"Heh Bu, katanya kemarin habis dari Jogja, kok gak mampir bawain oleh-oleh" ucap Tini nyindir.
"Lah wong, cuma nemenin anak cari kos baru Bu, gak kemana-mana," jawab Ibu Dinar pelan.
"Halah, ngomong aja kalo takut dimintai sama saya to Bu, pake alasan gak jalan-jalan segala, masa ke Jogja cuma nyari kos, kalo kaya gitu kan sekarang bisa pake online, iyo to Bu," ketus Tini.
"Ho'oh, Bu Dinar, anak saya aja kemarin cari kos cuma lewat hp, terus uangnya di kirim udah selesai gak perlu harus ke tempatnya," timpal Bu Atun sembari memilih bawang merah.
"Ya namanya internet kan gak semuanya asli Bu, saya takutnya pas udah dibayar malah gak sesuai sama yang di iklan. Sekalian pamitan to sama anak," jawab Bu Dinar dengan santai.
"Ini kangkungnya seikat dua ribu kan Bu," tanya Tini kepada Bu Juminten, penjual sayur.
"Nandur dewe nek pengin seiket ro ngewu, (tanam sendiri kalau mau seikat dua ribu)" ucap Bu Juminten ketus.
"Eh, tapi anakku kemarin bagus kok Bu, ya zaman sekarang kan ada duit ada kualitas ya Tin," celetuk Bu Atun kembali memanaskan obrolan.
"Iyalah, paling Bu Dinar ke Jogja sekalian nawar kosannya, soalnya kan kalo yang di internet gak mampu ke bayar, mahal-mahal. Atau jangan-jangan keluarganya gaptek kali, Bu Atun," sahut pedas Tini.
"Ya Allah, ibu-ibu udah saya bilang, saya ke Jogja gak cuma nyari kos, sekalian pamitan, sama liat kampusnya anak saya, kok jadi ibu-ibu sih yang repot," jawab Bu Dinar mulai terpancing emosinya.
"Halah, katanya gak jalan-jalan, gak kemana-mana tapi kok sekalian liat kampus, apa itu kalo gak jalan-jalan, iya kan Bu Atun," celetuk pedas Tini yang buat obrolan jadi semakin panas.
"Lagian kalo udah kuliah itu biarin aja nyari sendiri kosnya, biar bisa survive, gak usah pake ditemenin, kaya anak kecil aja," sahut Bu Atun merendahkan.
"Mantap Bu Atun sekarang ya, bahasanya udah kayak anak muda, ngomongnya pake bahasa Inggris," jawab Bu Dinar yang sudah malas menanggapi.
"Baru ke Jogja aja udah lupa sama temen yang di kampung, gak bawa oleh-oleh lagi," sambung Tini.
"Heh, sui tenan, arep belanja opo ngerumpi sui tenan, arep keliling aku, cuma oleh-oleh ae dadi masalah, (heh, lama sekali mau belanja apa mau gosip lama banget, mau keliling saya, cuma oleh-oleh aja jadi masalah)" ucap Bu Juminten.
"Ya makane iki ro ngewu ae, ben cepet, duitku kurang iki (ya makanya, ini dua ribu aja, biar cepet, duit saya kurang ini)" jawab Tini menawar seikat kangkung.
"Gak iso, telu ngewu sak iket, (gak bisa tiga ribu satu ikat)" jawab Bu Juminten menolak.
"Aduh, lupa bawa dompet, Bu Dinar tolong bayarin dulu ya, nanti di rumah saya ganti," ucap Bu Atun meminta tolong Bu Dinar, sembari mengecek semua kantung di bajunya mencari uang.
"Sekalian ya Bu Dinar, uang saya kurang, nanti sampai rumah diganti deh," pinta Tini dengan nada lirih.
"Heleh, do piye to, mau madani saiki malah do ngutang, (heleh, gimana sih, tadi mengolok sekarang malah pada hutang)" ketus Bu Juminten.
"Ya udah, sebagai gantinya oleh-oleh, saya bayar dulu punya Tini sama Bu Atun, tapi bayar lo ya sama yang kemarin Bu Atun, nanti pura-pura lupa lagi," jawab Bu Dinar mengiyakan.
"Iya-iya nanti ku bayar," jawab Bu Atun.
"Hih, do ra due isin, (hih, pada tidak punya malu)" timpal Bu Juminten mengejek.
"Sing penting tak bayar, (yang penting ku bayar)" jawab Tini kepada Bu Juminten.
Setelah selesai membayar Bu Juminten, segera pergi keliling kampung untuk menjajakan dagangannya. Bu Dinar yang kala itu menjadi bahan ejekan kedua temannya hanya bisa memaklumi dan geleng-geleng kepala. Hal seperti ini sudah sering terjadi di antara mereka, tapi bukannya saling bermusuhan, mereka justru semakin akrab karena menganggap hal itu wajar di kalangan ibu-ibu.