Penayangan anime Witch Hat Atelier yang diadaptasi dari manga karya Kamome Shirahama ditunda dari tahun 2025 ke 2026. Keputusan ini dilakukan demi menghadirkan kualitas yang lebih tinggi.
Anime ini disutradarai oleh Ayumu Watanabe di bawah naungan studio Bug Films. Posisi produser diisi oleh Hiroaki Kojima, sementara desain karakter ditangani oleh Kairi Unabara. Musik digarap oleh Yuka Kitamura.
Majalah Morning two milik Kodansha pada April 2022 telah mengumumkan bahwa manga Witch Hat Atelier diadaptasi menjadi anime. Crunchyroll dipastikan akan menayangkan anime ini secara simulcast saat penayangannya.
Kamome Shirahama pertama kali meluncurkan manga Witch Hat Atelier di majalah Morning two pada Juli 2016. Sementara Kodansha USA Publishing mulai merilis versi bahasa Inggris dari seri ini pada April 2019.
Kisah Witch Hat Atelier berfokus pada Coco, putri sederhana seorang pembuat gaun yang sejak kecil begitu terpikat oleh sihir dan para penyihir.
Meski para penyihir selalu berhati-hati merahasiakan metode mereka dari masyarakat umum, rasa ingin tahu Coco tidak pernah padam.
Hingga suatu hari, ketika ia berhasil mengintip penyihir berbakat bernama Qifrey, Coco menyadari bahwa buku bergambar favoritnya selama ini ternyata adalah buku sihir yang menyamar. Ia pun langsung mencoba berbagai mantra di dalamnya.
Sayangnya, salah satu mantra yang ia ucapkan justru memicu bencana di rumahnya. Beruntung, Qifrey datang tepat waktu untuk menyelamatkannya. Melihat potensi besar yang dimiliki Coco, Qifrey memutuskan untuk melatihnya.
Ia yakin Coco bisa menjadi petunjuk penting untuk melacak Brimmed Caps, kelompok sesat berbahaya yang bereksperimen dengan sihir terlarang untuk mengubah tubuh manusia sekaligus menyebarkan artefak sihir ke kalangan rakyat biasa.
Namun, sebelum Coco dan Qifrey dapat menghadapi kelompok berbahaya tersebut, Coco harus meningkatkan kemampuan sihirnya dan belajar bekerja sama dengan para murid lain yang juga menjadi murid Qifrey.
Kamome Shirahama sempat membeberkan bahwa ide awal Witch Hat Atelier lahir dari komentar seorang teman yang menyebut bahwa proses menghadirkan ilustrasi ke dunia terasa seperti sebuah keajaiban. Dari situlah muncul gagasan untuk menjadikannya dasar cerita.
Kamome Shirahama sendiri tumbuh dengan karya-karya Michael Ende dan J.R.R. Tolkien, yang menumbuhkan keinginannya untuk menciptakan cerita bergaya high fantasy.
Hal ini sekaligus menjadi pembeda dari tren fantasi populer saat itu, yang menurutnya lebih banyak mengarah ke low fantasy dengan latar dunia nyata atau bertema reinkarnasi.
Ia bahkan menyebut The Lord of the Rings sebagai salah satu pengaruh terbesar dalam proses penciptaan Witch Hat Atelier.
Selain itu, Kamome Shirahama juga banyak terinspirasi dari manga fantasi shjo, seperti Knights of Alfheim karya Seika Nakayama, Crystal Dragon karya Yho Ashibe, serta karya-karya dari Moto Hagio, Ryoko Yamagishi, dan Kyko Shit.
Karena latar belakang Shirahama sebagai ilustrator, gaya gambar Witch Hat Atelier lebih mendekati ilustrasi buku anak-anak klasik ketimbang manga pada umumnya.
Witch Hat Atelier mendapat berbagai pengakuan bergengsi sejak awal perilisannya. Pada Januari 2019, manga ini masuk nominasi Best Comic di Angoulême International Comics Festival. Sebelumnya, pada 2018, seri ini juga dinominasikan dalam Manga Taisho Awards ke-11.
Pengakuan internasional pun datang pada 2020, ketika manga ini masuk dalam daftar Top Ten Great Graphic Novels for Teens versi Young Adult Library Services Association (YALSA), sebuah divisi dari American Library Association (ALA).
Kesuksesan tersebut berlanjut di bulan Oktober 2020 saat Witch Hat Atelier meraih penghargaan Best Manga di ajang Harvey Awards.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS