Review Film Fullmetal Alchemist: The Revenge of Scar (2022)

Hernawan | aozora dee
Review Film Fullmetal Alchemist: The Revenge of Scar (2022)
Film Fullmetal Alchemist: The Revenge of Scar [IMdb]

Sudah lama ditunggu, akhirnya Fullmetall Alchemist: The Revenge of Scar rilis juga. Sekuel film ini masih menceritakan perjalanan Edward Elric (Yamada Ryosuke) dan Alphonse Elric (suara Mizuishi Atomu) yang berusaha mengembalikan tubuh mereka yang hilang karena kegagalan transmutasi manusia. Dalam film ini, sutradara Fumihiko Sori memasukkan musuh baru yang menjegal perjalanan Ed dan Al.

Film berdurasi 2 jam lebih ini dibuka dengan menampilkan Ed dan Al yang mengejar kereta. Mereka nyaris saja kehilangan kesempatan untuk mengikuti Ujian Alkemi Negara. di kereta tersebut Ed dan Al bertemu dengan sekelompok orang yang berasal dari Negeri Xing. Mereka rupanya tengah mencari Batu Filosofi yang konon dapat menciptakan keabadian. Karena itu, Ed dan Al hampir saja celaka.

Namun, orang-orang Xing itu bukanlah bahaya utama bagi Ed dan Al sebab Scar (Mackenyu Arata) adalah musuh utama yang harus mereka hindari. Scar adalah orang Ishval yang selamat dari perang saudara besar yang melibatkan Amestris dulu. Pria yang mempunyai bekas luka di dahi itu datang untuk membunuhi alkemi negara demi menuntaskan dendamnya pada orang-orang Amestris yang telah menghancurkan Ishval. Ed dan Al menjadi salah satu target Scar yang karenanya nyawa mereka menjadi terancam.  

Fullmetal Alchemist: The Revenge of Scar membuka kisahnya dengan adegan memikat di mana Ed dan Al terlibat aksi pertarungan di kereta yang menakjubkan. Apalagi mereka bertarung dengan tangan kosong, jadi koreografi laganya terlihat lebih menarik ketimbang adegan alkemi yang didukung CGI. Adegan ketika Ed mengeluarkan Alkeminya justru kurang gereget.

Dari segi visual, film yang digarap oleh Warner Bros adalah salah satu poin unggulnya. Dari awal penonton sudah disuguhi visual yang apik. Sayangnya, ini juga tidak bisa dipertahankan dengan baik. ada banyak scene penting yang mempunyai CGi kurang berhasil. misalnya saja adegan perang antara Ametris dan Ishval yang seharusnya menjadi bagian dramatis dari film ini. Pasalnya kita tahu bahwa Scar muncul sebagai orang yang menyimpan dendam kesumat pada orang-orang Amestris. Namun, adegan perang yang ditampilkan dalam flashback itu tidak begitu ditampilkan dengan fokus dan mendalam. Sisi emosionalnya jadi tidak terbangkitkan.

Sekuel dari trilogi live action Fullmetal Alchemist ini mempunyai banyak lubang di ceritanya. cerita yang diangkat dari versi anime ini sebenarnya seru hanya saja disajikan dengan pace yang terbilang cepat dan terburu-buru. Penonton tidak disuguhi latar belakang tentang orang-orang Xing yang ditemui Ed dan Al di kereta, mengapa mereka keukeuh mencari keabadian lewat Batu Filosofi yang menyebabkan Ed dan Al dikejar habis-habisan oleh mereka.  

Bagi penonton yang sudah menonton animenya, film ini bisa menjadi suguhan menarik sebab kisahnya hampir 100% diambil dari cerita animenya. Ibaratnya, kamu tidak perlu menebak ending-nya akan jadi apa. Nah, dari keseluruhan filmnya, Fullmetal Achemist adalah sebuah film yang menarik. Visualnya jempolan dan scoring musiknya pun Ok. Apalagi Yamada Ryosuke, Mackenyu, dan aktor aktris di film ini berhasil memerankan karakternya dengan baik. Sayangnya, visual yang sudah OK ini tidak didukung oleh plot yang apik.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak