Pada zaman sekarang, gula sudah menjadi bahan tambahan yang banyak dipakai dalam makanan maupun minuman. Banyak orang yang tidak sadar telah banyak mengonsumsi gula dalam sehari, karena dikonsumsi dalam bentuk minuman atau makanan kemasan dalam jangka waktu yang lama.
Banyak jurnal medis yang telah menyebutkan bahwa peningkatan konsumsi gula menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya obesitas. Selain jumlah penderitanya semakin banyak, usia yang mengalami penyakit obesitas semakin lama semakin muda.
Berkenalan dengan gula pada makanan dan minuman kemasan
Kebanyakan gula yang dipakai untuk menjadi bahan tambahan dalam makanan dan minuman kemasan adalah dalam bentuk High Fructose Corn Syrup (HFCS). HFCS ini digunakan hampir di semua makanan dan minuman kemasan.
Misalnya: roti, sereal, sup kaleng, permen, yogurt, minuman soda, jus kemasan, minuman berenergi, dan susu. Selain harga bahan dasarnya yang murah sehingga bisa menurunkan biaya produksi, HFCS ini sekaligus mampu memperpanjang umur makanan dan minuman kemasan yang dihasilkan.
BACA JUGA: Agus Muslim Bawa Dua Bom saat Beraksi di Polsek Astanaanyar, Satu Bom di Bagian Depan Terpental
Mengapa konsumsi Gula Harian perlu dikurangi?
Gula bersifat adiktif, artinya setiap kita mengonsumsi gula otak kita akan mengeluarkan hormon dopamin yang memberikan rasa senang. Jika efek hormon ini sudah menghilang, secara otomatis otak kita akan mencari lagi sumber kesenangan dari gula itu sendiri. Sehingga, kita akan merasakan senang kembali saat kita mengonsumsi gula. Lama- kelamaan, konsumsi gula harian yang kita konsumsi menjadi semakin bertambah.
Menurut para ahli, sebenarnya tubuh kita tidak perlu banyak asupan gula karena, gula yang berlebih akan diubah dan disimpan menjadi lemak dalam tubuh kita. Konsumsi gula berlebih yang dilakukan secara terus- menerus terbukti dapat meningkatkan ambang rasa manis pada papila lidah (sehingga kita perlu kadar gula yang lebih tinggi dari orang normal untuk dapat merasakan manis ), kenaikan berat badan (obesitas), gula darah yang tidak stabil, serta dapat memicu penyakit kronis lainnya. Misalnya saja seperti diabetes, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan kanker.
WHO menganjurkan, batas konsumsi gula harian adalah sekitar 10 sendok teh untuk rata-rata orang dewasa dengan asupan kalori 2000 kkal. Namun, WHO juga menganjurkan agar konsumsi gula tidak lebih dari 5 sendok teh per hari. Sebagai contoh, teh kemasan ukuran 250 ml mengandung sekitar 4 sendok teh gula. Jika kita mengonsumsi 2 botol dalam sehari kita sudah hampir memenuhi batas konsumsi gula yang dianjurkan oleh WHO.
Sementara, menurut Kemenkes RI konsumsi gula harian tidak lebih dari 50 gram/ hari atau setara dengan 4 sendok makan. Untuk itu, kita perlu menyadari dan membatasi konsumsi gula harian agar terhindar dari obesitas dan penyakit kronis lainnya.
Sumber:
1. Bachrens, Inge Tumiwa. Eating Clean. 1st ed. Depok, Indonesia: PT. Kawan Pustaka; 2016.
2. Sievenpiper J. Meta-analyses of the effect of sucrose versus high fructose corn syrup on cardiometabolic risk - full text view [Internet]. Full Text View - ClinicalTrials.gov. University of Toronto; 2016 [cited 2022Dec8]. Available from: https://clinicaltrials.gov/ct2/show/NCT02702479?term=HFCS&draw=2&rank=1
3. Davies OL. Who guideline : Sugar consumption recommendation [Internet]. World Health Organization. World Health Organization; 2015 [cited 2022Dec8]. Available from: https://www.who.int/news/item/04-03-2015-who-calls-on-countries-to-reduce-sugars-intake-among-adults-and-children
4. P2PTM Kemenkes RI. Berapa Rekomendasi Konsumsi Gula setiap Harinya [Internet]. [cited 2022Dec8]. Available from: https://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus/berapa-rekomendasi-konsumsi-gula-setiap-harinya
Video yang Mungkin Anda Suka.