Seni Penjara merupakan buku yang berisi sekumpulan karya seni rupa, baik lukisan atau gambar sketsa pensil karya Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di seluruh Indonesia.
Buku ini diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia melalui kurasi lukisan dari Sayembara Melukis Kategori Warga Binaan Pemasyarakatan Second Chance Foundation pada tahun 2021. Seluruh peserta sayembara ini adalah para narapidana yang ada di lapas, rutan, dan LPKA di seluruh Indonesia.
Second Chance Foundation sebagai lembaga yang memfasilitasi perlombaan ini mengutarakan bahwa sayembara dilakukan dengan maksud agar masyarakat bisa melihat sisi positif dari penghuni jeruji besi.
Di sisi lain, sayembara ini memang bertujuan untuk menggali potensi tersembunyi yang dimiliki oleh WBP. Oleh sebab itu, melalui buku ini, diharapkan masyarakat bisa memandang narapidana sebagai sesama manusia.
Sebagai pembukaan, buku ini akan memaparkan tentang peran seni penjara sebagai jembatan untuk berekpresi. Hal ini langsung terlihat pada lukisan pertama adalah milik Slamet Abidin bin Subarib yang merupakan warga binaan Lapas Kelas II A Pekalongan, Jawa Tengah. Karyanya yang berjudul Berburu berhasil memenangkan posisi pertama sayembara untuk kategori Warga Binaan Pemasyarakatan Second Chance.
Dari kategori ini, pembaca akan melihat tiga karya terbaik yang menjadi juara. Menariknya juara ketiga adalah karya dari WNA asal Afganistan bernama Habibullah. Lukisannya diberi judul Cinta Anak Kepada Ibu dan berhasil mencuri perhatian juri karena merepresentasikan perasaan rindu kepada mendiang ibunya, sekaligus keinginan untuk berkumpul lagi dengan istri dan anaknya di Afganistan.
Selain itu, ada juga Sayembara Melukis Kategori Anak Second Chance Foundation. Khusus kategori ini pesertanya adalah WBP yang mendiami LPKA atau Lembaga Pembinaan Khusus Anak. Membaca di bagian ini sedikit memberi sentuhan perasaan yang berbeda. Ada rasa haru dan miris karena anak-anak di bawah umur pun tidak luput dari perbuatan kriminal.
Bagian ini juga menyadarkan kita bahwa yang menjadi penghambat mereka untuk berkembang bukan hanya soal tindakan kriminalitas saja, tetapi keterbatasan ekonomi.
Juara pertama kategori LPKA merupakan lukisan berjudul Bunga Senja. Sebuah lukisan sederhana karya Regi Pramana Putra yang menghuni LPKA Kelas I Tangerang. Lukisan ini bergambar tiga kuntum bunga tulip yang merepresentasikan keikhlasan dan kerinduan.
Selain itu, buku ini juga menguratori tiga puluh karya favorit dari semua peserta sayembara. Masing-masing hadir dengan style gambar tersendiri, ada yang berupa lukisan dan sketsa pensil.
Dari semua karya, mereka tampak berusaha mengekspresikan perasaan diri sendiri dan rekan-rekan sesama warga binaan. Kebanyakan lukisan merepresentasikan perasaan rindu, keinginan untuk berubah menjadi lebih baik, dan kemanusiaan.
Sejujurnya membaca buku ini sangat menguras emosi. Namun, ada juga perasaan takjub kala melihat karya lukisan yang indah dan beragam.
Setiap lukisan diberikan uraian singkat sebagai background karya dan pelukisnya, sehingga hal pertama yang aku notice setelah membaca buku ini adalah para WBP merupakan manusia yang mengharapkan kebebasan. Mereka ternyata menyadari kesalahan yang pernah dibuat dan berharap bisa memperbaiki diri setelah bebas nanti.
Hampir sebagian besar peserta telah mengantongi kemampuan seni rupa sejak kecil, meskipun sebagian yang lain belajar secara otodidak. Namun, banyak juga di antara mereka yang menggunakan lukisan untuk membunuh waktu kesendirian dan sebagai pelampiasan emosi selama di tahanan.
Selain itu, beberapa narapidana juga bisa tetap menghasilkan uang dari penjualan lukisan selama masih di penjara. Oleh sebab itu, lukisan ini juga bisa disebut sebagai media untuk menyampaikan harapan mereka akan penghidupan yang lebih baik.
Secara keseluruhan, buku ini memang berhasil menggugah rasa kemanusiaan pembacanya. Melalui gambar dan narasi singkatnya, pembaca jadi bisa merasakan emosi yang sangat kuat dari goresan tangan dingin para warga binaan.
Warna-warna yang mereka torehkan juga merupakan citra dari perasaan yang tidak bisa mereka ungkapkan dengan kata-kata. Buku ini mengajak kita untuk merefleksikan diri dan menyadari bahwa semua manusia berhak mendapat kesempatan kedua.
Identitas buku
Judu: Seni Penjara
Penyusun: Second Chance Foundation
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun terbit: 2024
Tebal buku: 188 halaman
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS
Baca Juga
-
Ulasan Novel Satu Kelas: Dilema Ketika Sekelas dengan Mantan dan Gebetan
-
Buku Jingwei Menimbuni Lautan: Reinkarnasi Tragis dalam Mitologi Tiongkok
-
Ulasan Buku Hello Stress: Cara Sederhana Kenali dan Atasi Gangguan Stres
-
Ulasan Buku Pede Aja!: Perihal Menerima dan Mencintai Diri Sendiri
-
Ulasan Novel Smash!: Perjodohan Berujung Cinta Segitiga yang Rumit
Artikel Terkait
-
Switch Genre Buku: Tantangan Seru Menjadi Pembaca yang Lebih Kaya
-
Ulasan Novel Battle of the Bookstores: Pertarungan Antara Manajer Toko Buku
-
Pembaca Bukan Ensiklopedia Berjalan: Hentikan Stereotip yang Melelahkan Itu
-
Ulasan Buku Move It, Mencintai Diri Sendiri dengan Menjaga Pola Hidup Sehat
-
5 Rekomendasi Buku dari Lima Negara Berbeda, Jalan-jalan Lewat Bacaan!
Ulasan
-
Batik Kuansing, Ikon Budaya Pacu Jalur yang Bisa Dibawa Pulang
-
Membuka Luka Sejarah PKI 1965 Lewat Fiksi di Novel Noda Tak Kasat Mata
-
Review Film Ghost Train: Stasiun Hantu dan Rahasia yang Bikin Merinding
-
Review Film Sihir Pelakor: Teror Sabdo Pandito dalam Balutan Horor Religi
-
Ulasan Novel Hazel Says No: Keberanian Hazel dalam Menolak Eksploitasi
Terkini
-
5 HP Murah RAM Gede, Biar Multitasking Bisa Juga
-
Elizabeth Olsen Terjebak Cinta Segitiga di Film Eternity, Intip Trailernya
-
Sinopsis Film Son Of Sardaar 2, Dibintangi Ajay Devgan dan Mrunal Thakur
-
The Boyz Hadirkan Nuansa Musim Panas yang Segar di Teaser MV Lagu 'Aura'
-
Jari Lincah, Pikiran Kritis: Menavigasi Labirin Digital Pelajar Masa Kini