Ironi Di balik Ketenaran

Munirah | Rico Andreano
Ironi Di balik Ketenaran

Ketika banyak berlomba-lomba menjadi tenar

Rela melakukan apa saja asal demi konten

Entah itu mendidik atau tidak yang penting konten

Subscribers pun berjuta-juta menghampirinya

Akhirnya dirinya menjadi populer

Tenar karena sensasi bukan karena prestasi

Kini bak dipuja-puja sebagai selebritas

Bermilyar-milyar uang didapatkannya

Rumah mewah dipamerkan di media sosial

Sungguh menjadi ironi saat yang lain tak memiliki rumah

Tegap badan dengan gagahnya berbalut perlente

Bersama wanita cantik digandengnya

Ketenaran seolah menjadi tuhan yang disembah olehnya

Banyak anak-anak dan orang tua mengidolakannya

Raut wajah manis dan lembut menjadi kharisma

Puja-puji tak henti-hentinya menghampirinya

Ia pun sudah dibutakan dengan ketenarannya

Dirinya pun menjadi lupa karena pongah polahnya

Sehingga membuat hati ini sungguh miris

Tenar di stasiun televisi membuatnya semakin angkuh

Akan tetapi karena suatu aib yang mencoreng namanya

Riuh-riuh media sosial dibuat heboh karena ulahnya

Hujatan dan makian menggempur media sosialnya

Tak lupa sumpah serapah ikut menyertai media sosialnya

Dan ketenarannya perlahan meredup

Sudah tiada lagi puja-puja yang ia torehkan

Batin tersiksa pikiran kalut

Badan terkulai lemas akal mulai hilang

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak