Nyanyi Sunyi dalam Rantang, Saat Film Jadi Cerminan Isu Hukum di Indonesia!

Hernawan | Athar Farha
Nyanyi Sunyi dalam Rantang, Saat Film Jadi Cerminan Isu Hukum di Indonesia!
Poster Film Nyanyi Sunyi dalam Rantang alias Whispers in the Dabbas (Instagram/ delladartyan)

Apa jadinya jika empat kasus hukum nyata di Indonesia jadi inspirasi sebuah film? Sutradara kondang Garin Nugroho menjawabnya lewat film terbarunya: ‘Nyanyi Sunyi dalam Rantang’ atau juga dikenal dengan judul: ‘Whispers in the Dabbas’. 

Film yang akan tayang perdana di International Film Festival Rotterdam (IFFR) ke-54 ini mengisahkan lika-liku perjuangan pengacara muda bernama Puspa, diperankan Della Dartyan, dalam menghadapi realitas pahit dunia hukum.

Lewat film ini, Garin akan membawa penonton menyelami kasus-kasus hukum yang mungkin terasa akrab di telinga kita. Sebut saja kisah seorang perempuan yang dihukum karena memungut dua buah kakao dari perkebunan besar atau ancaman terhadap aktivis yang bekerja di NGO. Garin seolah-olah mengajak kita untuk berhenti sejenak, melihat sekeliling, dan bertanya, “Apakah keadilan sudah benar-benar ditegakkan?”

Dibantu rumah produksi Fourcolours Films, Garin menggandeng deretan pemain yang nggak diragukan lagi kualitas aktingnya. Selain Della Dartyan, ada Arswendi Bening Swara, Fajar Suharno, dan Mirkoen Awali yang turut memperkuat cerita. Film ini nggak hanya menghadirkan drama hukum penuh intrik, tapi juga kritik sosial yang tajam dan relevan dengan kondisi Indonesia saat ini.

Film sebagai Medium Kritik Sosial

Sejak dulu, film telah jadi salah satu media paling efektif untuk menyampaikan kritik sosial. Lewat Nyanyi Sunyi dalam Rantang, Garin tampaknya lihai membalut isu-isu hukum dan keadilan dalam narasi yang personal. Penonton jelas akan diajak menyaksikan betapa kompleksnya sistem hukum, dari konflik kecil seperti pencurian kakao hingga ancaman UU ITE yang menimpa aktivis.

Kisah Puspa sebagai pengacara muda idealis adalah potret perjuangan banyak orang yang berupaya bertahan di tengah sistem yang selalu nggak berpihak pada mereka yang lemah. Dengan menghadirkan tokoh utama perempuan, film ini juga memperkuat pesannya, perempuan pun memiliki peran besar dalam perjuangan menegakkan keadilan.

Garin dan Konteks Global

Diputarnya Nyanyi Sunyi dalam Rantang di IFFR, akan menambah panjang daftar film Garin yang diputar di festival internasional. IFFR sendiri bukan tempat baru bagi Garin. Sebelumnya, film-filmnya seperti ‘Opera Jawa’ dan ‘Kucumbu Tubuh Indahku’ juga mendapatkan apresiasi tinggi di sana.

Lewat film ini, Garin kembali menunjukkan bagaimana perfilman Indonesia mampu jadi cermin isu sosial yang relevan, nggak hanya untuk penonton lokal tapi juga internasional.

Sebagai penonton, kita tentu berharap Nyanyi Sunyi dalam Rantang dapat menyentuh hati banyak orang dan jadi pengingat atas perjuangan melawan ketidakadilan harus terus diperjuangkan. Jadi, sudah siap menyaksikan perjuangan Puspa di layar lebar? Yuk, kita nantikan jadwal tayang resminya di Indonesia!

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak