Scroll untuk membaca artikel
Hikmawan Firdaus | Athar Farha
Poster Angkara Murka (Instagram/ forkafilms)

Ada ketertarikan tersendiri pada film horor yang nggak melulu mengandalkan suara keras dan penampakan mengejutkan. Jadi ketika ada Film Angkara Murka, debut panjang dari Sutradara Eden Junjung tayang di bioskop pada 22 Mei 2025, ekspektasi tinggi langsung tertuju pada bagaimana film ini akan memanfaatkan atmosfer horor psikologis dengan realisme sosial. 

Diproduksi sama Forka Films, Film Angkara Murka nggak main-main dari segi cerita dan pemain lho. Penasaran? Sini lanjut kepoin sampai akhir!

Sekilas tentang Film Angkara Murka 

Kisahnya akan membawa Sobat Yoursay menyelami perjalanan Ambar (diperankan Raihaanun) yang kehilangan suaminya, Jarot (Aksara Dena), secara misterius saat sedang bekerja di tambang pasir di lereng Gunung Merapi. 

Nggak tinggal diam, Ambar memutuskan bekerja di lokasi yang sama, bertekad mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi. Namun, yang Ambar temukan nggak cuma pekerjaan berat, tapi juga teror nggak kasatmata dah rahasia kelam yang sudah lama mengendap di tempat itu.

Tambang itu dipimpin seseorang yang karismatik sekaligus penuh rahasia bernama Raden Broto (Whani Darmawan). Di bawah kendalinya, satu per satu pekerja menghilang tanpa jejak. Ada semacam aura mencekam yang menggantung di udara, seolah-olah ada sesuatu yang jahat tapi nggak bisa diidentifikasi secara langsung. 

Dalam usahanya mencari kebenaran, Ambar dibantu Lukman (Simhala Avadana), salah satu pekerja tambang yang perlahan mulai menyadari ada hal-hal di luar logika manusia yang sedang mereka hadapi. Asli, ngeri sekaligus bikin kepo deh.

Lalu gimana dengan pengalaman nonton Film Angkara Murka? Baca sampai tuntas ya!

Impresi Selepas Nonton Film Angkara Murka

‘Angkara Murka’ yang diputar perdana di Far East Film Festival 2025 di Udine, Italia, sepenuhnya pakai bahasa Jawa, yang mana memperkuat kesan lokalnya. Eden Junjung juga konsisten menjaga tone visual yang muram sebagai metafora dari sistem yang menindas para tokohnya. 

Yang langsung terasa begitu film dimulai tuh terkait Eden Junjung, yang tampak membangun ketegangan lewat atmosfer yang agaknya sunyi dan minim dialog. Bahkan aku agaknya cukup terikat karena terus dibuat menebak-nebak: Siapa yang bisa dipercaya? Siapa yang sebenarnya menyimpan rahasia?

Dalam film ini, semuanya terasa abu-abu. Nggak ada orang baik maupun penjahat sejati yang ditampilkan secara gamblang. Semua karakter tampak menyimpan sesuatu, dan ketika mereka bicara, kata-katanya seolah-olah nggak sepenuhnya bisa diandalkan. 

Nuansa ambigu ini menurutku sangat memperkaya sisi psikologis filmnya, dan membawaku lebih dalam ke kondisi batin Ambar yang terus diterpa rasa curiga, takut, tapi juga penuh tekad.

Untuk visualnya, Film Angkara Murka memang bermain-main dengan gelap dan terang. Mayoritas adegannya berlatar malam hari, dengan pencahayaan redup yang kadang hanya berasal dari lampu tambang atau obor. Dan komposisi visualnya memperkuat rasa terkurung dan terancam yang terus-menerus mengendap. 

Meski nggak banyak adegan aksi, tapi ketika momen itu datang, semuanya terasa intens dan mendebarkan. Ada semacam ‘ledakan’ emosional yang muncul tiba-tiba, memecah ketenangan panjang yang sudah disusun sejak awal. 

Dan jujur saja, akting para pemainnya sangat terkendali. Nggak ada yang tampil mencolok atau mencuri panggung, tapi semuanya bergerak harmonis membangun dunia yang suram dan menggantung. 

Lalu apa yang membuat Film Angkara Murka istimewa? Bagiku karena pendekatannya yang NGGAK BIASA untuk film horor Indonesia. 

Oh iya, kalau Sobat Yoursay lebih menyukai horor yang padat adegan seram dan jumpscare, film ini mungkin terasa terlalu lambat atau bahkan ‘bodoh’. Sayang memang Film Angkara Murka memang nggak untuk semua orang, tapi buat yang sabar dan menikmati proses. 

Satu hal yang pasti, setelah film usai dan lampu bioskop menyala, aku masih membawa pulang rasa tak nyaman yang susah dijelaskan. Dan kurasa, itulah horor yang sejati. Selamat nonton ya. 

Athar Farha