Netflix resmi memberi lampu hijau untuk produksi Last Samurai Standing season 2, serial asal Jepang yang dibintangi oleh Junichi Okada. Tayang perdana pada November lalu, serial ini berhasil menduduki posisi puncak Top 10 global non-english series di Netflix.
Tak hanya itu, Last Samurai Standing juga masuk daftar top 10 tontonan terpopuler di 88 negara. Di Jepang sendiri, serial ini bertahan di posisi nomor satu selama empat pekan berturut-turut. Dari segi rating, serial ini bahkan mencetak rating sempurna 100% dari kritikus di Rotten Tomatoes.
“Aku senang melihat Last Samurai Standing bisa menjangkau penonton global dan kini resmi berlanjut ke musim kedua. Aku bersemangat untuk kembali ke dunia yang liar ini dan sekali lagi terjun ke medan pertempuran bersama tim produksi. Kami berharap musim berikutnya bisa dibuat lebih enerjik dan penuh aksi,” ujar Junichi Okada, dikutip pada Sabtu (20/12/2025).
Sementara Michihito Fujii selaku sutradara memberi isyarat bahwa Last Samurai Standing akan berskala lebih besar dan lebih baik dibanding season pertamanya yang menuai banyak pujian.
“Aku ingin mengatakan bahwa aku sangat senang dan lega melihat Last Samurai Standing bisa meraih kesuksesan besar di luar Jepang. Terima kasih banyak. Aku juga merasa terhormat bisa menyampaikan bahwa serial ini resmi mendapatkan lampu hijau untuk musim kedua. Hanya dengan membayangkan hari-hari menarik yang menanti bersama tim produksi luar biasa yang dipimpin Junichi Okada saja sudah membuatku merinding,” ungkap Michihito Fujii.
“Tidak diragukan lagi, season 2 akan jauh lebih besar dan lebih baik dibanding season pertama. Jadi aku akan bersiap dan memberikan yang terbaik. Aku harap semua orang terus menantikan apa yang telah kami siapkan,” tambahnya.
Diadaptasi dari manga Ikusagami karya Shogo Imamura, Last Samurai Standing mengisahkan perjuangan hidup seorang samurai setelah runtuhnya pemerintahan shogun terakhir. Tokoh utamanya adalah Shujiro Saga (Junichi Okada), mantan pembunuh bayaran berjuluk Kukusho the Manslayer dan pernah mengabdi pada Keshogunan Tokugawa.
Kekalahan pasukan shogun dari kelompok pro-kaisar dalam Pertempuran Toba–Fushimi pada Perang Boshin membuat kelas samurai kehilangan segalanya—kekuasaan, tunjangan, hingga kehormatan. Cerita berlatar tahun 1897, hampir satu dekade sejak pemerintah Meiji mulai melakukan westernisasi Jepang.
Di masa ini, Shujiro hidup dalam keterpurukan. Ia masih dihantui trauma perang (PTSD), menganggur, dan tak mampu menafkahi keluarganya di tengah wabah kolera.
Kesempatan terakhir untuk menyelamatkan keluarganya datang ketika Shujiro menerima undangan misterius untuk mengikuti sebuah turnamen pertarungan di Kyoto, dengan hadiah uang tunai senilai 100 miliar yen emas.
Namun setibanya di Kuil Tenryu-ji, Shujiro menyadari bahwa dirinya—bersama 291 samurai, ninja, dan petarung dari berbagai klan—telah dijebak dalam permainan mematikan bernama Kodoku.
Dalam permainan ini, para peserta dipaksa menempuh jalur Tokaido dari Kyoto menuju Tokyo sembari saling membunuh dan merebut tanda identitas kayu milik lawan. Tanda tersebut menjadi syarat untuk melewati tujuh pos pemeriksaan.
Siapa pun yang kehilangan tanda atau gagal mengumpulkan jumlah yang ditentukan akan dieksekusi. Mereka yang mencoba membocorkan keberadaan permainan ini kepada orang luar juga akan bernasib sama.
Situasi kian berat bagi Shujiro karena trauma masa lalunya, serta kehadiran musuh-musuh lama dari klan lain. Tak seorang pun mengetahui siapa dalang di balik permainan Kodoku atau apa yang menanti di akhir perjalanan. Namun bagi Shujiro, satu-satunya pilihan adalah bertarung dan bertahan hidup.
Season pertama sempat menyinggung sisi gelap di balik permainan tersebut, sementara pada season berikutnya cerita diperkirakan akan memperluas konteks dan menggali motif yang lebih dalam dari permainan mematikan itu.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS