Scroll untuk membaca artikel
Hayuning Ratri Hapsari | Ardina Praf
Novel The Convenience Store by the Sea (goodreads.com)

Tempat yang terlihat biasa saja justru terkadang menyimpan banyak cerita hangat. Itulah kisah yang dihadirkan novel The Convenience Store by the Sea.

Novel ini bercerita tentang seorang pria bernama Tuan Shib. Ia mengelola toko kecil bernama Tenderness. Tokonya kecil dan sederhana, terletak di tepi laut Jepang.

Ulasan The Convenience Store by the Sea

Toko ini tidak hanya tempat untuk menjual makanan atau minuman, tapi juga sebagai tempat untuk awal mula cerita kecil dalam kehidupan berkumpul.

Pelanggan yang datang membawa berbagai masalahnya masing-masing. Oleh sebab itu, novel ini juga ditulis dalam beberapa bab.

Namun, semuanya memiliki harapan yang sama. Mereka ingin menemukan ketenangan, hiburan, dan harapan baru di toko kecil ini.

Berbagai masalah dari pelanggan ikut mewarnai novel ini seperti anak muda yang mengalami pembullyan, seorang ibu yang kesepian, dan sebagainya. Semua kisah itu mengalir dengan tenang tapi penuh makna.

Hal yang menarik, buku ini bukan cuma tentang toko kelontong semata, tapi tentang bagaimana sebuah tempat sederhana bisa menjadi titik temu berbagai kehidupan.

Layaknya toko kecil di tepi laut, The Convenience Store by the Sea seperti menghadirkan suasana komunitas yang hangat dan akrab. Ketika membaca novel ini, kita seperti sedang berjalan menyusuri pesisir kota dan mampir di sebuah toko kecil untuk membeli minuman.

Dari kisah ini, kita menemukan bahwa kebahagiaan bisa saja datang dari hal-hal sederhana yang penuh kehangatan. Tidak selalu dari hal-hal besar yang didapat dari kisah-kisah di zaman sekarang yang penuh keruwetan.

Setiap bab dalam buku ini membawa pelajaran hidupnya sendiri. Ada kisah tentang perundungan di sekolah, tentang seseorang yang merasa terisolasi, hingga tentang perceraian dan luka hati yang sulit disembuhkan.

Meskipun tema-tema ini terdengar berat, Machida menyampaikannya dengan cara yang halus dan tidak menggurui. Justru karena dibalut lewat keseharian di toko kelontong, cerita-cerita ini terasa lebih dekat dan membumi.

Secara keseluruhan, Sonoko Machida punya kemampuan observasi yang apik dalam menggambarkan dinamika sosial masyarakat Jepang.

Bagaimana kebiasaan mampir ke konbini bukan sekadar soal belanja kebutuhan, tapi juga tentang mencari koneksi kecil yang bisa menenangkan hati.

Bahkan, di balik kisah fiksi dan fantasi kecil tentang persahabatan yang lahir di sana, penulis tetap menyoroti isu-isu nyata yang terjadi di sekitar kita. Ada pesan bahwa sesederhana apa pun tempatnya, selalu ada ruang untuk saling peduli.

Meski begitu, seperti kumpulan cerita pada umumnya, beberapa bab memang terasa lebih kuat daripada yang lain.

Ada beberapa cerita yang sangat menyentuh, tapi ada juga beberapa yang terasa datar dan kurang menggugah.

Tapi justru di situ letak kejujurannya, karena dalam hidup pun, tak semua momen punya bobot yang sama. Ada kisah yang membekas, ada pula yang hanya lewat begitu saja.

The Convenience Store by the Sea adalah buku yang cocok untuk kamu yang suka kisah ringan, penuh nuansa hangat, tapi tetap punya makna di baliknya.

Bacaan yang pas untuk menemani sore santai, ditemani secangkir teh hangat, sambil membayangkan suara deburan ombak di kejauhan.

Novel ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan kecil bisa hadir dari hal-hal yang paling sederhana, mungkin dari sebuah toko kecil di tepi laut, atau dari orang asing yang tanpa sengaja menyapa dengan senyum ramah.

Kalian yang mencari novel nuansa Jepang dengan cerita yang sederhana dan tenang, novel ini menjadi rekomendasi untuk kalian baca.

Ardina Praf