Siapa yang tak kenal Joko Pinurbo, penyair Indonesia yang terkenal dengan puisi sederhananya. Lahir di Sukabumi, Jawa Barat 11 Mei 1962, penyair yang akrab disapa Jokpin ini telah melahirkan lebih dari 20 buku kumpulan puisi dan beberapa buku antologi bersama.
Kepiawaian Joko Pinurbo dalam berpuisi terbukti dengan beberapa penghargaan yang berhasil ia raih baik di kancah nasional maupun internasional, termasuk South East Asian (SEA) Write Award (2014).
Perjamuan Khong Guan adalah salah satu buku kumpulan puisi Joko Pinurbo yang terbit tahun 2020. Buku ini memuat kumpulan puisi singkat tentang berbagai topik dalam kehidupan. Sebagai penggemar puisi, buku dengan total 134 halaman ini wajib masuk books listmu. Berikut beberapa alasannya!
1. Diksi baitnya ringkas
Pemilihan diksi dalam puisi menjadi salah satu hal harus diperhatikan. Pemilihan diksi yang tepat dapat mempengaruhi pembaca untuk terus menikmati puisi. Selain itu, pesan-pesan tersurat maupun tersirat dalam puisi dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca.
Seperti diksi yang dipilih Joko Pinurbo dalam puisi-puisinya di buku Perjamuan Khong Guan yang tergolong pendek, ringkas, dan padat makna. Jika dihitung setiap bait hanya berisi 2-4 kata. Cara Joko Pinurbo menata kata pada setiap bait menjadi daya tarik tersendiri bagi buku kumpulan puisi Perjamuan Khong Guan.
2. Puisinya dikemas dengan bahasa sederhana
Diksi yang digunakan penyair dalam sebuah puisi mampu membangkitkan rasa imajinasi pada diri pembaca, menimbulkan keindahan dalam puisinya, dan menjaga makna yang diinginkan penyair itu sendiri. Melalui diksi-diksi dalam sebuah puisi, penyair dapat menjalin 'komunikasi' dengan para pembaca. Pembaca juga dapat mengetahui jalan pikiran penyair melalui puisi-puisinya.
Kumpulan puisi Joko Pinurbo dalam buku Perjamuan Khong Guan menyuguhkan diksi-diksi sederhana yang dekat dengan kehidupan, namun sarat makna. Kemampuan Joko Pinurbo memainkan kata-kata tersaji dalam buku ini. Seperti pada pemilihan judul Kumpulan puisi Joko Pinurbo dalam buku Perjamuan Khong Guan menyuguhkan diksi-diksi sederhana yang dekat dengan kehidupan, namun sarat makna. Kemampuan Joko Pinurbo memainkan kata-kata tersaji dalam buku ini. Seperti pada pemilihan judul puisi Kesibukan di Pagi Hari, Hari Pertama Sekolah, Senin Pagi, Gajian, Kopi Tubruk, dsb.
3. Sub babnya bertajuk kaleng
Sub bab dalam buku kumpulan puisi Joko Pinurbo ini terbagi menjadi empat bagian. Pertama, sub bab Kaleng Satu. Kedua, sub bab Kaleng Dua. Ketiga, dua bab Kaleng Tiga. keempat, sub bab Kaleng Empat. Judul pada sub bab yang ditulis dengan tajuk kaleng selaras dengan judul buku yaitu Perjamuan Khong Guan.
Puisi pada part Kaleng Satu banyak disuguhkan dengan tema rindu. Part Kaleng Dua tentang puisi, bahasa Indonesia, dan buku. Part Kaleng Tiga bertajuk Minnah. Terakhir Kaleng Empat bertajuk khong guan.
4. Covernya simpel
Cover yang dipilih Joko Pinurbo untuk buku kumpulan puisi-puisinya Perjamuan Khong Guan menggunakan latar merah serta ilustrasi yang hampir sama dengan 'sampul' di kaleng biskuit khong guan. Terdapat dua anak, satu laki-laki dan satu perempuan beserta ibu mereka. Bapak tidak ada di meja tersebut.
Bedanya, pada cover buku Perjamuan Khong Guan Joko Pinurbo, keluarga ini tak sedang menikmati biskuit, melainkan keluarga ini sedang sibuk menulis puisi. Ditemani beberapa piring dan satu gelas yang entah isinya apa.
Pernahkah terpikirkan mengapa tak ada bapak di keluarga pada 'sampul' biskuit khong guan? Hal unik tersebut mampu dieksekusi Joko Pinurbo sebagai inspirasi dalam berpuisi. Lewat puisi dalam buku Perjamuan Khong Guan pembaca akan menemukan mengapa bapak tak ada di meja tersebut dan dimana bapak berada. Penasaran? Segera baca bukunya sekarang!
Baca Juga
Artikel Terkait
-
Buku Selamat Menunaikan Ibadah Puisi, Sekumpulan Puisi Karya Joko Pinurbo
-
Perjamuan Khong Guan, Sekumpulan Puisi dengan Sentuhan Humor yang Menghibur
-
Buku The Goodbye Process: Mengeksplorasi Cara Manusia Menghadapi Perpisahan
-
Buku And the People Stayed Home: Menemukan Makna Hidup di Tengah Pandemi
-
'Negeri Daging' karya Gus Mus: Meneropong Ketimpangan Sosial lewat Puisi
Ulasan
-
Menguras Emosi, Film '366 Days': Ketika Cinta, Mimpi dan Waktu Beradu
-
Nangis Bombai, Film How to Forget You: Kenangan Pahit dalam Mencintai
-
Isu Diskriminatif di Balik Film Jepang 'Sweet Bean'
-
Ulasan Novel We Ate the Dark: Misteri di Balik Kematian Saudara Kembar
-
My Three Annoying Brothers, Suka Duka Jadi Adek Bungsu Para Cogan Populer
Terkini
-
4 Gaya Andalan Chaeyoung TWICE yang Bisa Kamu Tiru untuk Outfit Sehari-hari
-
Struktur 'Sawang' dalam Daily Conversation, Kata Kerja atau Kata Benda Sih?
-
Sinopsis Film 'YADANG: The Snitch', Soroti Perdagangan Narkoba di Korea
-
Aset Negara di Tangan yang Salah? Kontroversi di Balik Peluncuran Danantara
-
Kembali dengan Season ke-5, Series 'You' Menjadi Penutup Kisah Joe Goldberg