Sebagai seorang yang hobi fotografi kerap kali terjebak dalam situasi di mana kita sangat asyik memotret tanpa memikirkan banyak hal yang terjadi di sekitar kita. Meski demikian, saat di ruang publik, kita harus tetap mempertimbangkan etika fotografi di depan umum. Saat memotret di depan umum sudah sepantasnya kita tetap harus menghargai pendapat dan kenyamanan orang yang kita potret.
Secara sederhana, etika fotografi dapat disebut pula dengan perilaku yang sopan dan dapat diterima saat memotret. Adapun untuk fotografi di ruang publik setidaknya ada lima etika yang harus kita perhatikan.
1. Meminta izin untuk memotret bangunan tertentu
Beberapa bangunan di perkotaan biasanya memiliki label tersendiri yang tidak bisa sembarangan dicantumkan dalam hasil foto. Jadi, jika hendak mengambil potret dari bangunan tersebut, kita perlu izin dari pemilik merek.
Bangunan seperti ini banyak sekali di daerah perkotaan, meskipun beberapa ada saja yang membebaskan. Namun, untuk berjaga-jaga sebaiknya kita meminta izin terlebih dahulu kepada yang bersangkutan.
2. Bersikap ramah
Agar dapat diterima publik dengan baik, kita harus memiliki sikap yang ramah. Misal saat hendak memotret seseorang hendaknya kita tawarkan dan meminta izin terlebih dahulu. Jika menolak maka kita tidak boleh sampai memaksanya, karena hal tersebut sudah melanggar hak publik untuk berkeputusan.
3. Hormati batasan orang lain
Saat mengambil gambar di ruang publik biasanya kita mengambil foto orang tanpa persetujuan mereka. Namun, tetap hormati batasan mereka atau akali pengambilan ambil foto dari kejauhan daripada membuat mereka merasa tidak nyaman. Apabila memasang alat seperti tripod perhatikan pula kenyamanan publik dengan keberadaan benda tersebut dan jangan sampai menghalangi.
4. Jangan mengekploitasi orang tanpa izin
Meskipun setiap fotografer memiliki kode etiknya masing-masing, kami menyarankan untuk menghindari mengambil potret orang dalam keadaan rentan dengan tanpa izin. Misal mengambil potret seorang tunawisma, atau seseorang yang tengah mabuk akan terasa seperti mengambil keuntungan dari situasi mereka.
Meskipun tidak selalu salah untuk menceritakan kisah-kisah semacam ini dengan fotografi, mengambil foto orang-orang yang rentan tanpa izin mereka, atau mengambil foto mereka ketika mereka tidak dalam keadaan baik dapat dikategorikan eksploitatif. Oleh karena itu, alangkah baiknya untuk meminta izin kepada yang bersangkutan.
5. Hormati budaya setempat
Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Setiap tempat memiliki aturan dan budayanya masing-masing. Alangkah baiknya kita untuk terus menghormati aturan tersebut. Jika memang dalam sebuah tempat tidak diperkenankan untuk memotret, maka alangkah baiknya untuk tidak melanggarnya.
Oleh karenanya, sebelum merencanakan pemotretan di lingkungan baru, teliti terlebih dahulu apakah boleh memotret di sana, sebagai bentuk menghormati budaya dan hukum setempat.
Itulah tadi lima etika fotografi di ruang publik yang sebaiknya tidak dilanggar. Bagaimanapun juga kenyamanan orang lain tetap yang nomor satu. Salam jepret!