Penerapan Caring dalam Mengatasi Masalah Kesehatan Mental Selama Covid-19

Tri Apriyani | Alya Fadhoil
Penerapan Caring dalam Mengatasi Masalah Kesehatan Mental Selama Covid-19
Ilustrasi Covid-19. (Andrea Piacquadio/Pexels)

Sudah lebih dari satu tahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia, dan hingga saat ini masih belum ada tanda-tanda akan berakhir. Tercatat, per tanggal 8 Juli 2021, sudah terdapat 2,4 juta kasus Covid-19 di Indonesia, 1,99 juta orang sembuh, dan  63.760 meninggal dunia (Satgas Covid-19, 2020). Ditambah lagi, di tengah kondisi krisis saat ini, disebutkan bahwa Indonesia mengalami kekurangan tabung oksigen. Beberapa rumah sakit mengatakan mereka hampir kehabisan persediaan oksigen, bahkan salah satu rumah sakit melaporkan bahwa 63 pasien meninggal akibat kekurangan oksigen (BBC, 2021).

Berbagai peraturan telah dikeluarkan pemerintah, diawali dengan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang ditetapkan pada awal April 2020. Pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan 5M diantaranya memakai masker, mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi.

Di akhir tahun 2020 lalu, Indonesia sempat menerapkan new normal, melihat kurva kasus yang sudah mulai menurun. Namun, baru-baru ini dikarenakan munculnya varian baru Covid-19 yang membuat kurva kasus kembali meningkat, pemerintah kembali menerapkan peraturan yang disebut PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dimulai tanggal 3 Juli hingga 20 Juli 2021 (Tempo, 2021).

Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak negatif pada berbagai aspek kehidupan. Peningkatan angka pengangguran, pembelajaran jarak jauh bagi pelajar, kematian tenaga kesehatan, lumpuhnya pariwisata di Indonesia, tingginya angka masalah kesehatan mental, dan masih banyak lagi. Kesehatan mental disebut menjadi masalah besar yang akan dihadapi oleh Indonesia dan dunia pada tahun 2021 (CNN Indonesia, 2021).

Ketakutan, kekhawatiran dan stress merupakan respon yang normal dirasakan akibat adanya ancaman berupa pandemi Covid-19 ini. Selama lebih dari satu tahun masyarakat dihadapkan pada ketidakpastian serta hal-hal yang diluar dugaan. Sehingga, merupakan hal yang wajar dan dapat dimaklumi jika masyarakat mengalami ketakutan selama pandemi Covid-19. Selain karena takut tertular Covid-19, masyarakat juga mengalami perubahan signifikan akibat adanya pembatasan kegiatan sehari-hari dalam upaya memutus penyebaran virus (WHO, 2021).

Semua orang berpotensi merasakan kecemasan yang memengaruhi kesehatan mental selama pandemi. Namun menurut Javed et al (2020), anak-anak mengalami kerentanan yang cukup besar karena selama pandemi berada jauh dari teman-temannya dan harus terus tinggal di rumah. Anak-anak umumnya juga tidak memahami kondisi yang sedang terjadi. Oleh karena itu, mereka dapat mengalami kecemasan, keresahan, isolasi sosial yang dapat berefek jangka pendek atau panjang pada kesehatan mental mereka. Beberapa perubahan umum dalam perilaku anak-anak yang dapat terjadi seperti, menangis berlebihan, meningkatnya kesedihan, depresi, atau kekhawatiran. Anak-anak juga kesulitan berkonsentrasi dan memusatkan perhatian, hingga perubahan kebiasaan makan (Javed et al., 2020).

Selain anak-anak, orang tua juga lebih rentan terhadap wabah Covid-19 karena alasan klinis dan sosial seperti memiliki sistem kekebalan yang lebih lemah atau adanya masalah kesehatan lainnya. Menurut para ahli, individu berusia 60 tahun ke atas lebih mungkin terkena Covid-19 dan dapat menyebabkan kondisi serius dan mengancam jiwa bahkan jika mereka dalam keadaan sehat. Pembatasan aktivitas dan jarak fisik akibat Covid-19 juga menyebabkan efek negatif pada kesehatan mental lansia. Lansia bergantung pada anak-anak muda untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, sehingga dengan adanya pembatasan aktivitas, akan membuat lansia merasa kesulitan. Hal ini menimbulkan kecemasan, kesusahan, dan menyebabkan situasi traumatis bagi lansia. Beberapa gejala yang umumnya ditemui pada lansia yang mengalami masalah kesehatan mental diantaranya berteriak, berperilaku menjengkelkan, perubahan kebiasaan tidur dan makan, serta ledakan emosi (Javed et al., 2020).

Meskipun stress dan kecemasan merupakan respon normal selama pandemi, namun stress diketahui dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menyebabkan disregulasi yang memperburuk kondisi tubuh seseorang. Stres dapat terjadi ketika mengetahui jumlah kematian akibat Covid-19, merasa terisolasi selama karantina, tidak bisa bersama orang yang dicintai, hingga kesulitan keuangan. Kondisi ini membuat pemerintah berupaya menyaring informasi berkaitan dengan Covid-19 yang beredar di masyarakat. Informasi penambahan kasus yang pada awalnya rutin diumumkan melalui konferensi pers setiap sore di televisi, saat ini tidak lagi dilakukan. Namun, tindakan ini juga mendapatkan kritikan dari berbagai pihak, karena pemerintah dianggap kurang transparan dalam memberikan informasi mengenai bagaimana situasi Covid-19 yang sebenarnya terjadi di Indonesia (Kaligis, Indraswari & Ismail, 2020).

Di masa pandemi ini, kesehatan fisik perlu diperhatikan, agar terhindar dari virus Covid-19. Namun yang tidak kalah penting adalah menjaga kesehatan mental. Mengutip pernyataan Lisa Carlson, mantan presiden American Public Health Association dan administrator eksekutif di Sekolah Kedokteran University Emory di Atlanta, sebagaimana dilansir CNN, dia menyatakan bahwa “Kita tidak memiliki vaksin untuk kesehatan mental seperti yang akan kita dapatkan untuk kesehatan fisik. Jadi, butuh waktu lebih lama untuk keluar dari tantangan itu.” (CNN Indonesia, 2021).

Dalam keperawatan dikenal konsep yang disebut caring. Caring dimaknai sebagai fenomena universal yang memengaruhi cara orang berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam hubungan satu sama lain (Potter et al., 2013). Caring diterapkan oleh perawat secara holistik dengan mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan pasien untuk mendukung proses kesembuhan pasien.

Dalam konsep keperawatan, caring melibatkan hubungan interpersonal antara perawat dengan pasien, perawat dengan keluarga pasien, dan perawat dengan anggota tim perawatan (Fontaine & Keeling, n.d.). Caring terdiri atas beberapa proses meliputi (1) knowing, merupakan upaya untuk mengerti bahwa sebuah kejadian memiliki makna bagi seseorang; (2) being with, menghadirkan diri secara emosional kepada orang lain, berbagi perasaan dan tidak membebani; (3) doing for, melakukan sesuatu kepada orang lain sebagaimana kita akan melakukannya untuk diri sendiri; (4) enabling, memfasilitasi orang lain melalui transisi hidupnya (misalnya, kelahiran, kematian, maupun peristiwa yang tidak dikenal); (5) maintaining belief, mempertahankan kepercayaan dalam kapasitas orang lain melewati sebuah peristiwa atau transisi dan masa depan (Potter et al., 2013).

Caring pada dasarnya dimiliki oleh setiap manusia dan dapat muncul begitu saja ketika ada orang yang membutuhkan pertolongan. Melihat penjelasan mengenai proses caring yang telah diuraikan sebelumnya (knowing, being with, doing for, enabling, dan maintaining belief), dapat dilihat bahwa konsep caring sebenarnya sederhana.

Caring yang dapat diterapkan oleh semua orang dengan memulainya dari hal-hal kecil. Misalnya, menanyakan kabar teman atau kerabat yang sudah lama tidak ditemui. Di masa pandemi ini, terjadi perubahan proses interaksi sehingga membuat kita tidak lagi bisa menemui teman, atau keluarga secara langsung. Sehingga, dengan bertanya kabar kepada orang-orang terdekat bisa menjadi alternatif agar dapat tetap terhubung dengan mereka.

Terkadang, hal-hal sederhana seperti ini bisa menjadi sangat berarti bagi seseorang. Melalui bertanya kabar, proses caring berupa knowing, being with, doing for, enabling, dan maintaining belief dapat diaplikasikan. Javed et al (2020) menyatakan, selama pandemi, di dalam keluarga juga dapat saling memberikan perhatian dengan meluangkan waktu untuk berbincang, terutama dengan lansia. 

Melewati hari-hari yang berat di tengah pandemi Covid-19 yang belum jelas kapan akan berakhirnya ini memang berat. Kita tidak hanya harus menjaga kesehatan fisik, namun juga penting untuk memelihara kesehatan mental. Konsep caring yang biasanya digunakan dalam memberikan asuhan keperawatan dan bertujuan untuk meningkatkan hubungan antara perawat dan pasien, juga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Mulailah dengan hal-hal sederhana seperti saling bertanya kabar, meluangkan waktu untuk berbincang, agar kita saling memgetahui kondisi orang terdekat. Harapannya, jika kita lebih care, risiko terjadinya masalah kesehatan mental selama pandemi ini dapat berkurang.

Daftar Pustaka

  • BBC (2021) Indonesia Faces Oxygen Crisis Amid Worsening Covid Surge. Available at: https://www.bbc.com/news/world-asia-57717144.
  • CNN Indonesia (2021) Kesehatan Mental Disebut Jadi Masalah Besar pada 2021. Available at: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210105072824-255-589465/kesehatan-mental-disebut-jadi-masalah-besar-pada-2021.
  • Fontaine, D. and Keeling, A. W. (no date) Concept of Caring. Available at: https://www.americannursinghistory.org/concept-of-caring.
  • Javed, B. et al. (2020) ‘The coronavirus (COVID-19) pandemic’s impact on mental health’, International Journal of Health Planning and Management, 35(5), pp. 993–996. doi: 10.1002/hpm.3008.
  • Kaligis, F., Indraswari, M. T. and Ismail, R. I. (2020) ‘Stress during COVID-19 pandemic: Mental health condition in Indonesia’, Medical Journal of Indonesia. Faculty of Medicine, Universitas Indonesia, 29(4), pp. 436–441. doi: 10.13181/mji.bc.204640.
  • Potter, P. A. et al. (2013) Fundamentals of Nursing. 8th Editio. Canada: Elsevier.
  • Satgas Covid-19 (2020) Peta Sebaran Covid-19, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Available at: https://covid19.go.id/peta-sebaran.
  • Tempo (2021) Gonta-ganti Istilah dari PSBB, PPKM Mikro, PPKM Darurat, Apa Bedanya? Available at: https://nasional.tempo.co/read/1478808/gonta-ganti-istilah-dari-psbb-ppkm-mikro-ppkm-darurat-apa-bedanya/full&view=ok.
  • WHO (2021) Mental Health & COVID-19. Available at: https://www.who.int/teams/mental-health-and-substance-use/covid-19.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak