Scroll untuk membaca artikel
Sekar Anindyah Lamase | Ardina Praf
Novel Out of My Heart (goodreads.com)

Out of My Heart merupakan kelanjutan dari kisah Melody Brooks, karakter utama dalam novel Out of My Mind yang sebelumnya telah mencuri hati banyak pembaca.

Sharon M. Draper kembali membawakan perjalanan Melody, gadis cerdas dengan cerebral palsy yang menggunakan alat Medi-talker untuk berkomunikasi.

Jika di buku pertama kita melihat perjuangan Melody di lingkungan sekolah, kali ini kita diajak menyelami petualangan pribadi Melody di luar zona amannya, sebuah perkemahan musim panas khusus anak-anak berkebutuhan khusus.

Di usia yang bertambah dan keberanian yang makin besar, Melody memutuskan ingin merasakan pengalaman yang selama ini hanya bisa ia bayangkan.

Perkemahan musim panas menjadi pilihan Melody untuk membuktikan bahwa dirinya juga bisa berpetualang, berteman, dan menikmati berbagai kegiatan seru seperti anak-anak lain

Dalam kisah ini, Melody ingin melakukan berbagai macam kegiatan mulai dari menelusuri hutan, meluncur di zip line, hingga menunggang kuda.

Semua hal itu menjadi daftar keinginan Melody yang ingin ia wujudkan. Salah satu kelebihan novel ini ada pada penggambaran pengalaman pertama Melody. Draper menggambarkan setiap momen yang dimiliki Melody dengan detail dan penuh makna.

Misalnya keberanian Melody saat pertama kali menaiki zip line meski ketakutan, atau saat ia merasa diterima oleh teman-teman barunya.

Di sinilah bagian terbaik dari novel ini. Bagaimana penulis menunjukkan bahwa keterbatasan fisik tidak pernah bisa membatasi semangat dan rasa ingin tahu seseorang.

Novel Out of My Heartmemuat sejumlah pesan moral penting, mulai dari keberanian, penerimaan diri, hingga arti persahabatan yang tulus.

Nilai-nilai ini tersampaikan melalui perjalanan Melody dalam menghadapi ketakutannya dan membangun hubungan dengan orang-orang di sekitarnya.

Salah satu yang paling terasa adalah upaya penulis menggunakan gaya bahasa gaul kekinian dalam dialog dan narasi Melody yang sayangnya kurang natural dan terkadang justru menghambat alur.

Selain itu, penggunaan beberapa istilah dalam novel ini terasa kurang tepat, sehingga memengaruhi kelancaran alur cerita.

Di beberapa bagian, pembaca mungkin akan merasakan perubahan ritme yang kurang konsisten, terkadang berjalan lambat, di lain waktu terasa agak canggung dan kurang alami.

Munculnya beberapa tokoh baru di perkemahan seperti Athena juga membuat cerita menjadi lebih berwarna.

Athena adalah karakter yang mudah disukai, penuh semangat, dan menjadi teman pertama yang benar-benar memahami Melody di perkemahan.

Sayangnya, tidak semua karakter baru dikembangkan dengan baik. Beberapa karakter yang muncul terasa terlalu datar dan tidak memberikan kontribusi banyak dalam jalan cerita.

Meski beigitu, pesan tentang keberanian untuk keluar dari zona nyaman, arti persahabatan, dan rasa kekeluargaan dapat menjadi pembelajaran yang diambil oleh pembaca.

Hadirnya unsur-unsur petualangan serta kisah cinta pertama yang polos membuat cerita novel ini menjadi lebih manis, mengingat banyak adegan yang sejak awal memang penuh menguras emosi.

Salah satu kekuatan dari Out of My Heart juga terletak pada caranya menggambarkan dunia dari sudut pandang seseorang dengan disabilitas tanpa kesan menggurui atau memaksa.

Draper tetap konsisten mengajak pembaca untuk melihat Melody bukan sebagai anak yang dikasihani, melainkan sosok berjiwa bebas yang layak mendapat kesempatan yang sama.

Secara keseluruhan, Out of My Heart adalah sekuel yang menghibur dan menyentuh, meski tidak sekuat buku pertamanya.

Novel ini tetap layak dibaca terutama bagi mereka yang ingin memahami pentingnya inklusi dan keberanian menghadapi tantangan hidup.

Meskipun beberapa gaya bahasa dan pengembangan karakter masih perlu diperbaiki, kisah Melody kali ini tetap memegang hati pembaca dengan caranya sendiri.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Ardina Praf