Setelah beberapa waktu terakhir, Maudy Ayunda akhirnya menyampaikan pandangannya terkait bencana banjir di Sumatra melalui unggahan Instagram, setelah sebelumnya menuai kritik karena dianggap terlambat angkat suara.
Publik sudah lebih dulu ramai mempertanyakan sikapnya, mengingat Maudy dikenal vokal dalam isu sosial dan lingkungan.
Unggahan terbarunya pun langsung menjadi sorotan karena muncul setelah gelombang komentar keras yang menghampirinya di Threads.
Maudy Cerita Pengalamannya Mengunjungi Kawasan Terdampak Lingkungan
Dalam unggahan tersebut, Maudy menceritakan kembali pengalamannya mengunjungi Sintang, Kalimantan Barat, tahun lalu bersama tim From This Island.
Di sana, ia melihat langsung program adopsi hutan serta kondisi lingkungan yang menurutnya menghadapi tekanan berat.
Maudy menjelaskan bahwa kawasan tersebut telah lama mengalami masalah serius seperti deforestasi masif, alih fungsi lahan, serta degradasi ekosistem yang kini kian sering terlihat di banyak wilayah Indonesia.
Menurutnya, banjir yang terjadi di Sumatra bukanlah kejadian tiba-tiba, melainkan konsekuensi dari ekosistem yang lama dibiarkan tertekan tanpa upaya pemulihan yang berarti.
Ia menilai masyarakat kerap “mengambil alam begitu saja” tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap kehidupan banyak komunitas.
Lingkungan sebagai Isu Kemanusiaan
Maudy menegaskan bahwa isu lingkungan tidak berdiri sendiri. Baginya, persoalan ini juga menyangkut keselamatan dan masa depan manusia.
Dalam unggahannya, ia menyampaikan doa untuk Sumatra serta harapan agar Indonesia dapat pulih dan menemukan keseimbangan antara manusia dan alam.
Selain itu, Maudy juga mengajak para pemimpin untuk hadir secara nyata dan mengambil langkah tegas dalam menangani situasi yang ia sebut semakin mendesak dan kompleks.
Warganet Soroti Waktu Posting Maudy: “Setelah Kena Rujak, Baru Speak Up?”
Meski berisi pesan lingkungan, unggahan tersebut justru kembali memicu perdebatan. Banyak warganet menilai waktu Maudy berbicara sangat dekat dengan maraknya kritik yang menyerangnya.
Komentar-komentar bernada sinis pun bermunculan.
“Demi branding ya kak, tapi gapapa sih tetep bermanfaat,” ujar salah satu warganet yang meragukan ketulusan waktu unggahan Maudy.
Pengguna lain menuliskan, “Seriously??!! Setelah kena rujak baru speak up, seminggu?! Tapi ya udahlah ya.”
Ada pula yang mengaitkan respons Maudy dengan pola serupa pada momen lain.
“Abis dirujak netizen, baru posting… sama pattern-nya pas demo kemarin… anyway ayo Maudy bantu suara-suara rakyat tapak,” tulis seorang pengguna.
Puncak Kritik di Threads: Tuduhan Tone Deaf hingga Pencitraan
Gelombang kritik sebenarnya sudah memuncak sejak sebelumnya di Threads, ketika berbagai akun menilai Maudy tone deaf karena tidak menyebut bencana meski aktif membahas isu nasional lainnya.
Salah satu komentar keras menyebut Maudy hanya tampil estetis tanpa menunjukkan kepekaan terhadap isu mendesak, meski ia pernah menjadi Speaker G20 dan penerima beasiswa LPDP.
Komentar lain menyebut pidatonya “template” dan tidak mencerminkan kecerdasan seperti yang digambarkan publik. Kritik tersebut membuat banyak orang mempertanyakan konsistensinya sebagai figur publik yang sering membahas isu lingkungan dan kemanusiaan.
Sebagian Warganet Bela Maudy: “Bisa Jadi Dia Sudah Bantu Tanpa Pamer”
Di tengah derasnya kritik, ada bagian warganet yang memberikan pembelaan. Mereka berargumen bahwa tidak semua bantuan harus diumumkan. Ada kemungkinan Maudy telah memberi kontribusi nyata tanpa mempublikasikannya di media sosial.
Salah satu warganet menyinggung bahwa banyak figur publik gemar memamerkan aksi sosial hanya demi citra, sehingga tidak adil menuntut Maudy melakukan hal serupa.
Pembela ini juga mengingatkan bahwa publik sering kali lebih fokus pada koar-koar di media sosial dibanding tindakan nyata yang mungkin dilakukan seseorang di balik layar.