Malam Jumat Legi itu gerimis membasahi paving halaman masjid. Angin bertiup sepoi. Aku, Toha, Aqil dan Karmin yang wajahnya dibelai sepoi angin itu tak kuasa menahan kantuk. Kami berkali-kali menguap lebar sambil mengeluarkan suara. Lalu, kami sepakat menaruh Al-Qur'an dan memilih rehat sembari tiduran di serambi masjid.
Di masjid yang berdempetan dengan rumahku itu, sejak aku kecil masyarakat muslim sekitar selalu istikamah menggelar acara khatmil Qur'an setiap menyambut Jumat Legi. Rutinitas bulanan tersebut biasanya dimulai usai salat Duhur di hari Kamis.
Bicara soal kudapan, rokok dan permen yang dihidangkan untuk para anggota khatmil Qur'an, janganlah khawatir. Masyarakat sekitar yang tergolong kaya, mayoritas dermawan dan ahli sedekah. Mereka tak perhitungan untuk menyedekahkan sebagian hartanya untuk kegiatan yang dimaksud.
Terlepas dari hal tersebut, aku, Toha, Aqil dan Karmin pada malam itu telah melayang ke alam mimpi. Meski beralas karpet dan berbantal sajadah, seperti malam-malam Jumat Legi sebelumnya, tidurku bersama teman-teman lain di serambi masjid cukup pulas.
Sekitar pukul 03.40 WIB amplifier speaker masjid menyala otomatis melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an. Mendengar lantunan Kalam Ilahi tersebut, sontak aku bangun dari tidur sambil mengucek-kucek mata. Segera aku bangunkan Toha dan Aqil. Sebab, jika telat bangun mereka akan malu, karena sebentar lagi masyarakat sekitar yang hendak melaksanakan salat jamaah Subuh akan berduyun-duyun datang.
Mataku mencari-cari Karmin. Ia tidak ada di tempat tidurnya. Aku perlu membangunkan Karmin, sebab pada biasanya Karmin-lah yang mengumandangkan azan Subuh. Tetapi, kala itu tubuh Karmin tidak ada di tempat. Kami bertiga kebingungan. Akankah Karmin pulang ke rumahnya sewaktu kami tidur nyenyak? Kami tidak tahu juga.
Saat ayah Karmin tiba di masjid untuk tunaikan salat jamaah Subuh, aku tanya soal keberadaan Karmin di rumahnya. Dengan tegas dan setengah terkejut ayah Karmin menjawab bahwa anaknya tidak ada di rumah. Bapak dan ibu Karmin pun yang rutin salat jamaah lima waktu di masjid ikut pula mencarinya.
Kala waktu Subuh sudah hampir habis, kira-kira pukul 04.56 WIB, Karmin muncul dengan bermandi keringat di sekujur badan. Ia mengaku tiba-tiba semalam tubuhnya dipindah ke keranda mayat yang ada di ruang khusus di belakang masjid. Sebenarnya ia sadar waktu berada di dalam keranda, tapi ia tak bisa bergerak dan teriak minta tolong. (*)