penyakit yang berbahaya. Pertama, menyampaikan pujian dan sanjungan kepada orang yang tidak pantas menerimanya. Kedua, kikir dengan pujian terhadap orang yang berhak menerimanya (hlm. 65).

Buku ‘Hakikat Ikhlas’ karya Dr. Yusuf Qardhawi yang diterbitkan oleh penerbit Fatiha Islamic Digital Book (Solo) ini semoga dapat membantu memahamkan para pembaca tentang hakikat ikhlas. Mari kita sama-sama belajar beramal dengan penuh keikhlasan.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS.

Sam Edy